Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

0.8

49.1K 5.2K 116
                                    

Teduh mengusap dahinya yang sudah basah akan keringat dengan punggung tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teduh mengusap dahinya yang sudah basah akan keringat dengan punggung tangannya. Teduh menghentikan lari paginya dengan memilih untuk duduk di bangku yang tersedia di taman tempat dia meluangkan me time-nya setiap hari Minggu. 

Dengan napas yang masih ngos-ngosan, merogoh saku jaketnya, dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Setelah membuka slide lock, pesan dari Elang pun langsung tertera di layar.

Elang ganteng : 
dudu, wer r u?

Saat akan mengetikkan balasan, tiba-tiba Teduh merasa ada yang menepuk pundaknya dengan keras sehingga membuatnya terlonjak kaget. Bahkan, ponsel di tangannya pun sampai hampir terlepas jika tak ditahan oleh sang empunya tangan yang tadi menepuk pundaknya.

"Kaget?" tanya sang empunya tangan dengan nada datarnya.

Udah tau orang kaget, masih aja nanya! desis hati kecil Teduh geram. Sayang ia tak memiliki keberanian seperti Gadis untuk menyuarakan isi hatinya seenak hati. Teduh menatap pemuda yang kini sudah mengambil tempat di sebelahnya dengan tatapan kesal. Meski kesal, Teduh tak bisa menampik debaran yang datang beriringan dengan harum lembut dan menenangkan yang selalu bisa membuat seorang Teduh salah tingkah.

"Ngapain?" tanya Altair sambil membenarkan letak kaca matanya.

"Ngapain aja boleh," jawab Teduh sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Maksud gue, lo ngapain di sini?" Altair melirik gadis di sampingnya sekilas.

Teduh mengerucutkan bibirnya, "Udah dibilang ngapain aja boleh. Masih aja nanya." 

"Makan?"

"Air, lo nggak buta 'kan? Gue lagi duduk bukan lagi makan," pungkas Teduh dengan nada geram yang jelas.

"Maksud gue, gue mau ngajak lo makan. Si bego," dengus Altair tak sabaran.
Sepersekian detik, Teduh langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Teduh kehilangan kata-kata. Detak jantung Teduh berdetak semakin tak beraturan, Teduh tak mampu mengontrol detak jantungnya sendiri. 

Dengan wajah memerah akibat malu, Teduh langsung menggerakkan tangannya untuk menggaruk kepalanya. Canggung. Teduh merasa canggung saat ini. Selain kehabisan kata-kata, Teduh juga mati gaya saat itu.

"Ayo."

Teduh tercengang seraya mengerjap lambat, "Kemana?"

"Makan," jawab Altair dengan wajah datarnya.

"Eh? Beneran? Serius?" tanya Teduh tak percaya.

RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang