Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

0.3

71.9K 5.8K 240
                                    

Sepulang sekolah, Gadis, Teduh, dan Revia menyempatkan diri untuk mampir dulu tempat yang pernah Gadis rekomendasikan pada Teduh seminggu yang lalu, yaitu Cafe Zona Petjah yang letaknya tepat di depan SMAN Garuda Bakti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah, Gadis, Teduh, dan Revia menyempatkan diri untuk mampir dulu tempat yang pernah Gadis rekomendasikan pada Teduh seminggu yang lalu, yaitu Cafe Zona Petjah yang letaknya tepat di depan SMAN Garuda Bakti.

Gadis menyeruput Iced Cappuccino pesanannya lagi-lagi tanpa menggunakan sedotan yang telah disediakan. Tangannya bergerak mencepol rambut cokelat gelap miliknya dengan ikat rambut berwarna biru yang selalu menghiasi pergelangan tangannya. Setelah rambutnya tercepol dengan rapi, Gadis pun mendesah lega. Akhirnya dia bisa membiarkan leher jenjangnya merasakan udara sejuk yang berasal dari air conditioner.

Teduh mengaduk Blended Green Tea pesanannya dengan sedotan, pandangannya menyusuri sekeliling Cafe yang dipenuhi dekorasi dan perabot vintage, setelah puas menikmati pemandangan yang sangat memanjakan mata, Teduh merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sana.

Revia?

Revia kini tengah meneliti satu per satu pemuda yang mengunjungi Cafe tersebut. Sejauh ini, Revia belum menemukan sosok pemuda yang enak dilihat dan enak untuk dijadikan doi. Revia mendengus seraya menggeleng samar, setelah beberapa menit memelototi satu per satu pengunjung laki-laki yang ada di sana, Revia kembali memusatkan titik fokusnya pada Blended Hazelnut pesanannya. 

Tanpa Revia sadari, ternyata matanya telah melewati seorang pemuda yang ia kagumi sejak awal masuk ke SMAN Garuda Bakti. Ia tak menyadari jika pemuda itu ada di sana, ia tak menyadari hal itu karena posisi pemuda itu dan seorang temannya tertutupi oleh dua orang wanita yang bertubuh gempal.

Oke, ini adalah awkward moment.

Annoying.

Sampai tiba-tiba Revia memecah keheningan,

"Anjrit, Dis!" Revia menutup mulutnya yang tadi sempat mengeluarkan suara cemprengnya.

"Kenapa lo?" tanya Gadis dengan wajah yang menyiratkan rasa ingin tahunya yang tinggi.

"Ternyata di situ ada Dimas," bisik Revia kegirangan.

"Dimas siapa?" tanya Teduh sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari orang yang dimaksudkan oleh Revia.

"Dimas itu Adimas Novanto, anak IPS tiga. Gebetannya Revia," jawab Gadis sambil menguap lebar.

"Dia sama Altair, Dis." bisik Revia lagi.

"Altair? Nggak heran lah, Rev. Mereka kan best friends," timpal Gadis sambil menggeleng samar dan tersenyum sinis.

"Dis, lo kenal sama cowo yang pake kacamata itu?" Teduh mengalihkan tatapannya dari Altair yang sedang mengobrol dengan Dimas di seberang sana ke Gadis yang duduk tepat di sampingnya.

"Dia itu Altair, temen kecil kita dulu."

Jawaban Gadis tadi membuat Teduh langsung tercengang selama beberapa detik. Sulit untuk Teduh mempercayai apa yang baru saja ia dengar dari kakak kembarnya. Namun, satu sisi, Teduh tau Gadis tak mungkin berbohong. Gadis bukan tipe orang yang suka berbohong demi mengerjai orang lain. 

"Itu beneran dia? Kok beda banget ya?" tanya Teduh tak percaya.

"Udah dibilangin, semua orang pasti berubah, Teduh ku sayang." Setelah berucap demikian, Gadis mengangkat tangannya memanggil Altair dan Adimas di meja seberang. "Woy, Dimas, Altair!!" Tepat saat Altair menoleh, entah kenapa, Teduh berkeinginan untuk menyembunyikan wajahnya di bawah meja. Tapi tetap aja, niat tinggallah niat.

"Sini gabung!" ajak Revia seraya tersenyum lebar.

Adimas melirik Altair, lirikan matanya seakan meminta persetujuan. Selang beberapa detik, Altair mengangguk, menyetujui ajakan Revia untuk bergabung. Altair mengambil tempat tepat di depan Gadis, sementara Adimas memilih untuk duduk di sebelah Revia. 

Selama beberapa menit, Altair tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana tidak, ia tak menyangka akan melihat dua gadis yang berparas sama persis alias mirip duduk tepat di depan matanya. Ia sedikit bingung, dan bertanya-tanya, siapa yang ia temui di perpustakaan tadi? 

🌜•🌛

"Kay, aku nggak suka kamu sama Riko. Dia nggak baik buat kamu," ujar Elang sambil menatap wajah gadis bermata sipit yang sedang duduk tepat di depannya.

"Apaan sih, Lang?!" bentak gadis bermata sipit itu tak suka.

"Aku juga pacar kamu, aku berhak ngelarang kamu kalo emang itu nggak baik buat kamu!" seru Elang. 

Pemuda itu merasa geram ketika Kayla, sang kekasih tidak mau mendengarkannya. Ketika Kayla lebih mempercayai orang lain ketimbang dirinya, Elang tak suka. 

"Jangan lebay deh, Lang. Aku lebih tau Riko ketimbang kamu. Riko itu baik, bahkan kamu nggak ada apa-apanya dibanding Riko," cetus Kayla sinis.

Elang tertohok, kata-kata Kayla tadi bagaikan pedang tajam yang menyayat hatinya. Elang mendesah pasrah, perdebatannya dengan Kayla selalu berujung pada Kayla yang selalu membela lelaki lain, dan lagi-lagi dirinyalah yang tersakiti.

"Kayla, aku juga pacar kamu. Aku pacaran sama kamu lebih lama. Harusnya aku yang bilang, Riko itu nggak sebanding sama aku. Dia nggak bisa memperlakukan kamu setulus aku memperlakukan kamu," tukas Elang dengan emosi yang sudah memuncak ke ubun-ubun. Bahkan, kedua tangannya sudah mengepal di atas pangkuan.

"Lang," lirih Kayla sambil meluru memeluk Elang dengan erat.

"Kamu nggak pernah tau gimana sakitnya aku, Kay," ujar Elang sendu.

"Maaf," bisik Kayla dengan suara seraknya.

Ini kelemahan Elang. Elang tak pernah bisa bersikap tegas jika sudah mendengar Kayla mengeluarkan suara serak yang menjadi pertanda akan pecahnya tangisan Kayla. Semarah, sekesal, segondok apapun Elang, jika Kayla sudah memeluk dan meminta maaf, Elang pasti luluh, dan Elang selalu luluh.

Kisah cinta Elang dan Kayla terlalu rumit untuk dijabarkan, juga terlalu rumit untuk dimengerti oleh remaja seusia mereka. 

Yang Elang tau, di kisah cintanya tak hanya ada dia dan Kayla. Tapi ada lagi orang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Bukan Elang yang memasang cadangan, tetapi Kayla. Kayla lah yang selalu membawa orang ketiga, keempat dan orang-orang selanjutnya masuk ke dalam hubungan mereka.

Yang Elang tau, dia sangat mencintai Kayla dan sangat tidak ingin kehilangan gadis bermata sipit itu dari kehidupannya.

Ibarat kata, disakitipun Elang rela asalkan Kayla tetap bersamanya.
Bodoh? Tentu saja.

Namun, itulah faktanya. Itulah yang terjadi jika mata sudah tertutup oleh cinta. Dalam suatu hubungan, tak hanya rasa cinta yang dirasakan, terkadang rasa takut kehilanganlah yang akan lebih mendominasi.

Entah sampai kapan Elang akan bertahan dengan semua kebodohan ini. Elang sendiri tak tau. 

Akankah ada yang bisa membantu Elang untuk keluar dari belenggu cinta yang rumit ini? 

Elang sendiri tak tau.

🌜•🌛

RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang