01

1.4K 291 345
                                    

"My life, my mistake, and my lessons. Judge me if you're perfect!"
- JH

Pagi itu, tak seperti yang diharapkan Dean. Awan hitam pekat lagi-lagi menghalangi perjalanannya. SMA TUNAS BANGSA, berjarak 1 kilometer dari rumahnya. Perjalanan yang cukup bagi seorang pelajar seperti Dean.

"Pagi-pagi gini, udah mau ujan aja!" gerutunya sambil mengeluarkan motor matic yang sudah di modifikasi keluar dari kandang.

Rumah kecil yang menghiasi harinya terdiri atas beberapa kamar dan satu garasi, maklum saat ini Dean berusaha untuk mandiri walau bukan atas kemauannya sendiri.

Selasa, 5 Juli 2016.
Selesai mengeluarkan motornya, Dean tancap gas dan pergi dari sana dengan kecepatan sangat tinggi, menghembuskan angin segar di sekelilingnya.

Jam menunjukkan pukul 06.40, seharusnya Dean telat sampai sekolah dan harus mendapatkan hukuman. Terpaksa, Dean harus membuat beribu-ribu alasan agar dapat masuk ke sekolahnya.

"Pak, tolong bukain nih pintunya!" seru Dean dengan suaranya yang berat.

"Enak aja, kamu ini kan kebiasaan telat terus. Ngga-ngga, pulang saja sana!" pak satpam membalas perkataan Dean.

"Bapak mau, saya laporin papa? Papa saya lagi tugas nih di sekitar sini, mau blusukan sih katanya" ancam Dean.

"Loh memangnya..." terputus.

"Iya, papa saya gubernur disini. Pak jangan sampe saya basah ya!" lagi-lagi ancaman itu membuat pak satpam memenuhi keinginan Dean. Dia membukakan pintu gerbang dan Dean segera masuk.

Rintangan tak sampai disitu, seharusnya dia meminta surat terlambat pada guru piket hari ini. Tapi Dean tidak pernah melakukan itu, dia lebih memilih beradu cakap dengan guru-gurunya.

"Permisi, maaf saya telat bu" pertama kali Dean meminta maaf pada wali kelasnya.

"Kemana saja kamu, jam segini baru dateng. Emangnya ini sekolah punya kamu? Duduk!" seru bu Debi dengan suara nyaringnya. Untuk kali ini, Dean dipersilahkan duduk tanpa hukuman.

Bu Debi sibuk mengomel-ngomel, menceritakan kelemahan kelas Dean, menyebutkan bahwa kelas Dean sangat bising dan kotor, prestasi juga berada jauh dikelas lainnya.

Mendengar omelan bu Debi, Dean menutup mata diatas tas cokelatnya dan tertidur. Teman sebangku Dean sudah biasa melihat teman sebayanya itu tidur dalam kelas dan menghadap tembok.

Sampai ceramahan bu Debi selesai, Dean baru terbangun setelah suasana kelas yang mulai bising. Dean memang sering tertidur dikelasnya karena terlalu sering begadang di depan laptop.

*Ding...dong...*
Bel penunjuk istirahat berbunyi, Dean keluar kelas paling cepat diantara teman-teman lainnya. Saat ini Dean berada di kelas 11 IPS, dia berlari dengan penuh semangat memenui teman satu geng nya.

"Wihhh... Apa kabar sob!" sapa Dean sembari tersenyum dan berjabat tangan dengan semua temannya.

"Dari mana aja lu Den? Biasanya juga cabut kelas!" tanya seorang anak yang lebih tinggi dari Dean.

"Biasa walas gue, ngoceh lagi. Ya lo tau lah kelas gue kaya apa!" balas Dean memberitahu semua teman satu gengnya.

"Eh berhubung bokap gue transfer duit, lo pada mau gua traktir ga?" tanya seorang anak bertubuh gempal yang memecah keheningan.

"Kenapa ga dari tadi sih Ga!" jawab seseorang yang terlihat seperti ketua di geng tersebut.

ILUSI (TBC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang