Dua

2.2K 79 173
                                    

Dua

Liliyana masih mencoba menetralkan debar jantungnya yang memburu. Belum lepas keterkejutannya, Nickhun kembali mengatakan sesuatu yang membuatnya terhenyak.

"Berhenti menanyakan alasanku atau kau akan merasakan hukumanku lebih dari ini!"

***

Liliyana termangu menatap Nickhun yang masih menampilkan wajah seringainya setelah memberikan pernyataan mengejutkan tadi. Dan seolah tak terjadi apa apa, dengan santainya Nickhun meninggalkannya sendirian.

Lelaki itu berjalan tenang masuk kedalam kamar mandi mereka. Liliyana masih menahan nafasnya hingga pintu itu tertutup sempurna. Ia memegang dadanya yang berdegup kencang. Dirasakannya bulir air mata menuruni pipi putihnya.

Kenapa aku harus menikah kalau tanpa alasan begini...

Perlahan tangis dalam diam itu berubah menjadi isakan kecil. Sangat kecil untuk didengar oleh siapapun, karena hanya sipemilik tangislah yang mampu mendengarnya.

Tak lama, hanya sebentar saja. Seolah tak ingin ada yang mendengar isak tangis akibat kebingungannya itu. Ia bahkan langsung menghapus air matanya cepat saat didengarnya bunyi pintu terbuka.

Aroma wangi sabun menyeruak keindra penciumannya. Masih menunduk, ia membalikkan badannya dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Tepat saat ia akan masuk kedalam, tangan mungilnya kembali ditahan.

"Berhentilah menangis atau menanyakan alasan apapun padaku... aku hanya tak ingin kau semakin sakit mendengar alasanku."

Liliyana hanya diam. Tak berniat sedikitpun untuk membahas permasalahan ini lebih lanjut. Ia bahkan tak menolehkan kepalanya untuk menengok sang suami. Dengan kasar ia menghempas tangan yang mencekalnya dan masuk kedalam kamar mandi.

Kembali menumpahkan segala keresahan, kebingungan dan kesakit hatian yang dirasakannya. Ada apa ini? kenapa wanita yang terlihat kuat dan anti lelaki sepertinya bisa menangis tak henti seperti ini?

Kenapa wanita dengan selfe protect yang tinggi sepertinya terima terima saja untuk ditindas bahkan diremehkan oleh sang suami. Kemana akal sehatnya pergi? Bukankah seharusnya dia marah? Atau bahkan bukankah seharusnya ia menuntut untuk berpisah?

Berpisah? Hal itu bukan tak pernah difikirkan olehnya. Ia bahkan sudah ingin berpisah sebelum mereka menikah dulu. Apa? Bagaimana bisa? Berpisah bahkan sebelum menikah?

Hei tenanglah, aku akan menjelaskannya sedikit. Yah, ia bahkan ingin berpisah sebelum menikah karena dulu sang mama memberinya waktu untuk menolak lamaran sang suami, ia bisa saja menolak dan berpisah saat itu juga, namun logika dan akal sehatnya menang.

Ia akhirnya menerima lamaran itu karena sang mama, papa dan kakaknya. Lelaki itu bahkan mengancam akan mengatakan hal hal yang tidak tidak pada orang tuanya. Ia bahkan mengancam akan mendatangi pelatnas bersama orangtuanya dan melamar Liliyana disana.

Tentu saja Liliyana menolak. Ia tidak ingin semua orang tau kalau dia akan menikah atau dia memiliki lelaki yang akan menikahinya. BIG NO! Karena itu sama saja dengan mengumumkan dirinya siap untuk digoda teman sepelatnasnya.

Jadi, tidak ada satu orangpun yang tau kalau dia dan Nickhun sudah menikah. Hanya kedua belah pihak keluargalah yang tau pernikahan itu karena mereka berdua sepakat untuk menyembunyikannya sementara waktu.

Selesai dengan kegiatan mandinya, Liliyana keluar dan menatap ranjangnya. Nickhun sudah berbaring dengan nyaman disana. Ia bahkan melihat lelaki itu terlelap dengan nyamannya.

Maka akhirnya ia memutuskan untuk melangkahkan kaki menuju sofa yang ada diujung kamar. Ia lebih memilih untuk tidur disana dibanding harus menambah aura sangat dingin dengan berbagi kasur bersama Nickhun.

The Hidden Marriage [Completed]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang