Chapter VIII

31 3 0
                                    

Terik matahari sudah semakin menyengat menembus kaca jendela berusaha mengusik seorang pria yang sedang bekerja menarikan jemari di atas tombol laptop di atas meja kerja yang menghadap jendela. Pria itu berdecak kesal memaki silau menarik kain gorden berwarna hijau dengan jengkel menutupi jendela di depannya lalu kembali pada layar.

Sudah sejak kemarin siang pria itu tidak bergeming dari tempat dimana ia berada. Madam Antonie bahkan sampai membawakan makan malam dan sarapan dan sekarang makan siang. Ia makan bersama laptop tidur bersama laptop, well, ia tidak tidur. Kantung matanya menghitam seperti panda. Ia bahkan melupakan Sia. Mereka belum bicara sepatah kata-pun sejak latihan dansa usai. Saat Sia berusaha duduk di pangkuannya pria itu juga tidak peduli dan tetap fokus menatap layar laptop. Saat Yoon mengetahui mereka tidur di ruangan yang sama dan memaki habis habisan-pun pria itu tidak peduli hanya sesekali menjawab ya atau tidak lalu kembali fokus. Saat Olifia menanyakan pakaian yang akan pria itu kenakan di acara pesta juga tidak mendapat tanggapan sampai Olifia harus menutup laptop baru pria itu menatap, dan ya, jawabannya adalah terserah. Dan sekarang Sia ingin memperlihatkan foto mereka yang sudah jadi tetapi ia mengurungkan niat tahu dirinya akan diabaikan.

Ia berdecak kesal menaruh amplop coklat berisikan foto mereka di atas meja dan berbaring di atas ranjang menatap langit langit. "Ellian, apa kau sudah selesai?"

"Ya."

"Kali ini cerita apa yang kau tulis?"

"Uhu." benar benar minta dipukul dengan tongkat morning star sampai betul betul remuk.

Suara ketukan pintu terdengar, Sia berdiri dan membukakan pintu. Pria itu pasti tak akan sadar sekalipun ada kebakaran di dapur.

Madam Antonie datang membawakan kotak kecil yang terbuat dari kayu mahoni terbungkus pita berenda berwarna pink dan itu tujukan kepada Ellian. Ia menyerahkannya kepada Sia lalu pergi kembali pada pekerjaannya yang masih tertunda. Sia menatapnya bingung setengah penasaran apa isi kotak tersebut, Sia menaruhnya disamping Ellian tepat di atas amplop yang tadi ia taruh. Dan ya, tentu saja pria itu tetap tak bergeming. Akhirnya Sia menonton tv untuk mengisi kebosanan, ia mengganti siaran sana sini dan mendapati ada siaran yang sedang menayangkan drama korea. Ia menikmati drama tersebut dan membesarkan suara setengah berharap Ellian akan terusik. Sayangnya tidak demikian, pria itu tetap fokus pada laptop. Entah bagaimana ia mendapatkan kemampuan tersebut, meski menakjubkan hal itu juga sangat menjengkelkan. Sia sudah pasrah berusaha mengusik pria tersebut jadi ia menikmati drama saja sambil menunggu pria itu kembali hidup dengan sendirinya.

Hari sudah semakin sore. Ellian mulai merasakan perih dimatanya. Ia segera ke kamar mandi membasuh wajah berharap rasa perih tersebut segera mereda. Dilihatnya sebuah amplop coklat tertindih sebuah kotak terbungkus pita berenda berwarna pink di sebelah laptopnya saat ia kembali duduk. Ia menoleh ke arah Sia, wanita itu sedang asik terhanyut oleh drama yang sedang ditonton. Tidak ada tanda tanda akan menoleh. Ellian mulai mengingat ngingat kapan semua benda ini sampai dan ia ingat kotak tersebut adalah hadiah untuk Sia sedangkan amplop coklat tersebut ia tidak tahu sama sekali jadi ia membiarkannya dan segera membersihkan diri.

Kini Ellian sudah segar bugar setengah bersiap. Ia mengenakan kemeja hitam dengan celana bahan dan sepatu kulit berwarna putih. Ia juga merapihkan janggut dan menata rambutnya membentuk gaya pompadour. Ellian keluar sambil mengenakan jam tangan dilengan kiri pergi menuju meja kerja, mengambil amplop dan kotak tersebut lalu berbaring di samping Sia. Membuka amplop tersebut terlebih dahulu, mendapati foto mereka saat di Beverly Hills. Zac benar benar ajaib, foto mereka menjadi bernuansa sangat romantis padahal jika diingat kembali saat itu ia melakukannya setengah terpaksa demi menyeret Zac.

Ellian tersenyum lalu memasukkan foto tersebut kembali dan menaruhnya di buffet sebelahnya. Foto tersebut akan ia pajang nanti, ia akan menyiapkan dinding panjang yang akan dipenuhi foto mereka pikir Ellian. Ia menoleh ke arah Sia masih terhanyut oleh drama, Ellian berusaha mengikuti drama tersebut tetapi ia tak mengerti. Seorang pria menjadi pembantu di rumah majikannya lalu difitnah oleh si kekasih majikan dan majikannya pun tak dapat membela. Ellian bersyukur tak pernah membuat cerita malang seperti itu.

Dancing with Tyrant [Mature]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang