Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

0.6

54.3K 4.9K 163
                                    

Teduh menghempas tubuhnya di atas kerasnya lapangan, tepat di samping Gadis setelah melakukan pengambilan nilai olahraga, yaitu lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali, namun dengan gaya yang berbeda-beda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teduh menghempas tubuhnya di atas kerasnya lapangan, tepat di samping Gadis setelah melakukan pengambilan nilai olahraga, yaitu lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali, namun dengan gaya yang berbeda-beda.

Napasnya pun masih ngos-ngosan.
 
Teduh mendongak menatap langit biru yang terbentang luas dibatas. Entah kenapa, wajah Altair tiba-tiba terlintas di sana. Lantas, Teduh pun langsung menggeleng cepat. Ia segera mengenyahkan Altair dari benaknya. Mata Teduh pun terpejam rapat.

"Al, tadi di kelas aku mukulin orang yang gangguin Gadis. Tapi sekarang, aku ngerasa bersalah." adu seorang gadis kecil berkepang dua sambil memeluk erat seorang lelaki kecil berseragam merah putih. Teduh kecil memiliki sifat yang dominan melindungi, sementara Gadis sendiri memiliki sifat yang lebih kalem. Sebagai adik, naluri untuk melindungi sang kakak yang selalu menjadi sasaran gangguan anak-anak nakal lebih tinggi. Apalagi sejak ia dimasukkan ke dalam perguruan bela diri, Karate beberapa bulan yang lalu.

"Kok dipukulin? Jangan gitu lagi. Kata Mama ku, itu nggak boleh, jahat," balas pemuda berseragam merah putih tersebut sambil membalas pelukan gadis kecil berkepang dua yang tengah memeluknya dengan erat disertai sesenggukan.

"Jadi aku jahat?"

"Eh? Nggak kok, Duh. Bukan gitu,"

"Hue.. Aku jahat! Aku nggak mau jadi jahat! Huee.." rengek Teduh kecil sendu.

"Nggak, kamu nggak jahat," sanggah Altair kecil, menenangkan. "Tapi lain kali jangan gitu lagi. Mama sering bilang, jangan balas kejahatan orang dengan kejahatan juga."

"Tapi aku nggak suka liat Gadis digangguin," cicit Teduh.

"Biar aku yang urusin mereka. Ini urusan anak laki-laki," balas Altair seraya memasang cengiran lebarnya.

"Emangnya kamu mau ngapain?" tanya Teduh sembari mengusap air matanya.

"Mau tau aja. Ini urusan anak laki-laki," jawab Altair. Tangannya menepuk pundak Teduh lembut, membuat Teduh mengulum senyum.

Sejak kejadian itu, Teduh meminta Gadis yang menggantikannya setiap latihan Karate. Sejak kejadian itu juga, Teduh mulai berubah menjadi sosok yang lebih kalem. Sementara Gadis berubah menjadi sosok kakak yang kuat dan sebagai pelindung untuk Teduh.

"Woy!" 

Kepingan kenangan itu buyar beriringan dengan sampainya sergahan bersuara khas laki-laki itu ke indera pendengaran Teduh. 

Teduh mengerjap lambat, pupil matanya menangkap sosok Elang yang sedang membungkuk menatap tepat ke matanya. Sepersekian detik kemudian, telapak tangan besar Elang mendarat di wajah Teduh.

RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang