Di tepi sungai terlihat seorang remaja yang mengendarai sepeda dengan membawa kantung plastik ditangan nya.
Ia memberikan katung plastik tersebut kepada seorang namja yang tengah duduk di tepi rumput alang-alang yang menjulang tinggi.
Namja tersebut membuka plastik yang tadi diberikan kepadanya dan memakan sebuah apel merah yang ada di dalam nya hanya sekali gigit karna hal berikutnya yang ia lakukan adalah memasukkan apel yang telah digigit tadi kedalam topi dan sedikit meremasnya.
Ia kemudian berjalan menuju park di bawah rel kereta api, dan detik berikutnya,
BAAAAAAKKKK
Namja tadi langsung memukulkan apel kepada orang yang tengah dibulli oleh kelompok nya.
* * *
Jin mengendarai sepeda kesayangan nya untuk berkeliling dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajah nya. Suasana sore hari ini benar-benar menyenangkan.
Ia berhenti di depan sebuah kantor kecil dengan kaca sebagai dinding nya, memudahkan siapa saja yang berlalu lalang di depan kantor tersebut dapat melihat pekerja yang berada dalam kantor.
Jin mengeluarkan kamera yang berada didalam tasnya dan memotret objek yang ada di dalam kantor.
"tidak lagi" Ternyata yang menjadi objek foto mengetahui kelakuan Jin.
"aissshhh... Berhenti memotret ibu mu yang cantik seperti paparazi" Selalu seperti ini Ibu Jin memang kerap menjadi model gratis anaknya yang gemar memotret.
Jin masuk kedalam ruangan "salahkan kecantikan ibu" dan duduk didepan meja kerja Ibu nya.
"Ibu tau, tapi... " Ibu Jin tidak melanjutkan kata-katanya dan mencoba kembali fokus pada pekerjaannya.
"Aku lapar" Jin langsung mengambil dompet milik ibu nya yang tergeletak diatas meja.
"bilang 'tolong'" Ibu Jin langsung menepis tangan anak nya dan mengambil dompetnya.
"Tolong ibu, 100.000" Suara Jin memelas.
"memang nya ibu bank mu, nak? " Ibu Jin mengeluarkan satu lembar uang kertas dan meletakkannya di atas meja.
"lagi" ucap Jin sembari mengantongi uang nya kedalam saku celana.
"untuk mempersiapkan ujian perumahan" Ibu Jin memberi penjelasan.
"Ibu akan pulang terlambat, Beli makan malam mu sendiri. Woaahhmm... Ibu sudah nengantuk"
Jin menatap ibunya yang sedang memakai lipstik dengan horor.
"Kau cemburu?" pertanyaan yang langsung membuat Jin memalingkan wajah nya.
"Ibu sangat suka dia? Ibu bilang dia biasa-biasa saja" Jin kembali menatap ibu nya.
"memang nya cinta seperti penis pria yang bisa membesar atau mengecil" Jin membulatkan matanya tidak percaya, ibu nya seperti tidak memiliki rasa malu pada anak nya.
"yaaakk!! Ibuuu..." baru akan protes tapi sebuah suara mengalihkan pembicaraan mereka.
"Hey juju, ayo" yang memanggil Juju sudah bersiap di depan pintu, membukanya dan sedikit menyembulkan sebagian tubuh nya.
Ibu Jin dan Jin membalikkan badan kearah sumber suara.
"yakk gigi, bukankah sudah ku bilang untuk berhenti memanggil anakku 'juju'"
"Itu juga sama" sahut Jin sembari berdiri membetulkan ranselnya dan bersiap untuk pergi.
"Tapi bibi juga memanggilku gigi" jawab teman Jin.
"gigi dan gitar berbeda sekali" Ibu jin sedikit meninggikan suaranya.
"Terserah aku mau panggil dia apa" Teman jin mengecilkan suara, namun Ibu Jin masih mendengar nya dengan jelas.
"apa? Diam disana!" Ibu Jin mengambil sembarang buku dan berdiri untuk menghampiri teman anak nya yang mulut nya seperti ember dan panci.
"aku akan tangkap kau!" Teman Jin buru-buru lari mendekati sepedanya.
"aku pergi bu" ucap Jin yang sudah siap mengayuh sepeda.
"aku lepaskan kau hari ini manis" ucap Ibu Jin akhirnya.
"terimakasih, bibi" ucap Teman Jin yang segera mengayuh sepedanya menyusul Jin.
"makan yang benar! Jangan makan mie ramen!" Suara ibu Jin masih jelas terdengar.
"Tunggu aku" kali ini suara Teman Jin yang mencoba mengayuh sepedanya lebih cepat.
***
Langit sudah gelap ketika Jin keluar dari bank dengan temannya yang sibuk menekan-nekan ponsel di tangan."aku bisa gila" ucap Teman Jin sembari memperlihatkan tulisan pada layar handpone nya.
"Ibu bilang raport 'wow, seram'" Jin hanya tersenyum kasihan.
"ahh... Sial" ucap nya lagi sembari menyimpan handpone ke dalam saku.
"bagaimana aku bertahan semester berikutnya?" pertanyaan yang tidak ada jawaban. Mereka sibuk membuka kunci pengaman pada sepeda kesayangan masing-masing.
"apa akan ada perang?"
"Perang di mulut ku" pertanyaan yang langsung di jawab cepat oleh Jin.
"bagaimana kalau mie ramen?" Jin balik bertanya. Sedangkan yang di tanya diam menatap Jin dan mengambil nafas berat.
"bola ikan 70 kalori, kue beras 280 kalori, kue apel 400 kalori, dan ramen 800 kalori, dasar kau bangsat"
Jin hanya memandang Taehyung tanpa ada niatan untuk menjawab. Tae memang dalam mode diet. Katanya.
"kenapa juga aku harus makan ramen dengan mu?" Taehyung mulai melajukan sepedanya. Jin merasa diabaikan.
"bagaimana kalau taetae ramen?" pertanyaan nya hanya di jawab dengan lambaian jari tengah oleh Taehyung. Jin mendecih geli si anak cupu itu.
Saat Jin baru saja mengayuh sepedanya suara petir yang cukup mengerikan terdengar, di susul dengan rintikan air hujan. Jin mempercepat laju sepedanya dan berhenti di depan sebuah kedai karna hujan semakin lebat. Ternyata kedai tersebut adalah kedai ramen.
Jin sedang memarkirkan sepedanya saat tiba-tiba saja seseorang keluar dari dalam kedai dengan rokok di bibir nya.
Rasa gugup tiba-tiba melandanya, ia membuang nafas kasar sedikit berlari menuju depan kedai dan berdiri disamping namja yang baru saja keluar.
Jin mengibas-ngibaskan kakinya yang terasa basah dan sedikit mengacak rambut nya yang sudah basah terkena air hujan.
"Liburan hampir selesai" ucap Jin gugup, mencoba memulai percakapan untuk menghilangkan rasa canggung, Namun yang diajak bicara tidak menjawab dan masih setia dengan rokok di tangan nya.
"akankah kau.... Pergi ke sekolah?" tanya Jin lagi. Dan lagi-lagi ia diabaikan. Jin menoleh sedikit untuk melihat namja di sebelahnya hanya sebentar karna ia tidak mau mati saat menatap matanya.
"Nomor handpone mu... Ganti" ucapan tersebut sukses membuat Namja di samping Jin membuang putung rokoknya dan membuka payung.
Karna jarak mereka yang cukup dekat membuat ujung-ujung payung mengenai wajah Jin saat namja tersebut melangkah di depannya.
Jin mengusap wajah nya dan menghembuskan nafas kasar, lalu berbalik untuk membuka pintu kedai.
"Taetae ramen, tolong. Ah, bukan maksud ku dumpling ramen" Jin membalikkan badan nya lagi untuk menatap lurus pada seorang namja yang membawa payung berwarna hitam.***
Ini adalah karya pertama ku di wattpad, mohon bantuannya (menerima kritik dan saran) 😀 . Please kasih review lanjut gak nih Namjin nya? 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
NamJin
FanfictionDari sebuah film bertemakan Gay! WARNING! mengandung kata-kata kasar. Namjoon pelajar yang bekerja dibawah umur, tidak suka diatur, ketua preman sekolah namun merindukan kasih sayang ayah nya. Seokjin pelajar yang rajin dan pintar menyembunyikan...