"Follow your heart, stop when there is no hope."
- Dean Adiwinata
"Masuk sana! Ini ruang gurunya." Dean ancang-ancang pergi meninggalkan Rena,"Dean!" Rena menghentikannya lagi, menarik pelan baju putih yang sudah keluar dari celana abu-abunya.
"Apaan sih Ren?" balas Dean dengan wajah malas andalannya.
"Takut" sahut Rena dengan wajah yang seakan-akan membujuk Dean untuk menemaninya masuk ke ruang guru.
"Allahuakbar..... Musibah apa ini ya Allah? Dean ga sanggup ngadepin dia ya Allah." jawab Dean yang tiba-tiba mendadak ke-islam-an.
"Dean, ternyata kamu bisa tobat juga ya. Kamu bisa juga nih balikin mood aku, Den! Aku seneng banget loh Den!" Rena memuji Dean tak karuan.
"Rena, tatap mata saya Ren. Tatap lekat-lekat Ren. Bodo amat Ren, ga peduli gue. Good luck nyonya cerewet" ujar Dean sembari pergi meninggalkan Rena didepan ruang guru itu.
Baru kali ini dia mengenal seorang siswa SMA yang mau dekat dengannya. Meskipun karna paksaan semata.
***
Setelah menempatkan Rena ke tempat yang seharusnya, Dean kembali lagi ke kantin. Dengan niat menemui teman-temannya.
Setelah sampai, Dean tidak melihat siapapun disana. Celingak-celinguk sendirian seperti orang yang tak tau tujuan. Mungkin karena sudah bel masuk. Seketika, ada yang mengganjal di pikiran anak itu.
"Ya Tuhan.... Pr matematik! Belom ngerjain, jam pertama pula. Dean oon!" gerutu Dean sembari menaiki tangga. Sudah jadi keseharian Dean berbuat seperti itu. Tapi jangan anggap Dean melakukan semua kecurangan yang ada di sekolah. Untuk ulangan, Dean tidak pernah mau menerima KJ (kunci jawaban), ataupun mencontek pekerjaan temannya yang lain. Murni hasil kerja kerasnya sendiri.
***
Dean tiba di depan kelas, dengan napas tersenggal-senggal. Saat ini Dewi Fortuna sedang tidak memihak padanya. Pak Gery sudah berada didalam kelas dengan pakaian rapi dan kacamata khas miliknya.
"Mampus gue, kabur aja kali ya. Duh gimana nih, cabut aja dah." meski tampak ragu-ragu, Dean membulatkan keinginan nya itu. Saat ingin berlari meninggalkan teras kelas,
"Hei Dean! Mau kemana kamu?" suara itu sontak membuat Dean kaget dan seketika berbalik arah. Pak Gery sudah berdiri di depan pintu kelas 11 IPS.
"Eh bapak. Itu pak, anu.... Itu loh pak, duh apasih itu..." jawab Dean sembari mencari alasan disaat otaknya mengalami kebuntuan dengan mimik wajah tak karuan sambil sesekali menggaruk kepalanya.
"Itu, anu, itu. Ngomong yang bener! Mana pr kamu?"
"Eh itu pak, hmm... Ketinggalan pak," alasan itu terus keluar saat Dean tak pernah mengerjakan pr matematika.
"Kamu itu niat belajar gak? Sekarang sana, jalan"
"Eh, saya boleh pergi pak?"
"Enak aja. Maksud saya, jalan jongkok keliling lapangan 50 putaran!" perjelas pak Gery saat itu juga.
"Yah pak, kok gitu sih? Saya kan ga boong," Dean masih sempat ngeles, "kan keting..."
"Apa? Ketinggalan.... Ketinggalan... Alesan terus. Sudah sana laksanakan hukumannya!"
"Yah elah, nasib gue gini amat ya? Kayanya kapan kapan harus cari alesan lain deh."
"Dean!!!" lagi lagi pria itu terkejut.
"Iya pak iya, saya jalan nih."
Sambil menuruni tangga, Dean malah mengerucutkan bibirnya sambil membatin, dengan langkah seperti orang yang tak punya semangat hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (TBC)
Ficção Adolescente[DIREVISI SETELAH TAMAT] Ada yang belum kenal Dean? Salah satu siswa ter-famous disekolah dengan berbagai macam prestasi olimpiade. Tidak pernah percaya yang namanya cinta, menurutnya hanya membuang waktu aja. Tapi tiba-tiba merasakan sesuatu yang s...