Part 8

1.3K 113 2
                                    

Di sinilah sekarang Kai berada. Di sebuah perusahaan besar yang dipimpin oleh sahabatnya. Oh Sehun. Berjalan santai dan tiap kali ia melangkah ia akan selalu mendapatkan hormat dari para pegawai dan hanya dibalas anggukan singkat oleh Kai. Kakinya melangkah menuju ruangan paling atas bangunan itu. Sesampainya di sana, tanpa basa basi ia langsung membuka pintu itu dan menyapa sahabatnya.

"Hei Sehun, bagaimana kabarmu?" Menyapa dengan sangat akrab dan itu membuat Sehun mual di buatnya.

"Jangan berlaku manis seperti itu" memberikan tatapan tajamnya, namun itu sama sekali tak mempan untuk seorang Kim Jongin atau Kai.

"Baiklah baiklah jika aku tak boleh berucap manis, maka sekarang aku akan serius. Bagaimana dengan perjodohanmu dengan wanita yang dikirim untukmu?"

"Jangan bahas itu lagi, aku sedang sibuk ditambah lagi aku tak pernah bertemu dengan wanita itu"

"Jika aku tak membahasnya, lalu Luhan akan kau apakan?"

"Luhan tetaplah Luhan dan dia adalah milikku"

"Aku tahu itu, tapi kau akan menyakiti Luhan jika kau tak bersikap tegas dengan kedua orang tuamu"

"Nanti akan ku pikirkan"

"Jangan hanya nanti, tapi sekarang"

"Ya baiklah, sekarang akan ku hubungi ayahku"

"Harus" dan Sehun hanya mendecak kesal karena tingkah Kai yang terlalu mengaturnya, ya walaupun ia sadar bahwa ini semua untuk Luhan dan juga dirinya.

Sehun pun mengampil ponselnya dan menghubungi ayahnya, berbicara di sana dan menegaskan hal yang dikatakan Kai.

"Bisa kita bataklan perjodohannya, aboji?"

"..."

"Akan ku segera bawa, tapi kalian harus menyetujuinya bagaimana pun itu"

"..."

"Ah dan jangan lupa dia adalah seorang namja"

"..."

"Terima kasih aboji, nanti akan ku bawa dia pulang"

Sambungan telepon diputus oleh Sehun dan ia pun memberikan senyuman lebarnya pada Kai.

"Bagaimana?"

"Aboji menyetujuinya dan beliau memintaku membawanya pulang akhir pekan ini" terkejut tentu saja, kenapa bisa seorang ayah Oh Sehun menyetujui dengan semudah itu apalagi jika ayahnya sudah mengetahui jika Luhan adalah seorang namja.

"Apa kau sudah puas, sekarang kau boleh pergi"

"Baiklah albino sialan"

Ya Kai datang ke perusahaan besar ini hanya untuk menyampaikan hal itu, menurut kalian memang tak penting tapi menurut Kai itu penting karena ia telah menganggap Luhan sebagai hyungnya sendiri jadi ia harus menegaskan hal ini agar Sehun tak menyakiti Luhan lagi.
.

.

.

'Kau sedang apa?' Menekan item send di sana, mengirimnya kepada orang yang sangat ia cintai. Lama Sehun memandang ponsel itu namun tak kunjung mendapatkan balasan dari Luhan, wajar saja ia baru mengirim pesan 30 detik yang lalu dan itu sudah tergolong lama menurut Sehun.

'Lu' kembali mengirim pesan kepada Luhan dan tak kunjung di balas.

'Luhan'

'Sayang'

'Baby deer'

'Hei Xiao Lu sayangku, cintaku dan belahan jiwaku'

'Xiao Luuuu'

Sehun mulai tak sabaran karena tak kunjung dibalas oleh Luhan, ia hendak menyambar jas dan kunci mobilnya sebelum suara notifikasi ponselnya berbunyi.

'Astaga kau berisik' setelah sekian lama Sehun menunggu dan ia hanya mendapatkan balasan seperti itu.

Mengetik dengan tak sabaran lalu mengirimnya ke Luhan kembali 'hanya itu yang ku dapat?'

Berikutnya Luhan pun membalasnya 'lalu apa yang kau inginkan?' Bertanya sangat polos dalam pesannya.

'Kau masih bertanya, baiklah kau tunggu di sana jangan kemana-mana!'

'Memangnya kau tahu aku sedang di mana?'

'Kau sedang di kamarmu, aku segera ke sana Luhan'

Memakai jas dan mengambil kunci, segera berlari menuju lantai bawah, ia sudah tak ingin menunggu lagi maka dari itu ia tak menggunakan lift melainkan tangga darurat. Pergi menuju mobilnya berada dan langsung menancap pedal gas, menjalankan mobilnya membelah kota Seoul yang sangat padat saat ini, kerap kali berdecak kesal karena mobil-mobil yang ada di depannya berjalan layaknya kura-kura. Terus membunyikan klakson walau ia mendapat cacian dari pengendara lain, masa bodoh, yang ada di pikirannya hanyalah Luhan. Akhirnya Sehun tiba setelah melewati medan perang yang sangat panjang, ia langsung berlari menuju tempat Luhan.

"Lu aku masuk" tanpa persetujuan dari yang ada di dalam, Sehun langsung masuk ke dalam dan menuju kamar Luhan.

Luhan hanya terbengong mendapati Sehun yang terengah-engah memasuki kamarnya, peluh di dahinya, namun seketika Luhan mendapatkan ide untuk mengerjai Sehun.

"Untuk apa kau ke sini?" Bertanya dengan polosnya kepada Sehun.

"Aku berlarian dari kantorku, memilih untuk menggunakan tangga darurat, membuang rasa malu ku di jalan, dan berlarian ke sini, tapi hanya itu yang kau katakan?"

"Lalu apa yang harus ku katakan?"

"Setidaknya kau harus mengkhawatirkanku"

"Baiklah baiklah, aku hanya bercanda tuan muda Oh"

"Tapi tidak bagiku"

"Apa kau baik-baik saja Sehun-ah...oh astaga peluhmu sangat banyak, sini aku bersihkan" berucap se dramatis mungkin dan sedikit terkikik geli karena ucapannya sendiri.

"Tak usah" menepis tangan Luhan dan menekuk wajahnya.

"Astaga bayi besarku marah, cup cup jangan marah lagi ya sayang...sini cium dulu" mendengar itu wajah Sehun langsung cerah dan mendekat ke arah Luhan, mencium bibir Luhan sesaat lalu menatap wajah Luhan.

"Aku sebenarnya ke sini ingin mengajakmu makan malam ke rumahku akhir pekan"

"Kau serius?"

"Tentu saja, apa kau mau?"

"Tapi kenapa?" Bingung tentu saja dan ia sedikit takut karena ia belum pernah dikenalkan ke keluarga.

"Untuk memperkenalkanmu kepada orang tuaku bahwa kau adalah kekasihku?"

"Apa? Kau serius?"

"Astaga kenapa sedari tadi hanya itu saja yang kau katakan? Tentu saja aku serius..kau mau kan?"

"Tentu saja aku mau, tapi aku takut"

"Tak usah takut, ada aku untuk membelamu jika kau diintimidasi oleh orang tuaku"

"Kau menakutiku?"

"Tidak"

.

.

.

TBC

Yeeeyyy akhirnya update juga ini, maafkan jika sedikit dan ya ini menuju chap terakhir, mungkin sekian dulu..bye bye
.

Only In Chat Room (HunHan) | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang