Bagian 3

14.9K 1.3K 20
                                    


Maafkan untuk Typo, tak kena edit😆

Ketik di hp, laptop sakit 😢 jadi mohon maaf bila gk sesuai yang di harapkan

Anggap saja di mulmed itu Altan yang lagi sama Zico 😅

Happy reading!! ❤

Ayse menghadap jeruji besi di hadapannya sambil menahan kesal. Bukan keuntungan yang di dapatnya malah dirinya terjebak dalam kurunga besi yang sungguh menyesakan, seharusnya ia tak perlu menawarkan penawaran pada raja yang tak tahu malu itu, walaupun dirinya tak terkurung sendiri meliankan bersama Kathab yang masih tergeletak lemah tak berdaya di sampingnya.

Ayse terseyum lirih pada nasibnya, kadang ia berfikir kenpa ia tak mati saja di perang kemarin atau lebih baik tak dilahirkan saja. mengingat akan nasibnya yang amat malang ia bahkan lupa akan misinya, bertemu ayahnya. Panglima Jallen, setega itukah ayahnya? Padahal sedari kecil ia tak pernah mendapat kasih sayang orang tua.

Ibunya sudah meninggal saat melahirkannya, dan sekarang ayahnya begitu tega. Padahal apa susahnya jika berangkat ke utara dan membantu para prjaurit disana? Bukankah Panglima Jallen adalah petarung handal di Turki, sudah pasti dapat mengalahkan Raja persia sialan itu

"Ay..." Ayse menoleh pada panggilan disampingnya, Kathab terlihat mengenaskan dengan beberpa luka di kepala dan wajahnya.

"Kau haus?" Kathab menggeleng lemah sebagai jawaban, "Kathab kau harus segera pulih kita harus cepat melarikan diri dari tempat laknat ini"

Kathab hanya terseyum lemah menaggapi ocehan Ayse sahabtnya, dan Ayse sungguh benci jika Kathab sudah seperti ini, lemah dan tak bertenaga. Kathabnya berubah, jika dulu Kathab pasti akan menaggapi ocehan nya dengan antusias walupun ocehan yang ia lontarkannya sungguh tak penting

"Berniat kembali kabur?" Suara baritone menyebalkan itu kembali terdengar oleh Ayse, dilihatnya Raja Persia yang mulai membuka kunci kurungannya dengan seringai jahil menyebalkannya

Ayse berusaha acuh tak menanggapi Altan si Raja Persia yang mulai mendekat kearhanya. "Jadi, apa kau perlu bantuan untuk kabur?"

"Cihh...."

Di sisi lain Altan mendengus tak suka dengan jawaban perempuan di depannya yang hanya berupa decakan. Perempuan batu pikirnya, jika wanita lain pasti akan merona malu karna di dekatinya tapi wanita di depannya bahkan berdecak dihadapan wajahnya sambil melemparkan tatapan benci. Sialan!

"Kenapa kau tak memakan makanamu"

"Lebih baik aku mati kelaparan dari pada memakan masakan para iblis Persia"

"Mulutmu itu memang minta dilumat"

"Sialan"

"Jadi cepatlah makan, kau harus bertenaga untuk menghangatkan ku diranjang nanti malam"

Ayse melotot marah, dan Altan menyukai wajah memerah marah itu. Baginya itu hiburan tersendiri setelah seharian bekerja dengan berbagai gulungan kertas yang menyebalkan, perempuan dihadapanya bagaikan mainan baru dirinya selain pedang dan Zico kuda kesayangannya.

"Itu bagian dari kesepakatan kita jika kau lupa"

"Aku tak pernah membuat kesepakan itu jika kau lupa, itu hanya kesepakatanmu seorang diri"

"Terserah, temanmu itu sudah kuobati dan terselamatkan dari kematian, jadi kau harus menuruti keinginanku suka atau tidak"

"Selian mesum kau juga tukang pemaksa"

"Baiklah, jika kau tak mau mengahangatkan ku diranjang, kau beritahu saja siapa namamu sebagai langkah awal kesepakatan"

"Bermimpi saja brengsek!"

DETERMINATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang