Chapter 6 : Kedua kalinya

75 23 2
                                    

"Mmm... Sumpah enak banget" Kira dengan lahap memakan makanan yang terdapat dalam kotak persegi dengan kombinasi bunga-bunga yang di beri oleh Gaven itu. "Lo gak mau nyobain gav.." Kira bertanya kepada seseorang yang tengah berada di sampingnya dengan wajah tidak menghadap padanya itu, pandangan mata Kira tetap dan masih terfokus pada objek yang dilihatannya, yaitu terhadap kotak makanan yang tergelatak tepat berada di atas lantai marmer putih bernuansa megah itu. Orang yang kira tawarin sepertinya tidak menanggapi omongannya, ia hanya sibuk dengan kerjaannya, main game online, bahkan berdehem saja pun tidak. Nyaris membuat kira geram sendiri, langsung sorot mata Kira yang tajam diarahkannya pada Gaven. " kalo gak mau, gue habisin nih." ancamannya ngenyik, dan mencoba untuk menormalkan keadaan hatinya yang terasa kering karena Gaven mengacuhkannya. Gaven hanya melihat saja, tetapi dengan tatapan menohok yang ia gunakan untuk orang di sebelahnya itu, karna sedari tadi kerjanya mengeyel-ngeyel gak jelas, pikirnya.

"Makanya berhenti dulu mainnya, nih makan," awalnya jantung Kira berdetak kencang tidak karuan melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh gaven, namun lagi-lagi Kira berhasil menormalakan dirinya. tangan Kira melayang ke arah mulut gaven bak anak kecil berumur 7 tahunan yang sedang asyik memainkan pesawat kertasnya yang ia daratkan. Lalu kira membalikkan arah tangannya, menuju mulutnya sendiri, untuk yang ini sama halnya dengan seorang ibu yang menyuapi anaknya plus dengan bercandaannya. Gaven yang merasa di tipu dengan suapan dari Kira, memilih untuk menunjukkan tatapan tajam lagi kepada Kira dan berniat membuang stik yang ia pegang, tangannya langsung meraih makanan yang perempuan sebelahnya pegang, alhasil Gaven berhasil mengambilnya dan langsung memasukkan ke mulutnya. Tersirat senyum penuh kemenangan tergambar di wajahnya. Kira hanya melongo melihat makanannya di makan Gaven.

Nyam

"Enak" komentarnya sambil manggut-manggut

"Iya lah makan bareng siapa dulu" kira dengan pedenya berlagak alay meniru gaya temannya, Debby

"Apa?" tanyanya seakan menyinggung

"Iya secara gitu, ada adeknya Selena Gomes yang cantik" tambah Kira dengan penuh percaya diri dan kealayan tingkat tinggi melebihi kalimat sebelumnya.

Gaven tersedak akan ucapan kira barusan. Tangannya mengelus-elus dadanya sambil batuk-batuk membuat sisa serpihan kecil makanan di mulutnya keluar dari mulutnya

"Gaven, lo kenapa? Pengen air gue ambilin ya?" kira khawatir melihat tingkah Gaven, ia memegang pundak gaven, lalu beranjak berdiri. Sebelum ia berdiri tangannya sudah di tahan oleh gaven sehingga membuatnya menoleh.

"Nggak perlu," masih dengan batuk-batuk yang perlahan

"Lo hati-hati kalo makan" wajah kira benar benar berubah seperti wajah ibu yang merasakan kehawatiran pada anak semata wayangnya.

"Gue makannya bener, cuma pengandaian tinggi dari lo tadi, pencernaan makan gue jadi salah arah," tukasnya sambil geleng-geleng kepala. Lalu tubuh dan matanya berbalik melihat layar monitor di depannya, mengambil stik yang tergelatak di karpet depannya kemudian melanjutkan permainan nya tadi

***

Dari situ tidak ada lagi yang meramaikan ruangan yang bernuansa putih dan sunyi itu, kedua insan yang berada disana sama-sama membungkamkan suaranya, mereka
sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing.
Gaven, sibuk dengan memainkan game serunya yang seperti menjadi santapan makanan setiap harinya, tetapi di samping cowok yang berambut acak-acakan itu duduklah seorang perempuan yang sedang melirik manja cowok sebelahnya, ya perempuan itu adalah kira. Dan Ya kira gadis cantik seantero kelasnya, membuat seluruh cowok seisi kelas 11a2 pada saat kelas sepuluh banyak cowok yang meliriknya penuh arti sebagaimana menaruh hati kepadanya, dengan rambut yang selalu tergerai rapi dan tiap ia ber--style itu akan selalu menjadi ciri khasnya sendiri, perlu dicatet lagi ia belum pernah pacaran--idaman banget--.
Kira sejak tadi masih ingin menghabiskan makanan di dalam kotak yang ada dihadapannya itu, sehingga ia terus saja mengunyah makanan di mulutnya, Kira pun sempat melihat wajah Gaven yang terihat jelas hanya bagian samping saja, sempat juga ia berdecak kagum dengan kegantengan Gaven, di lihatnya sejak tadi sehingga membuatnya terpana akan Kegantengan yang ada pada Gaven, dan terus ingin selalu memandangnya. Kira terus saja memerhatikan wajah gaven semakin lama semakin mendalam.

Hening

Hening

Hening

Hingga 15 menit berlalu tak ada suara lagi yang terdengar di ruangan disana, keduanya membisu seolah tak ada lagi yang perlu di bicarakan lagi. Hingga kira tersadar akan pandangannya terhadap gaven dan menyadari ada keheningan yang menempel kepada suasana mereka berdua. Langsung Kira memberanikan dirinya untuk mengakhiri keheningan yang terjadi di kala senja itu, karna menurutnya suasana seperti ini tidaklah ia suka,
"Gav.." suaranya pelan
"Hm" Gaven hanya berdehem saja
"Makasih ya" ucapnya. Kira membuat gaven berhasil tersontak kaget, ia menghentikan gerakan tangannya yang bergerak yang mengotak atik stick yang di pegangnya.
Lalu cowok itu membalas pernyataan kira barusan hanya mengangkat kepalanya saja, seraya ia berkata "apa".
"Udah nyelametin gue dari preman waktu itu" bicaranya dengan pelan dan menundukkan kepalanya, tangannya yang sejak tadi berada di atas pahanya kini telah dikepalkan olehnya.
"Oke"

"Aduhh.. Udah jam 5 lebih" Kira melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganya sambil menepuk jidatnya.
Gaven hanya menoleh saja tanpa mengucapkan rangkaian kata apapun.
"Gaven, gue mau pulang" pintanya kepada Gaven seakan akan Gaven akan menurut padanya dan mengikuti kemauannya
"Terus?" gaven hanya melihat sekilas dengan mebentuk tiga garis lurus di dahinya
"Ya-ya anterin" bicaranya tersendat-sendat, matanya di kedip-kedipkan.
Kira menatap wajah gaven dengan memelas, Dalam hatinya ia berharap sekali orang yang di tatapnya akan berkata iya padanya. Alhasil nihil yang di dapat oleh kira, jangankan berkata iya mengeluarkan kata pun tidak. Gaven tidak mengatakan apapun namun ia malah beranjak berdiri menemui kasur yang empuk miliknya disana. Kira menatapnya dengan wajah terpampang disana yang menunjukkan kebingungannya,
" Gaven.. " panggilnya lagi dengan nada kesal
"Pulang entar aja.." jawabnya dengan posisi tubuh terlentang di kasur kedua telapak tangannya tepat berada di bawah kepalanya, sengaja ia jadikan bantal untuknya.
"Lo boleh ngapain aja," lanjutnya.

"Nggak, gue mau pulang.." masih dengan keputusannya tadi. "Ayok anterin" lanjutnya lagi
"Oke," bangun dari tidurnya dengan posisi tubuh duduk tegap di atas kasur. Berdiri lalu melangksh mengambil jacket dan helmnya. "Ayok".
Sejak tadi pikiran Kira di landa oleh kebingungan, langsung ia tersontak berdiri setelah mendengar ajakan dari Gaven, dan langsung mengambil tasnya lalu mengikuti langkah cepat gaven.

***

Gaven berjalan keluar mengambil motor ninjanya yang terparkir berjejer rapi dengan mobil-mobil mewah, langsung ia Mengendarainya masih dengan gaya mainly nya sehingga membuat perempuan yang tubuhnya terbalut dengan sweater warna navy blue berlengan panjang yang tengah berdiri di depan tembok putih tinggi menjulang disana tak bisa menghentikan matanya untuk menatap objek berbalut jacket dengan tubuh tinggi yang sedang menghentikan motornya itu sukses membuat perempuan ber sweater itu tidak dapat menstabilkan detak jantungnya. Tidak bisa ia kendalikan. Kira menaiki motor ninja Gaven dengan perasaan sungkan, ya Kiralya Hermawan.

***

Suasana yang di kelilingi banyak macam hal terutama kendaraan-kendaraan yang macetnya minta ampun membuat pusing pala barbie di jalan membuat siapapun enggan untuk membawa pergi kendaraannya, sama halnya dengan Gaven maupum Kira. Namun di balik kegelisahan hati seseorang disana masih ada hal yang bisa menyejukkan hati mereka salah satunya mereka bisa melihat bahkan menikmati dengan indah bangunan yang menjulang tinggi di kala senja sore itu.

Keep reading, readers.
Jangan lupa kritik dan sarannya ya, terima kasih. :)

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang