*dua puluh*

58K 1.5K 12
                                    


VOTE....
VOTE....
VOTE....
VOTE...
VOTE...
COMENT...
COMENT...
COMENT...
COMENT...
COMENT...!!!!!!!!!!!!!!
Budayakan keduanya!!!!!!!!!

***


Hanna masih nyaman berada di dekapan Brian. Kasur sempitnya membuat tubuh keduanya saling menempel dan menghangatkan, apalagi cuaca di bandung pagi ini sangat dingin dengan di sertai gerimis.

Beberapa menit kemudian Hanna mengerjap-ngerjapkan matanya. Hal pertama yang dia liat adalah dada bidang milik Brian, di dongakannya wajahnya menatap Brian.

Wajah Brian sangat beda jika ia sedang tertidur, wajahnya damai. Tidak seperti saat dia terjaga, wajah arogan dan dingin.

Demam yang di alami Hanna sudah membaik karena pertolongan Brian. Tiba-tiba wajah Hanna memerah, dia teringat kejantanan Brian yang berdiri menjulang saat Brian dan dirinya di bawa pancuran shower.

"Ekhem,"dehem seseorang membuat Hanna kembali kedunia nyata.

"Eh?"ucapnya panik dan segera menjauhkan tubuhnya dari Brian.

Namun dengan sekali hentakan Hanna kembali kedalam dekapan Brian.

"Mau kemana?"tanya Brian dengan suara serak.

Suara serak Brian justru membuat milik Hanna berdenyut.

"M-au.. ke toilet,"jawab Hanna gagap.

"Pergilah, setelah itu temani aku disini."Brian melepaskan dekapan tubuh Hanna, dan Hanna langsung pergi ke dalam kamar mandi untuk menormalkan detak jantungnya.

Hanna kembali dengan kondisi detak jantung yang mungkin sudah tidak berdebar lagi.

"Kemari, berbaringlah."ajak Brian sambil menggeser posisi tubuhnya.

"Kamu sudah tidak takut lagi denganku?"Brian menyelipkan beberapa helaian rambut yang menutupi wajah chubby Hanna.

"Sedikit,"cicit Hanna.

"Haha sedikit?, ow syukurlah."Brian terkekeh mendengar jawaban Hanna. Kemudian dia menegakan punggungnya dan membawa Hanna kembali kedekapan hangatnya. "Maafkan aku, sungguh maafkan aku,"ini sudah berkali-kalinya Brian meminta maaf kepada Hanna. "Aku khilaf, tapi kamu harus tau Hann, ini semua karena aku cemburu melihat kamu dengan pria-pria itu,"ya pernyataan atau ungkapan cinta Brian kepada Hanna sudah yang kedua kalinya. Yang pertama Brian ucapkan saat mereka di bawa guyuran shower dan dan saat ini yang kedua kalinya.

Mendengar hal tersebut membuat cinta Hanna tidak bertepuk tangan, dan tentu Hanna senang. Lalu bagaimana dengan surat perjanjian itu? Lalu bagaimana dengan ucapan 'love is bullshit'? Bagi Brian?

Hanna menjauhkan tubuhnya. "Maksud kamu?"ulang Hanna.

"Aku cinta kamu, Deana Hanna! Dan aku ngga mau kehilangan kamu! Kamu itu milik Brian Braxton Colin seorang,"bisik Brian dengan suara lembut.

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Ck. Lemot deh,"Hanna berbica pelan.

"Oalah,"Brian menepuk jidatnya.
Dia mengambil kedua tangan Hanna dan membawanya ke dadanya. "Deana Hanna, aku cinta kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"Brian berjongkok di depan Hanna.

Gelengan Hanna membuat Brian berdiri. "Kamu nolak aku?"Hanna mengangguk. Dia masih butuh banyak penjelasan dan tentunya dia ingin Brian menyatakan cinta secara romantis.

Hanna bergegas meninggalkan Brian. Ck. Ternyata perempuan sungguh susah di mengerti! Batin Brian mengacak rambutnya.

***

"Kenapa Bro?"tanya Daniel sambil mengaduk mie gorengnya.

"Gua bingung sama sifat perempuan Bro,"jawan Brian menumpuhkan sikutnya di meja makan.

"Alah ngapain bingung, bro. Soal perempuan gua jagonya."Daniel menepuk dadanya seolah-olah dia alih dalam urusan perempuan.

"Lo jagonya?"tanya Brian ulang.

Daniel mengangguk.

"Gak salah? Lo aja takut sama perempuan. Gimana lo bisa naklukin perempun,"cibir Brian. "Mending gua tanya aja sama si Barrak. Barrak kan playboy pasti dia alih dalam nih bidang."ucap Brian seolah mendapat ide cemerlang.

"Bukannya lo juga alih dalam takluk- menaklukan perempuan ya?"

"Kalo gua alih dalam ranjang, bukan dalam perasaan."

"Ckck. Jadi kali ini lo main perasaan, bro? Siapa tuh cewe bro?"

"Hanna."

"Uhuk.. uhuk.. minum mana minum,"Daniel meraih gelas.
"Gila lo ya! Setelah lo buat dia trauma dan sekarang lo suka sama dia? Gak salah lo? Bukan cinta kali melainkan nafsu!"

"Gak. Gua yakin, Dan. gua cinta sama dia!"

"Haha... cara lo mencintai aneh ya, Bro."

"Gua baru nyadar, Dan. Kemarahan gua mutlak karena gua cemburu sama pria-pria yang deket sama, Hanna."

"Pria-pria? Siapa aja emangnya?"Daniel meletakan garpunya.

"CEO M&M sama tuh cowo berengsek yang di cafe bawah."

"Emangnya lo gak kenal sama pria yang di cafe?"pancing Daniel.

"Gua gak pernah kenal cowo sialan kaya dia!"

"Feredik, Bro. Temen sebangku Carlos pas SD loh. Masa gak inget?"

"Masa sih? Si item itu?"

"Iyalah siapa lagi yang namanya Feredik yang seangkatan sama kita. Lo tau, si Feredik tuh lagi liburan ke jakarta. Tadinya dia mau reuni sama kita-kita, eh malah kena bogem lo, Bri. Lagi lo tuh harus bisa percaya sama orang, Bri. Susah kalo kita gak percaya sama orang, bawaannya gimana gituh. Lain kali lo gak perlu lah sewa orang suruhan buat nguntit Hanna. Buat pelajaran aja kedepannya."nasihat Daniel.

Brian janji mulai sekarang dia akan menanamkan kepercayaan lebih untuk Hanna.

Prang.... prang... prang....

"Astaga,"Brian dan Daniel memegang dadanya.

"Siapa yang di dapur, Dan?"tanya Brian.

"Siapa lagi kalau bukan Hanna."ucap Daniel santai.

"Dasar para lelaki! Nyebelin gak peka.. udah tau kami para wanita ingin di tembak di tempat yang romantis."Hanna menyusun panci di lemari dengan sedikit keras sehingga menimbulkan suara bising.

TBC?


#1. The woman one billion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang