Bagian 10

10.2K 927 16
                                    

Matahari siang di Persia sungguh menyiksa. Selain terik, Matahari di Persia juga mampu membakar tenggorokan tak terkecuali Thabit yang sedang melatih beberapa anak buahnya di lapangan utama Perisa. Cuca dari beberapa hari yang lalu memang cukup tajam dengan matahari siang yang menyengat. Netranya terus mengamati beberapa anak buahnya yang tampak serius berlatih panah

Pikirannya melayang ke arah dua hari yang lalu, tepatnya saat dirinya berbicara dengan Ayse pelayan sekaligus kekasih Raja. Sungguh jika saja Altan tak datang dan meneriaki mereka maka rencana nya akan berjalan seperti apa yang diharapkan.

Thabit mendesah lelah, biarlah setidaknya dirinya sudah berusaha dan untuk kedepannya sepertinya dirinya tak ingin ikut terlibat lagi.
Walaupun Zaina terlibat di dalam nya dirinya hanya akan diam dan pura-pura tuli pada semua yang di dengarnya, itu terdengar seperti dirinya.

“Panglima Thabit”

Untuk sesaat kepalanya menoleh ke arah suber suara, dilihatnya Suta si penasihat tampak berlari kearahnya. “Ada apa?”

“Yang Mulia Raja, Tolong” ucapnya terengah, sejenak dahi nya mengernyit heran. Yang Mulia Raja Tolong, apa maksudnya?

“Bicaralah dengan tenang, ada apa Sutan?”

“Itu, Yang Mulia Raja mengamuk di kediamannya. Kami sudah berusaha meluluhkan amarahnya tapi Yang Mulia Raja semakin murka, menurut saya hanya anda yang dapat meredam amarahnya tolonglah”

Tanpa berkata apapun lagi, Thabit segera melesat meninggalkan Sutan yang sedang mengatur nafasnya dan beberapa bawahannya yang sedang serius berlatih

...................

“Yang Mulia”

Altan mendelik marah pada sumber suara di belakangnya, dirinya hanya ingin sendiri dan mengamuk sepuasnya di kediamannya.
Tapi kenapa bawahan-bawahannya yang bodoh itu malah menyerbunya seakan dirinya sedang kerasukan, dan itulah yang membuatnya semakin murka

“Yang Mulia, berhentilah hamba mohon”

“Keluar kalian semua, jika masih menyayangi nyawa sendiri”

“Yang Mulia”

“Keluar Zaina, aku tak membutuhkan nasihat atau ucapan bodohmu sekarang”

“Tap-“

“KELUAR SIALAN!”

Semua yang ada diruangan itu tampak menyender takut saat Altan mengebrak meja kerjanya dan membanting vas bunga dan porselen-porselen antik yang menjadi haisan di kediamannya. Entah apa yang membuatnya semurka itu, Altan memang terkenal dengan sifat pemarahnya yang besar tapi baru kali ini atasan mereka mengamuk hingga memporak-porandakan hampir seluruh barang di kediamnnya.

Sebagian dari mereka memilih keluar menghindari amukan Altan yang di rasa akan semakin besar. Yang lainnya masih ada yang tetap berdiam di kediamannya dengan perasaan takut.

“Yang Mulia” Thabit terlihat beralari dengan nafas terengah menghampiri Altan yang sedang menatapnya marah

“Kau sudah datang, sebaiknya kita bicara empat mata Thabit”

Altan menatap kesekelilingnya dengan pandagan menusuk, memerintahkan yang lainnya untuk keluar dari ruangannya melalui tatapannya.  “Cari Ayse Thabit”

Thabit mendongak terkejut, Ayse hilang. Kenapa? Apa ini ada hubungannya denganya?. “kenapa Yang Mulia?”

“Apanya kenapa? Ayse hilang dan aku yakin ini ada hubungannya dengan para Turki sialan”

“Untuk apa?”

“Jangan banyak bertanya dan laksanakan saja perintahku Thabit”

Thabit segera mengangguk dan berlalu keluar ruangan Altan. Altan mendesah lelah sungguh ada apa dengan Ayse, kemarin dirinya dengan tiba-tiba mengucapkan kata tak masuk akal padanya dan sekarang perempuan itu pergi

DETERMINATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang