Hilang

42 5 1
                                    

"Bi!"

Dia menoleh dengan cepat, melihat ke arah Shasi. Sekali anggukan, Bi datang ke tempat Shasi.

Shasi tahu ini pertama kalinya ia memanggil nama laki-laki yang sudah membuat hatinya terombang-ambing.

Shasi tahu ini pertama kalinya ia akan berbicara menanyakan sesuatu pada Bi.

Ketika Bi sudah di depan Shasi, kemudian laki-laki itu menanyakan 'Apa?', Shasi  blank.

Malu.

Bi kembali ke tempat asalnya.

**
Rasanya, Shasi ingin memakan dirinya sendiri.

Seharusnya ia bisa mengontrol hatinya, jantungnya, juga otaknya.

Ternyata jatuh cinta membuat orang menjadi lemah, bodoh ketika dihadapkan dengan orang yang di cinta.

"Itu permulaan yang buruk, jangan buat dirimu melakukan hal serupa lain kali." Shasi berbicara pada dirinya.

Suara riuh diluar ruang make up, membuat Shasi penasaran. Ia mencoba mengintip,

juga menguping.

"Ahh Bi ternyata baik banget." Mera bicara dengan girang, seakan-akan ada hal besar yang telah dilakukan Bi untuknya.

Olla mengangguk, menunjukkan sesuatu di ponsel pada Mera.

"Iya liat ini Mer, kamu sama Bi cocok banget, pose kalian lucu."

Sedikit hati nya berdetak lebih kencang.

Shasi lebih memantapkan penglihatannya. Dia tidak salah lihat, itu Bi dan Mera yang tercetak di layar ponsel.

Berpose berdua dengan wajah super cute.

Shasi kembali ke dalam ruangan. Kenyataan itu membuatnya ingat jika Bi dan Mera memang pernah dekat.

Mungkin sekarang mereka sudah lebih dekat lagi. Sampai harus berfoto berdua.

Shasi bimbang, ia jelas sudah kalah.

Banyak yang mendukung kedekatan Mera dan Bi, karena mereka sama-sama mencinta.

Sedangkan Shasi?

Shasi hanya menyimpan perasaan itu sendiri. Tidak ada yang tahu.

Mengagumi Bi dari jauh sendiri. Mencoba menerka watak Bi sendiri.

Shasi mengambil napas, "Teman adalah segalanya. Hilangkan rasa cinta ini, coba untuk berinteraksi dengan baik padanya. Kemudian menjadi temannya. Itu akan lebih mudah."

Shasi berdiri dan berjalan keluar. Menghiraukan perasaan yang dulunya datang bagai bunga yang mekar.

Karena ternyata, Tuhan tidak menghendaki perasaan itu ada padanya.

Dulu, Shasi berbicara pada dirinya sendiri apakah rasa ini akan hilang atau bertahan,

Jawabannya, harus hilang.

-----..----

24 kosong tiga 07.00

DICTUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang