Lima

8.6K 588 17
                                    

Huh, pagi yang cerah. Secerah senyum Kak Juna. Eh, kepikiran terus yah sama kakak kelas ganteng itu. Bawaannya pengen bawa pulang aja. Hihi..

Ah, ini koridor ramai amat ya. Banyak anak sliweran kesana-kemari nggak jelas. Ada yang main kejar-kejaran, ada yang teriak-teriak sambil bawa sapu, ada yang mojok sama pacar, dan.. Ah, disana ada Kak Juna lagi mainin gitarnya.

Segera gue samperin tuh. Lumayan, pagi-pagi dapet vitamin dari cogan.

"Hai Kak," sapa gue mencoba tersenyum semanis mungkin.

"Oh hai juga Nad," sapa balik Kak Juna sambil tersenyum manis, gula aja kalah manis nih.

"Manis," aduh, bego banget sih Nad. Pake keceplosan lagi.

Kak Juna mengernyitkan alisnya tanda ia bingung. "Apanya yang manis Nad?"

"Ah, bukan apa-apa kok Kak. Btw, kakak bisa main gitar?" retorik banget sih pertanyaan gue.

"Iya. Lagi ada tugas musikalisasi puisi nih. Jadi nyoba lagu-lagu yang pas dulu sama puisinya."

Gue hanya ber-oh ria. Demi apapun Kak Juna ganteng banget pas petik gitarnya.

"Mainin gitar terus, mainin gue nya kapan?" astaga keceplosan lagi. Semoga Kak Juna nggak ilfeel deh. Gue cuma menundukkan muka gue. Malu coy. Coba lo ada diposisi gue.

"Lo nggak pantes dimainin Nad. Lo pantesnya diseriusin."

Langsung gue tatep Kak Juna. Dan astaga, dia pasang muka serius banget. Aduh, pasti nih muka udah kayak darah bulanan nih, merah.

"Ih Kak Juna bisa aja," asli gue malu banget.

Tett.. Tett.. Tett.. Suara bell tanda masuk telah berbunyi, membuat sebagian siswa berlari-lari dikoridor untuk mencapai kelasnya dan sebagian masih berjalan santai bersama teman-temannya.

"Eh, gue masuk dulu ya kak. Bye," gue segera melangkahkan kaki menuju kelas gue tercinta.

Baru setengah jalan menuju kelas, eh gue dihadang sama kakak kelas.

Baru setengah jalan menuju kelas, eh gue dihadang sama kakak kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cewek. Kelasnya dimana? Perlu abang anterin nggak?" dia menaik-turunkan alisnya genit. Ih, walaupun mukanya ganteng pun gue juga nggak mau kalo sifatnya kek gitu.

"XI MIPA 2, kak," jawab gue sesopan mungkin. Gini-gini juga gue masih takut sama kakak kelas juga.

"Oh, anak IPA ya. Kenalin, gue Azkadhani Putra kelas XII MIPA 4. Panggil Azka aja."

Oh ini yang namanya Azkadhani Putra. Playboy kelas kakap disekolah ini. Jangan bilang gue itu target berikutnya.

"Oh iya. Jessica Alnadine, panggil Nadine aja. Kak, aku buru-buru nih. Aku duluan ya."

"Iya. Btw, santai aja. Pake gue-lo juga nggakpapa."

Tanpa ingin memperpanjang pembicaraan, gue langsung mengangguk dan pergi berlalu dari hadapan kakak kelas ganteng tapi playboy itu.

Kakel -ManuRios-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang