Ternyata Kak Juna tinggal di Gardenist Apartement. Keren banget, secara orang yang punya tempat disini kan cuma orang kaya aja.
Aduh Kak Juna, jangan membuatku semakin cinta dong. Udah ganteng, ramah, baik, care, ganteng lagi, kurang apa coba, kurang kumiliki. Eh? Udahlah.
Lantai 7 nomor 501. Bakal gue inget-inget itu. Siapa tau gue bakal main lagi kan.
"Ayo masuk Nad," dia mempersilahkanku masuk duluan saat selesai memasukkan password.
Aku berdecak kagum. Mewah. Bener-bener mewah pokoknya. Coba gue tinggal disini, tentram dah pokoknya.
"Baju kamu agak basah tuh. Aku pinjemin baju punya adek aku mau? Kayaknya badannya sama kayak kamu."
Nggakpapa lah pake baju punyanya calon adek ipar. Gue langsung mengangguk dan mendudukkan pantat tercinta ke sofa -yang sialan empuk banget- itu.
Tak lama Kak Juna dateng sambil membawa pakaian ditangan kanannya. "Ini. Kamu ganti dikamar tamu aja ya."
Dia menunjukkan sebuah ruangan dengan pintu berwarna coklat. Gue langsung bergegas beranjak untuk berganti.
Lumayanlah pakaiannya. Sweater rajut berwarna abu dengan celana navy jeans. Cocok kok. Kan emang badan gue cocok di pake in apa aja. Maklum lah ya, orang cantik ini.
Gue keluar kamar lalu menghampiri Kak Juna yang ternyata sudah selesai berganti pakaian dan sekarang sedang memakan sebuah donat.
"Mau?" tanyanya sambil menyodorkan kotak donat padaku. Astaga, bentuknya kok lucu gini sih. Gue jadinya kan enggak tega buat makan.
"Kok lucu."
"Kayak kamu dong."
Apa? Kak Juna ternyata juga bisa gombal juga ya. Ih, jadi malu.
"Apasih Kak. Aku bukan badut ya jadi nggak lucu."
Kataku malu-malu. Ini beneran malu lho. Langka ini, biasanya gue yang malu-maluin.
Kak Juna ketawa. Catet guys ketawa. Ah senengnya bisa buat kakak ganteng ini ketawa. Aku padamu Kak.
"Hujannya masih deras tuh. Kamu pulangnya nanti aja ya," kata dia sambil tersenyum.
Gue cuma menganggukkan kepala.
"Emm, Nad. Mau nonton?" kata dia sambil melambaikan sebuah dvd ditangannya.
"Apa tuh Kak."
"Ini punya adek aku. Katanya sih tentang relationship goals gitu."
Mendengar kata relationship goals, gue langsung semangat. Siapa tau kan gue bisa sama Kak Juna.
"Boleh."
Lalu dia memutar dvd nya dan kami mulai serius menonton.
Dan apa ini.. Astaga, ini ternyata blue film. Segera kulirik Kak Juna yang ternyata juga melirikku.
"Kakak kayaknya salah puter deh," kata gue pelan sepelan angin sepoi-sepoi. Kulihat dia langsung meringis pelan.
"Maaf deh. Aku matiin." Kak Juna mencoba mematikan tombol power pada remote tapi tidak bisa. Sepertinya rusak.
"Yah, nggak bisa Nad. Gimana dong. Mana ini suaranya keras banget lagi."
Aduh gimana dong. Bahaya kita nonton film begituan. Kalau nanti keblabasan kan berabe urusannya.
Suara desahan-desahan semakin menggema dalam apartement Kak Juna. Gue tatap muka Kak Juna yang agak menegang.
"Kenapa Kak?" tanya gue heran.
"Kayaknya ada yang bangun Nad."
Gue mengernyitkan alis. Emang siapa yang bangun? Perasaan yang ada disini cuma kita berdua deh.
"Adek aku," katanya sambil menatap bagian bawah perutnya.
Dan apa yang gue lihat? Besar banget. Iya besar. Saat itu juga gue langsung tersadar dan memalingkan wajah.
Dan hanya satu kalimat buat kita berdua, bego!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakel -ManuRios-
DiversosPunya kakak kelas ganteng mirip Manurios? Kelar hidup lo.