XX. Plan

5.1K 321 5
                                    

Chapter selanjutnya = 50+ vote

Cahaya matahari kemerahan menyusup masuk ke ruangan Cilia melalui jendela besar di belakang meja dan membuat seluruh ruangan menjadi berwarna merah. Ruangan kerja Cilia di markas Hell Mafia cukup luas dan dilengkapi dengan kamar mandi, tempat tidur lipat serta rak buku. Ciri khas sebuah markas mafia juga ada di ruangannya, yaitu ruangan rahasia yang menyimpan segala macam senjata miliknya sendiri. Sang pemilik ruangan tengah berada di ruangan ini, sedang duduk di sofa merah dengan kakinya di lengan sofa.

Tidak ada tugas yang harus dilakukan sehingga dia merasa bosan. Di tengah-tengah menghitung laporan keuangan Blanks Enterprise, dia teringat satu hal lalu meraba bagian bawah sofa seakan mencari sesuatu. Setelah dia menemukan apa yang dicarinya, dia menekan tombol itu. Seketika bagian depan bawah sofa terbuka, menampakkan laci-laci yang dipenuhi oleh senjata. Berbagai macam pistol, peluru, pisau, wakizashi, borgol dan dua kotak hitam. Cilia mengangkat salah satu kotak dan memperhatikan tanpa membukanya.

Di dalam kotak ini, terdapat anak panah yang diisi dengan racun, hasil pengembangan terbaru dari divisi bahan kimia Hell Mafia. Racun ini sama mematikan dengan sianida berdasarkan laporan riset yang diberikan padanya dua hari lalu. Kotak lainnya berisi racun yang sama dan botol kecil sianida.

Kira-kira racun ini cocok diuji pada siapa?, pikir Cilia lalu menyeringai ketika otaknya menemukan orang yang tepat untuk menjadi tumbal.

Dia segera menyimpan kotak tersebut saat mendengar ketukan pada pintunya dan segera merubah posisinya menjadi duduk setelah melihat Charlotte masuk. Tanpa dipersilakan oleh wanita itu, ibunya duduk di sofa yang berhadapan dengannya kemudian tersenyum tipis.

"Ada masalah apa sampai bos datang ke ruanganku?" Charlotte mendecakkan lidah setelah mendengar perkataan bawahannya itu. Dia membalas tak kalah menyindir, "Apa perlu membawa masalah jika ingin menemuimu?"

Cilia tidak membalas perkataannya, membuat Charlotte membuka suara lagi, "Aku hanya akan memberitahu mengenai posisimu di kelompok ini."

Cilia segera duduk tegak lalu memberikan atensi penuh pada Charlotte. Pemimpin Hell Mafia kembali berbicara setelah mendapat perhatian bawahannya. Dia mengelus cincin di jari kirinya kemudian tertawa melihat Cilia memalingkan wajah. "Bos, lebih baik langsung mengatakannya."

"Kau merupakan pemimpin kedua setelah diriku di kelompok ini. Itu karena jabatanmu sebagai underboss. Kau memiliki peluang lebih besar dibanding orang lain untuk menjadi pemimpin selanjutnya. Satu masalahmu." Charlotte berkata lagi, "Kau kekurangan relasi yang kuat."

"Tapi aku tetap bisa menjadi penerusmu," sanggah Cilia. Bos sekaligus ibunya menggeleng, "Memang kau bisa. Tapi relasi yang kuat sangat berpengaruh pada penilaian ini. Meskipun kau sangat unggul dibanding lain, tapi tidak mempunyai relasi yang cukup kuat, kau bisa disingkirkan. Kandidat lain telah memilikinya."

"Akan aku cari milikku sendiri dan menjadi pemimpin kelompok ini."

Charlotte mengangkat bahu kemudian diam lalu menyerngit ketika menatap Cilia. Melihat ekspresi di wajahnya membuat Cilia merasa ibunya memiliki pertanyaan yang selama ini dipendamnya sendiri. Cilia tidak dapat menahan rasa penasarannya sehingga bertanya, "Ada yang mengganggu pikiranmu, bos?"

"Kenapa kau berambisi menjadi pemimpin Hell Mafia?"
"Apakah salah jika aku ingin menjaga usaha orangtua sediri? Tidak ada hukum apapun yang bisa menentangku."

"Aku rasa kau sedang menyimpan sesuatu dariku sejak lama. Tampaknya kau ingin membuktikan sesuatu pada orang lain." Charlotte memperhatikan ekspresi anaknya dengan seksama. Di wajah wanita muda itu tidak ada ekspresi apapun, datar yang dibuat-buat. Dia mengambil napas lalu memulai pembicaraan yang dikiranya sensitif untuk anaknya.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang