10

118 27 23
                                    

Dean melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Beruntungnya, saat itu jalanan sepi. Karena tidak adanya lampu merah, Dean bisa sampai dengan cepat ke kost-nya.

5 menit kemudian, Dean sampai di rumah kecil yang ia sewa setiap bulannya dan membuka gembok pagar dengan posisi berdiri diantara motornya. Setelah terbuka, ia memasukkan motornya dengan kakinya yang berjalan-jalan kecil. Dean memarkirkan motornya di bagasi, kembali ke pagar dan buru-buru menguncinya kembali.

Dean lari, membuka pintu rumah itu, masuk, dan menutup kembali. Ia berlari-lari kecil menaiki tangga, membuka pintu kamarnya, masuk, dan menutupnya lagi. Dengan napas terengah-engah, Dean masih berdiri dibalik pintu sambil sesekali menarik dan membuang napasnya.

"Ah, ketemu Rena, udah kaya ketemu banci perapatan! Ngejar-ngejar mulu." cerocos Dean sembari melemparkan tasnya ke kasur warna biru dongker kesukaanya.

Dean duduk dan menyalakan komputernya, pandangannya teralihkan saat melihat ke arah jendela didepan komputer windows yang sedang berproses.

"Yah, mampus aja. Udah sampe lagi tuh orang! Semoga ga kesini dah tuh orang." Dean berharap dan tetap melirik-lirik jendelanya untuk memantau gerak-gerik Rena.

***

"Makasih ya, Dhan. Btw, duitnya aku ganti besok ya!" kata Rena dengan raut wajah seakan menyuruh Adhan untuk pergi.

"Oh, gausah diganti, Ren. Gapapa, Dean kan temen gue juga." jawab Adhan tersenyum manis sembari meletakkan helm ke tangki motor besarnya yang dipakai Rena selama perjalanan.

Rena berjalan gontai menuju pintu, berdiri diantara celah pintu sambil memalingkan wajah ke arah Adhan.

"Pulang aja ya, Dhan. Udah mau malem, nanti ibu marah. Makasih."

Rena memasuki rumah setelah mengusir Adhan secara perlahan, ia menutup pintu dan bergegas menuju kamar tamu yang saat ini menjadi kamarnya. Tanpa pikir panjang, Adhan menyalakan mesin motornya dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

*****

19.30

Tok...Tok...Tok...

"Assalamualaikum. Dean... Aku mau ngomong sebentar. Tolong bukain!"

Suara itu terdengar dari balik pintu kamar Dean.

"Apa sih, Ren? Besok aja ah!" bantah Dean yang sedang beradu dengan temannya di depan layar komputer.

"Tolong, sebentar aja!"

Dengan terpaksa, Dean bangun dari kursinya, berjalan sambil menggaruk pelan kepalanya, dan membuka pintu.

"Apaan sih, Re--"

"Tuh struknya!" Rena menyodorkan struk pesanan Dean ke dada lelaki tinggi itu saat di cafe tadi, dan meninggalkan Dean tanpa kata-kata. Sepertinya mood-nya sedang tidak bagus. Gadis itu menuruni tangga dengan seragam lengkap yang masih ia kenakan.

Melihat Rena yang bertingkah seperti itu, Dean tak ambil pusing dan kembali melanjutkan games-nya hingga larut

*****

"Iya, taruh aja di meja, Mah. Aku capek!" seru seorang gadis yang berada di ranjang cukup besar berwarna jingga dengan posisi tengkurap.

"Kamu udah dari pagi ngga makan loh, dek. Nanti sakit mama juga kan yang repot." wanita paruh baya itu menaruh makan malam sang gadis di atas meja rias sesuai perintahnya.

"Sandra ga napsu makan, Mah. Mamah keluar aja, Sandra mau masuk ke dalam alam mimpi biar ketemu cogan. Bukan kaya ka Raffi!"

Melihat celotehan putrinya, wanita itu hanya tersenyum sambil sesekali menutup mulutnya dengan tangan.

"Aku disini loh, San!" timpal seorang lelaki bertubuh tinggi ideal dengan kacamata yang membingkai matanya yang cokelat.

"Sandra ngga peduli, Kak!" Sandra malah menutup wajahnya dengan bantal dan mulai memasuk alam mimpi seperti yang dia inginkan.

☁☁☁

Halooooo.....
Maaf banget banget banget...
Aku lama ga update, ampe berjamur ini wattpad heheh.
Kalian tau ga? Aku tuh mentok wkwkwk, trus ini baru kepikiran lagi. Ada Sandra tuh.

Ayo tebak, Sandra itu siapa?
Komen ya sayang"ku

Udh ah cuap"nya, ntar malah panjangan cuap"nya daripada ceritanya hhehehe.

Selamat membaca

ILUSI (TBC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang