Minggu sore yang seharusnya menjadi bagian terbahagia dalam hidup Arshi, menjadi minggu sore yang suram.
Kakinya bersila, kedua tangan setia menopang kepalanya.
"Dia beneran suka Rida." Raut wajah sedih ia tunjukkan pada sahabatnya, Fatih yang baru saja bergabung duduk bersama Arshi.
Fatih tahu perasaan kacau sahabatnya kini. Cinta sahabatnya itu telah bertepuk sebelah tangan.
Fatih mengeluarkan violin dari case nya, kemudian ia pangkukan dalam pangkuan Arshi.
"Dulu ada yang pernah ngomong sama aku, kalau lagi kacau gesek aja nanti happy lagi." Fatih mengingat kalimat yang diucapkan Arshi ketika sahabatnya itu mencoba menghibur.
Arshi tersenyum, "Kamu benar, sangat benar."
"Kamu sudah tidak ada harapan lagi Shi. Bi bagaikan langit yang di agungkan dan kamu tanahnya yang selalu kesakitan karena terinjak-injak. Menyerah adalah pilihan yang bijak jika ingin menghilangkannya."
****-****
empat 04 10.20
KAMU SEDANG MEMBACA
DICTUM
Short StoryDictum sama dengan ungkapan. Cinta tak akan pernah habis mencipta ekspresi rasa. Menumpahkannya dalam tulisan memberikan pembebasan rasa yang lebih melegakan -asmara dini hari -setiap bagian tidak saling menyambung