Sita dijemput Mas Nabil di kampus. Chat yang tadi itu berisikan kalau Mas Nabil mau mengajak Sita makan siang bersama. Makan sore sih lebih tepatnya.
Dan, sekarang mereka udah disini, di restoran Jepang dengan makanan khasnya Sushi kesukaan Sita. Kata Mas Nabil dia mengajak Sita makan siang karena dia sudah selesai merampungkan skripsinya dan 2 bulan lagi sidangnya.
"Berarti nanti abis sidang ada teraktiran lagi dong Mas?" canda Sita.
"Iya dong, tapi khusus buat kamu aja, kalo ngajak Ale makannya banyak" Sita ketawa, karena memang benar kakaknya itu kalau makan udah kaya porsi orang belum makan setahun.
"Bener-bener,Mas Ale tuh kalo makan emang banyak banget"
"Iya, lagian kalo jalan berdua ginikan lebih enak Ta" Mas Nabil tersenyum penuh arti ke Sita. Sita yang pipinya mulai memanas langsung meneguk ocha dinginnya.
Setelah hari itu, hari dimana pertemuan mereka. Sita sudah banyak sekali menangkap sinyal-sinyal kalau Nabil memiliki perasaan yang lebih ke Sita. Dari Mas Ale yang tiba-tiba bilang ada temennya yang mau kenalan. Selama ini belum ada temen Mas Ale yang mau kenalan sama Sita. Biasanya mereka kenalan saat kumpul-kumpul bareng aja.
Selesai acara teraktiran itu, Mas Nabil mengajak Sita ke sebuah taman kota dekat rumah. Mereka berdua duduk diatas rumput sambil memakan es krim yang tadi mereka beli. Sambil menikmati langit sore yang mulai menggelap.
Taman ini cukup ramai. Ada anak-anak komunitas gitu yang sedang bermain skate board, ada juga sekumpulan anak yang sedang memainkan alat musik dan ada juga yang sekedar duduk-duduk dirumput dan bercanda gurau. Ada juga yang sedang syuting.
"Iya aku dulu sering pindah-pindah sekolahnya, baru deh SMA di jakarta"
Mas Nabil cerita dulu dia selalu pindah-pindah negara dari SD. Ayahnya seorang pengusaha."Wah enak banget jadi envy" Sita memanyunkan bibirnya.
"He he iya, tapi jadi harus beradaptasi terus, besok kamu kuliah?"
"Hmm.. iya juga sih. Iya besok aku kuliah, Kenapa?"
"Mau aku jemput?"
"Haha... ngga usah, ngerepotin nanti" Sita mau mengambil tisu didalam tasnya, disekitar mulutnya sudah banyak lepetan es krim. Tapi Nabil malah mengelap dengan Ibu jarinya dan memasukan jarinya kedalam mulut.
"Ihhh.. Mas, jorok tau" Sita mengelap mulutnya dengan tisu yang diambilnya.
"Dari bibir kamu ini" Sita menjadi diam menatap Nabil. Apa Nabil suka sama dia ya? Tapi apa ngga kecepetan?
"Malah bengong. Kita pulang yuk udah mau malam" Mas Nabil bangun dan mengulurkan tangannya untuk membantuku.
Sita merasa nyaman dengan kehadiran Nabil. Pembawaan dia yang selalu melindungi membuat nyaman Sita. Nabil juga selalu mengajari tentang sesuatu yang baru pada Sita. Membicarakan apapun dan pastinya tidak membuat Sita bosan didekatnya. "Ini satu-satunya teman Mas Ale yang paling waras", batin Sita.
Sesampainya di depan rumah, Sita melihat Mas Ale sedang duduk disaung kecil dihalaman depan. Fokusnya berkurang saat melihat Sita masuk kehalaman diikuti Nabil dibelakangnya. Nabil menyapa sekalian berpamitan untuk pulang. Sita menunggu Nabil sampai masuk mobil dan pergi.
Sita berjalan ke saung kecil sambil tersenyum malu. Mas Ale yang melihat adiknya itu hanya menggelengkan kepala sambil nyengir.
"Cih.. senyum-senyum lagi lo, kebanyakan makan gula lo ya?" Mas Ale menyalakan rokoknya.
"Iya gula-gula cinta kayanya Mas"
"Lo jadian sama Nabil?" Mas Ale menghembuskan asap rokoknya ke udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
When a Celebrity to be Your Soulmate
RomanceSiapa yang ngga kesal kalau harus dijodohkan dengan orang yang belum dikenal baik? Aryas, si artis gesrek yang memiliki sifat yang ngga disukai Sita, sok kegantengan, kepedean dan ngomongnya sembarangan. Lain halnya dengan Aryas. Sita membuat hidupn...