Teruntuk kamu yang pernah singgah,
Terimakasih untuk hari-hari yang dulu kau luangkan,
Terimakasih untuk jam-jam yang pernah kau sempatkan,
Terimakasih untuk menit-menit yang tak pernah mampu ku perhitungkan,
Terimakasih untuk detik-detik yang tak bisa kita ulang.Kau,
Adalah bahu yang pernah kusandari
Kau,
Adalah raga yang pernah kudapati
Dan tepat, sedetik selepas aku menulis ini,
Maka tolong, yakinilah
Aku sedang mengucap syukur, atas karunia yang luar biasa.
Sempat menjadi bagian dari dirimu,
Yang luar biasa aku kagumi.
Bagiku,
Kau,
Senantiasa kusebut dalam doaku,
Meskipun tak ku ucap untuk bersamaku.Teruntuk dirimu,
Yang sedang singgah di hidupku.
Percayalah,
Sedetik selepas kau membaca bagian ini,
aku sedang tersipu malu.
Kau,
Terimakasih, telah datang di saat yang sangt tepat.
Terimakasih, telah menopang tubuhku, ketika dia yang pernah singgah itu pergi,
Terimakasih, telah senantiasa menantiku,
Bagiku,
Waktumu,
Ragamu,
Namamu,
Dan segala apa tentang dirimu,
Kau ini sempurna. Atas segala kekuranganmu.Bagiku,
Tak ada yang tak indah,
Ketika itu tentang dirimu.
Aku mohon, yakinilah,
Namamu,
Selalu kuucap dalam setiap doaku,
Tak hanya untuk kebahagianmu,
Tapi ku harap,
Untuk kebahagianku,
Karena tiap ucapku,
Aku berharap kita bersama,
Hingga waktu yang senantiasa lama.-Jumat, 10 Maret 2017
-N-
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi, Untuk Segenap Rindu yang Tak Bisa Terucap
PuisiKarna kamu adalah panas, maka jangan tanya mengapa saya meleleh. Karna dingin adalah kamu, maka jangan tanya mengapa saya beku. -N . . Untuk segala rindu yang tak bisa terucap. Untuk segala rasa yang tak bisa terungkap. Untuk kamu, yang menjadi rasa...