Chapter VI

28 5 0
                                    

Sia mulai membuka mata menatap langit langit kamar Olifia. Kamarnya sangat sederhana hanya ada kasur dan lemari pakaian kosong. Seperti hanya untuk singgahan sementara. Sepertinya Olifia wanita yang feminim, dinding kamarnya di cat warna ungu pastel dan furniturenya berwarna putih dan pink pastel. Sangat lembut. Ada jendela di atas kepala ranjang tertutup gorden putih yang berusaha menahan sinar matahari menembus memasuki ruangan tersebut.

Tiba tiba saja perut Sia mulai melilit meminta makan, membuyarkan pengamatannya. Setelah apa yang terjadi kemarin energinya nyaris terkuras habis. Semuanya terjadi begitu cepat.

Sia membuka pintu mendapati Zac sedang memakan sandwitch di bar dapur sedangkan Owen sedang mondar mandir menggenggam telepon pintar dibelakang Zac menggerutu pada lawan bicaranya di seberang sana. Ia tidak melihat tanda tanda keberadaan Ellian di penthouse. Sia melangkah maju pergi menghampiri dapur ingin mengambil air. "Pagi semua." sapanya pada Zac dan Owen. Owen tersenyum lalu kembali pada lawan bicaranya.

"Pagi sayang. Makanlah aku sudah menyiapkan sandwitch bagianmu. Ada air di lemari pendingin bila kau haus." Sia membuka lemari pendingin mengambil sebotol air mineral sedapatnya. Ia menenggak habis air mineral tersebut. Kepalanya terasa pening akibat dingin, setidaknya rasa pening yang ia rasakan mampu mengembalikan kesadarannya. Ia seperti tengah bermimpi.

"Terima kasih Zac. Ngomong ngomong kemana Ellian?"

"Kekasih mu? Di kamarnya, sedang berurusan dengan laptop sialannya." sambil menunjuk arah dimana pria itu berada. "Jadi apa rencanamu hari ini?" tanya Zac. Ia tahu Sia tak bisa keluar dengan santai sekarang. Tetapi berada di penthouse selama beberapa hari tanpa kegiatan juga sama mengerikannya.

Sia duduk di sebelah Zac mengambil sandwitch bagiannya, ia tak berkomentar apapun. Sandwtch buatan Zac sangat enak terutama daging asapnya. "Entahlah. Lagi pula aku tidak aman diluar sana."

"Tidak tanpa kekasihmu." tukas Zac memberi petunjuk, dan sepertinya Sia sama sekali tidak sensitif akan hal itu.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya Sia sambil menggigit bagian terakhir sandwitch di tangannya.

"Bekerja. Aku harus mengedit foto untuk diserahkan secepatnya." sambil memutar bola mata "Dan kau akan menjadi yang pertama melihat hasilnya." Zac menyipitkan mata memandang Sia mengisyaratkan aku akan menyihir kalian semua.

"Aku menantikan keajaibanmu. Ngomong ngomong aku masih lapar, aku akan mencari makanan."

"Apa sandwitch yang ku buat kurang? Akan ku buatkan lagi lebih banyak."

Sia tertawa saat melihat ekspresi Zac terkejut, ia lupa kalau dirinya tidak memakan makanan manusia untuk bertahan hidup "Zac, aku tak akan kenyang dengan makanan manusia."

"Ah, ya. Menghisap energi. Apa mereka akan mati?" tanya Zac penasaran. Wajahnya mengernyit khawatir kalau kalau menghisap energi juga menyebabkan kematian seperti vampir menghisap darah.

"Nope." Sia menggelengkan kepala "Mereka hanya pingsan atau kelelahan. Well, aku akan mengganggu Ellian. Ia sudah berjanji padaku." Zac terdiam menatapi Sia yang melenggang pergi menghampiri adiknya. Sepertinya vampir moderen tidak membahayakan seperti vampir dulu pikirnya.

Ellian sedang menatapi layar laptopnya lekat lekat mengaitkan jemarinya dan dijadikan topangan dagu. Ia sedang berpikir keras tak tahu apa yang harus di tulisnya. Ia kehabisan ide. Director Oh Byung Sik kembali memintanya membuatkan sebuah cerita roman fantasi bertemakan petualangan. Sia datang berdiri didepannya mengenakan kaus santai berwarna putih dan celana tidur bermotif tartan warna biru. Membuyarkan konsentrasi Ellian. Ia mulai jengkel terutama saat mengetahui wanita didepannya belum membersihkan diri, rambut lebatnya bahkan belum disisir. Ellian mendongak memperhatikan Sia, meski tetap cantik tanpa mengenakan make up, berantakan adalah sebuah kata yang sangat di hindari Ellian. "Ada dua kamar mandi. Yang satu dekat dapur yang satunya dekat pintu masuk. Bersihkan dirimu segera."

Dancing with Tyrant [Mature]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang