Jin memejamkan matanya dan bersiap untuk melompat.
Karna mungkin hanya dengan ia mengakhiri hidupnya, Jin dapat menghilangkan semua kepedihan hatinya.
Pikiran Jin kembali bimbang, ia mulai berdiri di tengah jendela tangan yang Jin gunakan untuk berpegangan mulai ia lepaskan dan menarik nafas dalam.
Rahang nya mengeras memberikan gestur gugup yang amat kentara, matanya lurus kedepan melihat gedung-gedung cantik yang menjulang tinggi.
Namjoon masih berjuang untuk menaiki tangga, walau tenaganya sudah sangat terkuras tapi ia tidak menyerah.
Kaki Namjoon terus berlari dan berlari menaiki anak tangga, sesekali ia terpleset atau terpental karna keseimbangan yang mulai menurun.
Tangannya berpegangan kuat pada kayu di tepi tangga.
"Seokjin-ah" suara Namjoon menggelegar saat tiba dilantai paling atas.
Mata Namjoon langsung terkunci pada sosok yang tengah duduk dilantai dekat jendela.
Dengan nafas yang masih memburu, Namjoon mendekati Jin yang saat ini tengah mengamati kameranya.
"mereka bahkan mengambil memori chip nya, ini harganya satu juta tanpa Vat" Jin memasang wajah sendu tanpa memandang Namjoon di depannya.
Tanpa ingin mendengar jawaban dari Namjoon, Jin berdiri dari duduknya dan menyimpan kembali kamera miliknya kedalam tas lalu meraih sepatu yang ia lepas sebelum berniat untuk melompat dari gedung.
Jin berjalan lunglai melewati Namjoon, namun tanpa diduga tangan Namjoon menahan pundak Jin dan mengarahkan tubuh Jin untuk lebih dekat dengan Namjoon.
"Jangan kau dekati aku juga" Jin menitihkan air matanya ketika mengucapkan kalimat tersebut dan berniat untuk pergi tapi Namjoon masih menahannya.
"Minggir,, hiks,,,,"
Jin sedikit memberontak untuk bergegas pergi namun Namjoon tidak membiarkannya dan justru membawa tubuh Jin kedalam pelukan.Jin menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Namjoon melepaskan semua kepedihan hatinya, mencoba untuk menerima kenyataan yang sudah terjadi padanya.
Perasaan marah, malu, dan sakit hati yang Jin rasakan sekarang seperti menjadi pukulan besar untuk Namjoon membuat nya mengepalkan tangan dan tanpa disadari, Namjoon ikut menitihkan air mata kepedihan.
Skip.
Namjoon berjalan mantap menuju ruangan kelas. Ia membuka pintu kasar membuat siswa yang tengah belajar mengalihkan pandangan mereka pada Namjoon.
"Brengsek itu selalu datang di tengah pelajaran" guru Jung yang tengah mengajar merasa terusik dengan kedatangan Namjoon.
Berbeda dengan Namjoon yang tidak peduli keadaan sekitar dan langsung berjalan menuju salah satu siswa komplotan Jimin.
"duduk sekarang!" guru Jung berteriak saat melihat Namjoon tidak kunjung menuju kursinya dan malah menatap benci pada salah satu siawanya.
"cepat duduk" ucap siswa yang tengah Namjoon tatap dengan nada mengejek membuat Namjoon muak.
"dimana?" Namjoon menarik rambut siswa tersebut dan langsung membenturkan kepalanya pada meja di depannya.
"Bangsat, diamana?"
"apanya?"
"brengsek, sudah terlambat..."
Namjoon kembali memukulkan kepala siswa tersebut ke meja dengan tempo yang cepat.
Seluruh siswa di kelas berhamburan, ada yang ingin menghentikan Namjoon tapi takut dan berakhir dengan siswa tersebut berdiri dan memukul wajah Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
NamJin
FanfictionDari sebuah film bertemakan Gay! WARNING! mengandung kata-kata kasar. Namjoon pelajar yang bekerja dibawah umur, tidak suka diatur, ketua preman sekolah namun merindukan kasih sayang ayah nya. Seokjin pelajar yang rajin dan pintar menyembunyikan...