Bagian 14

8.9K 735 13
                                    

Zaina, temani aku malam ini tidur aku sedang tak ingin sendiri”

......................

“Yang Mulia, anda tidak boleh seperti ini” Zaina menunduk sambil menggeleng kecil tanda ketidak setujuannya. Ia hanya tak ingin usaha yang ia bangun untuk tak terlalu berharap menjadi sia-sia hanya karna perubahan sikap Altan yang pasang surut tak menentu.

“Apa maksudmu Zaina?”

“Hamba tidak bisa tidur dengan anda Yang Mulia, maafkan hamba”

“Zaina kau tahu hukuman seseorang bila menolak perintah Raja?” Altan menaikan sebelah alis, sambil sedikit menyeringai kecil.

“Hamba hanya belum siap” akunya menahan gugup

“Maksudku tak seperti maksud dalam fikiranmu Zaina, disini aku ditemani tidur dalam konteks tidur bersama tanpa melakukan apapun. Kau hanya menemaniku” Altan terkekeh ditempatnya

Zaina mendongak menatap Altan tepat di matanya, sejenak mereka hanya diam dengan saling menatap.

“Jadi kau mau menemani atau tidak?”

Sekali lagi Zaina hanya diam menatap Altan dengan mata bulatnya, sebelum kemudian Altan menarik dirinya untuk mengikuti langakhnya.

“Kuanggap kediamamu berarti setuju, jadi kau tak bisa menyakal lagi Zaina”

........................

“Ayse?”

“Khatab?”

Sosok Khatab yang terbalut jubah hitam itu akhirnya muncul dari kegelapan, maniknya menatap pria dihadapnya dengan mengernyit heran. Padangannya tak sengaja mengarah pada sosok tua yang juga terbalut jubah hitam yang masih berdiri dibelakang Khatab

Fikiranya mulai menerka-nerka, tentang apa yang dilakukan Khatab dan sosok tua itu di istana Persia saat malam sudah menua. Ayse melirik sekilas pada tangan kanan sosok pria tua itu yang ia rasa seperti menyembunyikan sesuatu

“Apa yang kau lakukan di sini saat larut Khatab?”

“Lalu bagaimana denganmu Ayse, Apa yang selama ini kau lakukan di Persia?”

“Ak-ak-“

“Menjadi simpanan Raja? Menjadi kekasih gelapnya. Kau tahu Ay, kau terlihat tak ada bedanya dengan mendiang ibumu kalian terlihat sama-sama jalang?”

“Jaga ucapamu mu Khatab, jangan mengarang cerita atu berkata hal yang tidak baik tentang ibuku kau tak tahu apapaun!”

“Benarkah? Lalu bagaimana dengamu? Apa kau tahu tentang ibumu?”

Ayse teridam dengan padangan mengarah pada Khatab yang masih diam dengan bibir menyeringai licik.

Kemudian padanganya teralih pada sosok tua yang mulai bergerak dan tak lama mulai membuka penutup kepalanya sambil terseyum meremehkan kearahnya
Sejenak Ayse tak percaya pada apa yang dilihatnya sekarang.

Bagaiamana bisa? Bagaimana mungkin itu bukankah... Kasim Sutan? Orang kepercayaan Altan?

Ayse tak mungkin salah dengan apa yang dilihatnya, ia yakin dan sangat amat yakin bahwa itu memang Kasim Sutan yang tengah terseyum licik dengan pedang di sebelah tanganya.

“Ka-ka-kasim Sutan?”

“Kau terkejut Ayse?”

“Bagaimana bisa?”

“Bisa saja Ayse, dan jika kau berfikir aku telah menghiantai Altan maka kau salah. Disini diriku justru adalah pengikut Altan yang paling setia, jika benakmu masih bertanya-tanya maka disini aku diperintahkan Rajan Altan sendiri”

DETERMINATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang