Bagian 2

15.6K 1.4K 26
                                    


Ayse mengerjapkan matanya berusaha memperjelas apa yang dilihatnya, matanya menatap ke arah panji-panji Persia di atas tenda-tenda yang berdiri kokoh di sekelilingnya.
Kemudian netranya tak sengaja menatap pada Kathab yang tergeletak sambil diikat disebelahnya dengan darah yang bercucuran dikepalanya.

“Kathab...” Ayse berusaha menggapai Kathab yang masih tergeletak tak berdaya disampingnya. Ayse mengerang tertahan, perempuan itu berusaha membuka ikatan tali di tangannya yang terasa kuat dan semakin meyakitkan bila berusaha dibuka.

Tanpa sadar air matanya mulai mengalir dari kedua matanya saat perih mulai terasa lagi dari kedua lengannya yang berusaha ia gerakan.

Ayse menoleh kebelakang saat telinganya mendengar suara derap kaki menuju kearahnya. Brengsek makinya dalam hati, sudah pasti itu suara kaki para iblis Persia yang mungkin sebentar lagi akan membunuhnya batinnya menyeru tak suka.

“Berniat untuk kabur eh?” Ayse mendengus tak suka, ia berusaha untuk tak memperdulikan suara langkah kaki yang mulai semakin mendekat kearahnya.
Ia masih berusaha melanjutkan membuka tali yang diikat dengan kuat di kedua tangannya.

Di sisi lain Altan menyerit tak suka saat pertanyaan yang ia lontarkan tak mendapat jawaban, dirinya semakin mempercepat langkah kakinya menuju perempuan yang saat ini masih berusaha membuka tali yang diikat di kedua tanganya.

Altan berdecak kesal bahkan saat dirinya berdiri dihadapan perempuan tersebut ia masih tetap tak dipedulikan bahkan untuk melihatnya pun mungkin enggan.

Sialan, sialan, sialan batinnya memaki. “Kau!” Altan berteriak tak suka saat lagi-lagi kehadirannya tampak tak dipeduliakan, tanganya mulai mencengkram kedua pipi Ayse dengan kuat matanya menatap marah kearah sepasang mata amber yang kini mulai membalas tatapannya dengan tajam.

“Kau! Berani-beraninya kau melemparkan tatapan padaku”

“Memangnya siapa kau? Kau hanya iblis terkutuk Persia, yang hanya bisa menyerang pada lawan yang tidak sepadan ”

Altan menggeram tertahan, dilepaskan nya cengkraman pada kedua pipi Ayse kemudian tanap berkata apapaun dirinya berlalu meninggalkan Ayse yang masih berusaha mengatur nafasnya.

......................

“Thabit”

Altan berguman begitu melihat orang kepercayaannya mulai membungkuk penuh horamat padanya.
Tenda tempat Altan memang lebih luas dari tenda-tenda lain, walaupun peraduannya tidak sebesar dan seindah peraduannya di istana tapi setidaknya itu sudah membuatnya nyaman untuk beristirahat.

Thabit pemuda yang terlihat seumuran dengan Altan, tampak masih mengenakan pakain zirah berwarna perak. Perawakan yang tinggi dan tubuh yang terliahat profesional juga jangan luapakan wajah yang tak kalah tampan dari Altan Raja Persia, yang semakin membuat penampilannya terlihat mempesona.

“Hamba datang menghadap Yang Mulia”

Altan yang duduk di sebuah kursi di dekat peraduanya, menyandarkan kepalanya dengan santai, sebelah lenganya ia gunakan untuk menopang kepalanya.

“Apa yang akan kau laporkan?”

“Sepertinya Turki tidak mengirimkan bala bantuan pada wilayah utara, saya juga mendengar desas-desus bahwa Sparta mulai mengarahkan serangannya ke pusat Turki”

Altan menganggukan kepalanya “Sepertinya Sparta menjalankan perintah sesuai rencana, tapi jika mereka mulai berani main-main aku akan mempertimbangkan untuk menyerang mereka terlebih dahulu.” Ada nada mengerikan di balik suaranya, dan Thabit meyadari hal tersebut.

DETERMINATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang