Bagian 5

13K 1.2K 20
                                    

Maafkan  si typo 😧 dan bila chap ini kurang memuaskan 😢


Happy reading 💕

Pagi itu di Persia Zaina masih termenung di beranda kamarnya yang langsung menghadap ke arah taman istana.

Sarapan sudah berlalu sejak sejam yang lalu seperti biasa hanya dirinya sendiri di temani beberapa pelayan yang setia menungguinya makan.
Jangan tanyakan Altan suaminya, ia bahkan tidak bertemu selama berhari-hari dengan suaminya itu

Zaina hanya mendengar kabar suaminya dari segelintir pelayan yang kebetulan lewat, entahlah Zaina merasa ia hanya istri pajangan.

Ia menyukai Altan sejujurnya, tidak bahkan mungkin mencintainya sejak lama, pesona Altan memang benar-benar tak terkalahakan bahkan sejak ia masih kecil Altan selalu menjadi pusat perhatian semua orang

Zaina ingat saat pertama kali dirinya bertemu dengan Altan, saat itu ia di ajak ayahnya ke Persia untuk kunjungan rutin setiap tahunnya.

Ia masih dua belas tahun dan Altan jika tidak salah baru berusia empat belas tahun, Altan itu bocah nakal dan jahil sedari kecil seingatnya ia bahkan pernah menanggis akibat kenakalan Altan yang dengan sengaja merebut kemudian merusak rangkain bunganya yang sudah susah payah ia rangkai.

Zaina terseyum mengingat kenagan masa lalunya, Altan yang menyebalkan dan super nakal yang tak pernah hilang dari benaknya.

Tapi sekarang ia akui Altan tak tersentuh. Altan seolah menjadi pribadi yang berbeda ia licik, tirani, kejam, dan masih banyak hal menkutkan lainnya.

Sekarang Altan hanya akan tersenyum terpaksa bila berpapasan dengannya atau bicara sealakadarnya saja. Entah karna apa Altan berubah Zaina tak pernah tahu, dulu saat ia menginjak usia lima belas tahun dirinya tak sengaja pernah mencuri dengar obrolan ayahnya dengan panglima kepercayaannya di Iran bahwa Persia sedang menghadapi konflik internal yang sangat berat. Bahkan ia mendengar kata-kata ‘bunuh diri’ dari mulut ayahnya.

Zaina menatap pemandangan sekitarnya dengan helaan nafas yang mulai kasar, tepatnya saat netranya tak sengaja menatap kearah bagunan sebrang ia tahu pria itu Altan tapi wanita berpakain pelayaan yang berada tepat di depannya tengah terduduk di lantai istana. Zaina tak hafal karna memang dirinya belum pernah bertemu pelayan itu.

Tepat di bagunan sebrangnya Altan tampak tertawa lebar dengan ringannya, itu pemandangan yang langka. Selama ini di depannya Altan akan berpura-pura terseyum atau menyapa dengan kaku kemudian melengos pergi meninggalkannya

...............................................

Ayse menberengut tak suka dengan pria di depannya siapa lagi jika bukan si Raja gila Persia. Sudah tiga hari ini ia di bebaskan dari kurungan penjara Persia tapi sebagai gantinya ia harus rela menjadi pelayan pribadi si Raja gila di depannya yang sedang tertawa terbahak mentertawakannya yang jatuh tersungkur di depanya

Ayse di paksa memakai baju pelayan berwarna merah dengan corak bunga-bunga kecil berikat pinggang dan jagan lupakan rok panjang berwarna coklat yang sudah membuatnya jatuh tersungkur memalukan karna menginjak bagian depan rok tersebut.

Dan si Raja gila itu malah mentertawakannya dengan lebar bukanya menolongnya, jika ia tak ingat pria di hadapannya adalah Raja di tempatnya menginjak bumi sekarang sudah pasti ia akan membalasnya.

Walaupun dalam hati ia bersorak gembira karana berhasil terlepas dari jeruji besi itu, ia tinggal bersekutu dengan Kathab untuk menyusun cara agar bisa kabur dari tempat ini.

Mengingat Kathab dirinya jadi tak tega dengan nasib sahabat baiknya itu, Kathab masih harus mendekam di dalam jeruji yang meneyesakan itu.

“Kau tidak ada niat membantuku, wahai Yang Mulia Raja”

“Sayangnya tidak” balas Altan acuh. Ayse mendengus kasar percuma meminta bantuan pada Raja licik di hadapannya yang sudah pasti tidak akan menolongnya, “Kau memang tak punya hati”

“Kau baru tahu?”

“Ckk.. kau bahkan tidak ada ramah-ramahnya berbeda sekali dengan leluhurmu Darius Yang Agung”

“Jangan samakan aku dengan kakek buyutku, jelas wajah kami saja sudah berbeda”

“Bahkan Darius Yang Agung menerapkan sikap toleransi dengan sesama manusia, tapi kau.. sepertinya bukan manusia ya?”

“Jika kau lupa, aku Altan Hakan bukan Darius Yang Agung jadi jangan samakan kami”

“Kurasa orang tuamu memberi nama yang salah, sangat jauh dengan kelakuanmu”

kemudian Ayse bangun dan melengos pergi membiarkan Altan yang sudah menahan kesal di tempatnya

...............................................

Altan terbangaun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah, ini bahkan masih tengah malam pikirnya. Tapi mimpi itu kembali meyeruak ke permukaan membuatnya harus terjaga semalaman dan tak berniat untuk kembali tidur.

Padahal ia sudah sekuat tenaga menyingkirkan bayangan-bayangan masa lalu kelamnya, tapi seolah alam tak mau mengampuninya bayangan itu berwujud pada mimpi yang mulai menghantuinya selama ini.

Altan menghembuskan nafas kasar di atas peraduannya, ia menyender dengan tenang ke kepala ranjang yang sebagian besar terbuat dari emas dengan ukiran naga yang saling membelit.

Rasa bersalahnya yang kian hari terus menumpuk membuatnya bahkan tak bisa menikamati hari-harinya dengan tenang dan damai seperti dulu. Kecuali akhir-akhir ini ia mulai sedikit terhibur dengan perempuan Turki itu.

Altan bagaun dari peraduannya dan keluar untuk bertemu dengan si gadis Turki itu, mengingatnya membauat Altan terkikik sendiri.

Dini hari istana Persia tampak lengang kecuali para prajurit yang bergiliran berjaga tapi ada hal yang aneh di beranda istana para pelayan wanita terlihat berjajar rapi membungkuk pada pungung yang membelakanginya.

Rupanya itu Zaina pikirnya, dari punggungnya yang ramping dan mungil ia tahu itu Zaina istrinya. “Apa yang sedang kau lakukan di beranda Istana dini hari seperti ini”

Yang ditanya mulai terkesiap dengan suara pria di sampinnya, Zaina berdehem mencoba menetralisir kecangungan yang di alaminya. “AK-akk—aku hanya tidak bisa tidur jadi kuputuskan untuk menghirup udara saja, emm..lalu bagaimana denganmu Yang Mulia?”

“Ya aku juga sama sepertimu tak bisa tidur, jadi kuputuskan untuk menghirup udara malam saja”

“Begitu”

Mereka cukup lama termenung menatap langit malam Persia yang penuh bintang, sampai Zaina membuka suara memecah keheningan malam keduanya. “Ternyata kau masih sama”

“Apa?” Altan menatap perempuan di sampingnya yang masih setia menatap lagit malam. “Masih menyukai menatap bintang”

“Sekarang hanya kebetulan”

“Tidak, kau masih sama. Kau ingat saat dulu kau selalu termenung di taman sambil mentap bintang, apa kau juga ingat saat pertama kali aku datang ke Persia bersama ayahku kau merusak rangakin bungaku dan kemudian ibumu menggantinya lagi dengan yang baru. Altan kau juga sering menarik kepanganku lalu kemudian ibu mu ak—“

“Cukup Zaina! Itu hanya masa lalu yang bodoh, sekrang kembalilah ke peraduanmu ini sudah larut”

Kemudian Altan berbalik pergi, meninggalkan Zaina yang menatap sendu pungung kokohnya yang mulai menjauh dari pandanganya.

Apa salahnya? Ia hanya ingin lebih dekat seperti dulu dengan Altan, tapi sepertinya ia harus berpuas diri Altan sekarang sudah  berebda dengan Altan yang dulu.

Tanpa mereka sadari di malam itu, di balik pilar-pilar kokoh Persia tampak seseorang masih berpakain kebesarannya menatap sendu kearah punggu kecil dan ringkih itu yang mulai menghilang masuk ke dalam peraduannya

“Seandainya kau mau membuka matamu lebih luas, masih ada aku”

.........

Beautiful cover from @raadheya 💕

DETERMINATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang