07

319 60 25
                                    

Dean baru saja memulai hukumannya,

"Jalan jongkok? Ah elah, benci gue lama-lama sama tuh monster." batin Dean.

Baru saja 3 putaran, Dean sudah mulai pegal. Bahkan, peluh sesekali membasahi wajah dan kemeja putih yang dipakainya saat itu. Suasana hening.

Sudah sekitar 20 menit, Dean menjalani hukumannya.

"Pak, udah ya? Udah 50 kok! Saya mau masuk pak, panas nih. Kalo saya ga ikut pelajaran bapak, nanti saya tambah oon pak!" seru Dean.

"Siapa?" jawab Pak Gery sambil mengunyah kacang kulit yang diambilnya dari ruang guru sebelum mengajar.

"Ya saya lah pak, gimana si?" balas Dean dengan suara sedikit lebih keras.

"Siapa yang suruh kamu buat bicara? Memangnya kamu pikir, saya ngga ngitungin?" kali ini Pak Gery berhasil membuat Dean kesal.

"Masuk saja lah kamu!" perintah Pak Gery yang semula membuat Dean tersentak juga kegirangan.

"Tumben-tumbenan tuh guru ngebolehin gue masuk," batin siswa SMA berkulit sawo matang tersebut.

Sesampainya didepan kelas, Dean mengetuk pintu dan memberi salam.

"Assalamualaikum, Bapak ganteng," godanya pada guru berperawakan tinggi besar tersebut. Pak Gery tak merespon, justru asyik mengunyah kacang kulitnya.

"Saya boleh masuk ga, pak?"

"Masuk saja kamu, kita lanjut materinya. Lain kali kalau kamu telat jam saya, bersihin toilet anak perempuan! Mau?"

Dean menggeleng mendengar perkataan Pak Gery. Aneh saja, lantas ia tak ambil pusing. Segera masuk ke dalam kelas dan menghampiri kawan sebangkunya.

Belum sempat Dean duduk di kursinya, dia melihat kejanggalan di sebelah kanannya.

"Lah kok? Ini apa-apaan deh? Ini kok?! Ya Tuhan, Dean salah apa?"

"Lo kenapa Den?" tanya Adhan yang segera membuyarkan isi kepala Dean.

"Adan, lo pindah sini dong! Gue disitu! Plis Dan, sekali aja deh. Pindah ya, Dan!"

"Dih, enak aja. Lu untung kali duduk situ. Cecan nambah satu, Den! Kali aja gue hoki, hehe.."

"Cecan mbah mu!" Dean membatin. Tapi apa salahnya? Dean mulai meluncurkan aksi jahilnya.

"Emm, eh cewek!" seru Dean pada dia, Rena.

Siapa sangka Dean akan sekelas dengan Rena yang pada saat itu sedang mengobrol dengan kawan baru disebelahnya.

"Eh iya? Loh Dean toh, kenapa?" Rena berbalik dan menatap Dean lekat-lekat.

Dean tidak lagi fokus pada mata pelajaran Pak Gery saat itu. Lebih baik gunakan kesempatan ini untuk menggoda Rena.

"Kok lo jadi beda, ya? Perasaan tadi biasa aja, sekarang kok jadi cantik sih." Dean mengeluarkan gombalan mautnya.

"Ih, apaan sih?" wajah Rena mulai memerah. Suasana kelas saat itu sedang gaduh, walaupun pak Gery sedang menerangkan.

"Iya, bener deh. Sampe-sampe nih ya, Adhan suka sama lo!"

"Adhan? Siapa?"

Adhan yang sedaritadi mendengarkan percakapan mereka terbelalak. Lalu, menepuk pundak Dean cukup keras.

"Lo apaan si Den?" bisik Adhan tepat di telinga Dean, membuat Dean menggeliat geli.

"Anjir ah... Udah berapa kali gue bilang, kalo ngomong jangan di kuping gue!" Dean menyorongkan wajah sambil mengusap pelan telinga kanannya.

"Ini Ren, samping gue." Dean melanjutkan percakapannya dengan Rena.

"Lo tau ngga? Dia itu orangnya baik, kaya, ramah, pinter, banyak yang naksir juga, Ren. Tapi sayang, masih jomblo. Eh, keceplosan," timpal Dean panjang lebar

"Masa sih?" ujar Rena tak percaya, sembari melihat wajah Adhan yang standar saja.

Melihat kelakuan temannya, Adhan pasrah menaruh dagunya diatas meja. Sedangkan Rena, hanya menatap Adhan kebingungan.

ILUSI (TBC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang