Kubangunkan kepalaku yang lesu. Merangkak turun dari ranjangku. Dalam hati ku mengerang, "Oh bagaimana caranya kulanjutkan hidup?"
Bayangan di depanku bila dicermati layaknya orang yang kehilangan harapan. Ya, itu memang benar, ditambah lagi kau juga hilang, lenyap, tiada, entah kemana.
Aku ingat jelas terakhir kali kau dan aku bertemu. Kau hampir putus asa. Kemudian kau bilang, "Oh, aku tak bisa lanjutkan hidup ini."
Dengan sedikit cinta aku berkata, "Harapan untuk hari yang lebih baik, cinta tuk temukan jalan, dan lewati beban yang kau rasakan ini. Segalanya akan baik-baik saja."
Kau tersenyum. Ragamu, jiwamu, kembali tumbuh. Aku senang dengan hal itu. Sungguh.
Mengingat kejadian itu membuatku perlu sedikit cahaya matahari. Langkah kaki yang gontai, bayangan halangi cahaya.
Tapi setidaknya, aku lebih tenang dari hari lalu.Kemarin dan hari ini, hidup ku kacau. Langit pun tahu aku butuh sedikit, ya sedikit, sedikit cinta dan harapan.
"Huh, kemana kau pergi? Harapanku kau bawa. Apa tidak bisa kau kembali sebentar saja untuk mengembalikan harapan dan cinta itu?"
Tuhan, hari ini aku hanya butuh seseorang berkata, segalanya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICTUM
Short StoryDictum sama dengan ungkapan. Cinta tak akan pernah habis mencipta ekspresi rasa. Menumpahkannya dalam tulisan memberikan pembebasan rasa yang lebih melegakan -asmara dini hari -setiap bagian tidak saling menyambung