Melanie duduk di kamar barunya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, karena seluruh keluarga menyuruhnya untuk menjaga bayi dalam kandungannya. Tapi, hanya tidur pun membuatnya bosan. Melanie berniat untuk membenahi kamarnya. Kepalanya di penuhi dengan sejuta pemikiran yang tak bisa ia jawab. Ada rasa takut, ada rasa khawatir dan juga rasa aneh membayangkan malaikat kecil tumbuh dalam rahimnya.
Berulang kali ia selalu memperingati otaknya, agar tidak berharap apa-apa. Tapi, kepalanya tetap saja berpikir untuk pergi dari rumah ini dengan anaknya. Ada ketakutan yang terus terngiang di kepalanya, bagaimana jika keluarga ini mengetahui kebenarannya? Melanie mencoba menghela napas, menghilangkan rasa takut yang berdegup di dadanya.
Memikirkan semuanya, membuat Melanie tidak menyadari kalau Lauren memasuki kamarnya.” Melanie, apa yang kamu pikirkan?” Tanya Lauren saat melihat Melanie yang tidak menyadari kehadirannya.
“Ma…maaf, aku…”
“Sudah jangan gugup, kamu harus tenang dan jangan memikirkan apapun yang bisa membuatmu drop.” Melanie hanya mengangguk, ia baru memperhatikan Lauren yang sudah rapih.
“Fabian memaksaku untuk pergi liburan dengannya. Ingat Melanie, kamu harus menjaga anak dalam kandunganmu.” Ucap Lauren, Melanie kembali mengangguk.
Lauren hanya memberikan nasihat pada Melanie untuk menjaga kandungannya selama ia tidak ada. Melanie tahu bagaimana perasaan Lauren sekarang, ia sangat bahagia dan berharap banyak. Walau anak dalam kandungannya bukanlah miliknya, setidaknya Melanie tahu bagaimana perasaan Lauren. rasa bahagia mengandung seorang bayi adalah hal yang tak bisa di hindari. Baik bayi itu dari pernikahan yang sah atau pun tidak.
Usai berbicara dengannya, Lauren pergi dari kamar Melanie. Ia harus mengecek barang sebelum pergi, walau bisa membeli apapun barang yang tertinggal. Tapi, Lauren merasa sangat tidak senang jika ada barang penting yang tertinggal.
Berselang Lauren keluar dari kamar Melanie, Fabian masuk dengan tatapan yang membaut Melanie merasa tidak nyaman. Sudah beberapa kali Melanie merasa kalau Fabian menatapnya dengan tatapan yang tidak wajar. Dan kini, laki-laki itu berdiri di hadapannya dengan melipat kedua tangannya di dadanya.
“Aku tidak tahu janin siapa yang berada dalam kandunganmu itu. Karena aku yakin, aku tidak melakukan apapun denganmu.” Ucap Fabian, wajah Melanie berubah pucat. Ia benar-benar takut sekarang. Bagaimana sekarang? Apa yang akan di lakukan Fabian padanya? Apa ia akan mengadukan semuanya pada tuan besar?
“Tapi, aku sudah mencapnya sebagai anakku, apapun yang terjadi nanti, kamu tidak berhak untuk mengambilnya. Karena semua orang tahu kalau bayi itu adalah anakku.” Tambah Fabian, membuat Melanie semakin berkeringat dingin. Laki-laki itu tak lagi berbicara apapun, lalu pergi meninggalkan Melanie yang terjatuh di kasurnya.
*****
“Aku tidak bisa.” Melanie manangis di hadapan Samuel. Laki-laki itu baru saja kembali setelah kepergiannya untuk mencari Veraline. Wanita bodoh yang meninggalkan pria setampan Samuel. Ada rasa takut, rindu dan hati yang hancur. Melanie tidak tahu kenapa hatinya memilih pria ini, padahal ada banyak pengawal yang mungkin lebih bisa membahagiakannya. Walau hidup serba terbatas, setidaknya ia memiliki orang yang mencintnaya, daripada mengharapkan orang yang hanya bisa menyakitinya.
“Kamu harus bisa! Kamu akan mendapatkan apapun yang kamu mau! Kemewahan yang kamu inginkan, harta bahkan istana!” Melanie semakin tertohok, apa yang ada di pikiran laki-laki ini hanya soal uang? Apa ia pikir, Melanie melakukan ini semua demi uang? Tidak! Ia melakukannya demi mommy naora!
“Aku mohon! Aku tidak menginginkan apapun dari kalian. Aku hanya ingin pergi dari sini bersama bayiku. Aku janji, aku tidak akan pernah datang lagi. aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh, sehingga anda tidak akan pernah melihat wajahku lagi.”Melanie tertunduk menangis, ia takut dengan semuanya. Dengan keadaan yang seakan semakin menghimpitnya. Samuel dan Fabian, dua adik kakak yang sama-sama ingin membunuhnya secara perlahan.
“Jangan membuatku marah Melanie! Kamu boleh pergi, tapi setelah bayi itu lahir! Dan kamu harus menyerahkan bayi itu pada Fabian!” Sam tak lagi menanggapi penolakan Melanie. Di biarkannya gadis itu menangis sendirian, seakan semua yang terjadi adalah kesalahannya sendiri. Melanie benar-benar ingin pergi, ia ingin membawa bayinya jauh dari semuanya. Tidak perduli Samuel menginginkannya atau tidak. Ia tidak perduli dengan Fabian yang sudah mencap bayi ini adalah miliknya. Yang pasti, setelah ia pergi tidak ada lagi yang bisa menyakitinya seperti ini. Tidak ada lagi ketakutan dan dia bisa hidup dengan tenang.
****
Melanie sudah memperpersiapkan semuanya, ia berniat untuk pergi dari rumah ini. Ia tidak ingin berada di rumah ini lagi. Entah bagaimana nasib anaknya nanti, lalu apa jadinya dirinya saat anak yang ia kandung selama sembilan bulan di renggut dari tangannya? Ia tak bisa membayangkannya, rasanya semuanya sangat menyakitkan.
“Melanie, apa yang kamu lakukan?” Melanie menoleh pada wanita tua yang sangat ia cintai. Ya tuhan, bagaimana ia bisa melupakannya? Ia menyerahkan semuanya demi wanita ini, untuk apa ia memikirkan Fabian dan Samuel. Ketakutannya berada pada kedua laki-laki itu tapi, keberanian dan kelemahannya ada pada wanita di hadapannya.
“A…aku… sedang membenahi bajuku, mom,” ucap Melanie gugup. Naora hanya tersenyum dan duduk di kasur Melanie. Kalau saja Gail setuju mengadopsi anak ini, mungkin sekarang gadis ini tidak perlu berada di situasi seperti ini. Naora sangat menyayangi Melanie, gadis kecil yang hidup sebatang kara. Ia membiarkan gadis itu memanggilnya mom, agar ia tidak merasa kehilangan sosok seorang ibu dalam hidupnya.
“Mom tahu, semua ini tidak mudah untukmu. Mom juga tidak menginginkan ini, tapi…” Melanie melihat kesedihan di mata wanita itu, hal yang paling ia hindari sejak kecil. Bagaimana pun, Melanie selalu berusaha untuk membuat ibu angkatnya ini selalu senang. Karena kebaikannya yang sudah merawatnya sejak kecil.
“Mom, mommy jangan sedih. Melanie baik-baik saja, aku akan melahirkan bayi ini dan dia akan menjadi anak yang sehat.” Naora tersenyum dalam kesedihannya, ia mengecup kening putri angkatnya dan memeluknya.
“Mom akan mendoakan yang terbaik untukmu,” ucap Naora, ia membiarkan Melanie dalam pelukannya. Seakan membantu Melanie untuk menyandarkan seluruh beban dan kesedihannya, untuk menghilangkan seluruh kesedihannya.
****Follow IG @authorfanyandra yaaa...
Aku niat mau bikin group wa, buat seru-seruan aja. Biar saling kenal gak cuman di watty aja. Kalau ada yang minat, komen yaa... 😉😉

KAMU SEDANG MEMBACA
I got lost
Romancemelanie tersesat, tersesat dari rasa cintanya, dari pilihan jalan yang di ambilnya. Semuanya terasa berat baginya, ia merasa terhimpit dari keinginan pria yang ia cintai, dan harapan dari wanita yang menganggapnya seperti anaknya. ia harus memberik...