03

686 217 179
                                    

"I'm afraid of ghosts and fall in love"
- Dean Adiwinata

Kring... Kring...

Rabu, 6 Juli 2016
Suara nyaring dari alarm yang telah disetel Dean tadi malam, membuat seisi kamar menjadi bising. Dean buru-buru mematikan alarm dengan tangannya yang meraba-raba meja kecil itu.

06.25
Dean bangun, menguap dan menghapus cairan bening di sudut bibirnya. Berdiri dan berjalan gontai menuju kamar mandi dengan mata yang belum terbuka seutuhnya.

06.35
Tak lama kemudian keluar dengan mata yang masih sama dan wajah penuh air segar. Itu tandanya, Dean telah mencuci wajahnya. Kemudian teringat sesuatu. Sesuatu yang membuat matanya terbuka lebar.

"Hari ini kan sekolah!!! Dean, kenapa lo bisa lupa! Argghhh" geramnya kesal dan segera mengenakan seragam pramukanya yang telah disetrika tadi malam.

Buku belum disiapkan, baju yang dikenakan terbilang kucel, tidak mengerjakan pr, naik motor ngebut dengan alasan mengejar waktu, dan lupa membawa tas.

Saat dia kembali ke kost-an, keadaannya sangat sepi. Tidak ada seorang pun didalam, termasuk ibu kost. Tanpa pikir panjang, Dean masuk dan naik tangga secepat mungkin. Langkah Dean terhenti ketika menghirup sesuatu yang janggal, seperti seseorang yang sedang memasak di dapur bawah.

Dean tetap melanjutkan niatnya, mengambil tas dan berangkat sekolah. Tapi rasa penasaran itu menghantui dirinya, dia mendekat kearah dapur sambil menghirup aroma sedap tersebut. Dia tak melihat adanya orang disana, semakin mencekam. Dean mengurungkan niatnya, lari secepat mungkin dan tancap gas.

"Tadi itu apaan ya? Gaada orang, kompor juga mati. Ko bau masakan! Setau gue, ibu kost ga pernah masak?!" Dean dibuat pusing dengan kejadian tadi, sampai-sampai mengurungkan diri untuk sekolah. Labil memang.

07.20
Dean memilih nongkrong dengan teman satu geng-nya dan berkumpul disuatu kedai kopi.

Semburan air coklat manis rasa kopi, tertuju pada wajah Dean.

"Apa Den? Lo masih percaya sama begituan? Gue ngga nyangka nyali lu ciut banget!" ejek sang ketua geng yang bernama Rayhan, disertai gelak tawa dari teman-teman Dean yang lainnya.

Dean hanya tersipu malu sambil menggaruk kepalanya dengan kasar. Membayangi kejadian tadi, 'bagaimana kalau itu bukan manusia?' pertanyaan itu terus saja memutari isi kepalanya

16.05
Dean harus menunggu Razi didepan teras, dia takut akan hal tadi pagi. Dean yakin, Razi pasti menemani gadis pujaan hatinya yang selalu menuntut ini dan itu.

18.15
Razi belum juga kembali, Dean kesal dan semakin panik.

"Ah anjirr, anak tuyul kemana si? Dari tadi kaga balik-balik" gerutunya sembari mondar-mandir di depan kost-an. Dean membuka handphone miliknya, jantungnya berdegup cepat. Artikel itu mengingatkan Dean akan sesuatu.

"Maghrib-maghrib jangan ada yang diluar rumah, nanti diculik....." nafas Dean memburu, mau tidak mau dia harus masuk kedalam rumah dengan strategi yang baru disiapkan tadi.

Dean memberanikan diri, membuka pintu kost dengan perlahan sambil mendorongnya pelan-pelan. Akhirnya pintu terbuka lebar, dilihatnya sesosok perempuan berambut panjang dengan baju putih yang nampak samar-samar. Dean pingsan dan terjatuh di lantai teras.

ILUSI (TBC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang