Bagian 9

10.2K 990 21
                                    

Hi^^ maafkan jika cerita ini kurang memuaskan dan saya sadar cerira ini jauh dari kata layak

So tinggalkan jejak agar kedepannya saya bisa memperbaiki tulisan2 saya agar memuaskan kalin para addersku ❤

Terimakasih untuk semua yang sudah mendukung dan menunggu cerita gk jelas ini 💋

Happy reading!

Suasana pagi hari di Persia tampak cerah, cahaya matahari mulai tampak malu-malu keluar. Masih pagi hari tapi semua orang sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing, upacara penobatan Ratu di Persia akan degelar beberapa saat lagi.
Tapi pria yang menjadi pemeran penting dalam acara tersebut masih tampak menyembunyikan diri di balik gulungan selimut tebal di peraduannya

“Yang Mulia” Sutan, terlihat tampak enggan membangunkan majikannya yang masih terlelap meskipun matahari sudah menampakan diri ke permukaan.

“Yang Mulia”

“Hemm”

“Upacara akan di mulai beberapa saat lagi”

“Hemm”

“Yang Mulia”

“Baiklah-baiklah” Altan mendengus tak suka pada Sutan si orang kepercayaannya yang tampak menunduk takut, dirinya kemudian berlalu di ikuti beberapa pengawal dan pelayan yang berjalan menunduk di belakangnya.

................................

Aula istana tampak di hias dengan megah, beberapa petinggi istana tampak hadir dengan pakain terbaiknya. Utusan dari berbagai negara turut hadir merayakan hari besar di Persia

Di bagian lainnya, taman istana yang menjadi penghubung aula istana dan bagian dalam istana tampak sangat ramai di penuhi orang-orang berpakaian mewah yang hilir mudik saling menyapa.

“Sedang apa?”

Seseorang yang di sapa itu tampak mendongakkan kepalanya, dan menoleh ke samping. Dirinya terseyum kecil kemudian membungkuk pada pria tinggi berpakain gagah yang barusan menyapanya.

Ayse perempuan itu tampak menggaruk tengkuknya kaku, matanya masih tak berani menatap pria disampingnya. “Hanya melihat keramaian” Jawabnya sedikit canggung

Di sekelilignya banyak orang yang hilir mudik untuk sekedar saling menyapa atau beradu argumen saling menyombongkan diri masing-masing. Di tempatnya berdiri memang berdekatan dengan beberapa para bagsawan yang saling bercakap-cakap

Pria yang tinggi dan berbaju gagah itu yang ternyata adalah Thabit melihat kearah Ayse dan terseyum kecil. “Bisa kita bicara sebentar?”

Ayse mengangguk dan mengikuti Thabit yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Mereka sempat berpapasan dengan orang yang menyapa Thabit yang hanya di balas dengan anggukan dan segaris seyuaman tipis.
Mereka mulai mempercepat langkahnya saat sudah dekat dengan pintu selatan kerajaan

Ayse mengernyit bingung pada Pria di hadapannya yang berhenti melangkah dan mulai membalikan badannya, untuk sementara mereka terdiam beberapa saat. Thabit pria di hadapnnya hanya menatapnya dan sesekali menghela nafas

Ayse merasa tak ada yang aneh dari dirinya. Dia berpakain selayaknya pelayan yang lain, dirinya juga sudah mengerjakan beberapa pekerjaan sedari tadi pagi. “Panglima Thabit, apa yang ingin anda biacarkan?”

Thabit menghela nafas kemudian terseyum, “Kau ingin pulang ke Turki?”

Ayse mengerjap heran dengan pria di hadapnnya, bagaimana mungkin dirinya di bebaskan dengan mudah sementara dirinya merupakan musuh bangsa Persia. Dirinya mengaruk kepalaya yang tidak gatal, “Maaf tapi anda tidak salah biacara bukan?”

DETERMINATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang