Namjoon mendatangi sebuah proyek bangunan yang sedang dalam pembangunan untuk menemui salah seorang pekerjanya.
Setelah ia bertemu dengan orang tersebut, berbincang sebentar lalu membungkuk untuk mengucapkan terimakasih, setelah itu ia pergi dengan langkah yang sedikit gontai.
Hari sudah mulai gelap ketia ia mengendarai motornya dan bergegas menuju kedai roti untuk bekerja. Namjoon tengah mendapat shift malam.
Samapai di kedai, ia melihat Jin dengan tatapan yang membuat ia tidak mengerti.
"kau tau berapa harganya? " tanya Jin tiba-tiba.
Namjoon menghentikan langkahnya mendengar pertanyaan Jin.
"Harganya 2. 250 . 000,- dengan VAT" ujar Jin.
Namjoon langsung membalikkan badannya untuk memukul Jin, namun Jin cepat tanggap dan segera mundur menghindari Namjoon.
"sial, kau tau IQ mu turun saat kau di pukul!" ujar Jin lagi kali ini dengan tangannya yang memegang sebuah kayu dan mengacung-acungkannya pada Namjoon.
"turun sekitar 1.6!" Jin masih mempertahankan diri dengan mengancam Namjoon menggunakan kayu, tidak segan-segan untuk memukul Namjoon jika ia mendekat.
Tapi Jin tidak perduli, ia hanya ingin sepedanya kembali.
"dan masa muda adalah masa yang penting. Cuma ada kau sekarang, aku tidak takut" bohong, Jin sebenarnya sangat gugup dapat dilihat dari suaranya yang gemetar seperti orang tercekik.
Melihat Jin yang seperti itu, akhirnya Namjoon berbalik dan masuk kedalam kedai.
"berikan! Hei! Berikan! " Jin mulai berteriak.
"kembalikan sepedaku! "
"atau ku laporkan kau bekerja melanggar hukum perlindungan anak"
Namjoon keluar dari dalam kedai sudah siap dengan jaket roti dan helm nya.
"aku tahu nomor handpone mu sekarang"
"kembalikan! "
Namjoon tidak memperdulikan Jin, ia mengambil kunci motor kedai dan mulai menghidupkan motor.
"aku tak akan pergi sampai kau mengembalikannya" Jin sedikit berteriak diakhir kalimat diikuti Namjoon yang pergi meninggalkannya.
"hei!!" Jin memandang kesal punggung Namjoon yang berjalan menjauh dan di lemparkannya kayu yang ia pegang secara kasar berharap dapat mengenai kepala Namjoon, namun hal tersebut tidak akan pernah terjadi karana Namjoon sudah tidak terlihat dipandangan mata.
Jin mengusap rambut nya kasar dan berdecak marah. Kim Namjoon hanya membuat mood nya buruk.
Hujan tiba-tiba saja turun saat Jin memutuskan untuk menunggu Namjoon kembali. Berharap kali ini Jin mendapatkan sepedanya.
Jin duduk di tepi kedai, lalu membuka tas nya dan mengambil sebuah buku untuk ia baca hitung-hutung menghilangkan rasa bosan saat menunggu Namjoon.
*untuk yang mungkin masih gak paham kenapa ada kedai ada bengkel, jadi kedai yang Namjoon tempati untuk kerja part time nya, bersebelahan sama bengkel pemilik kedai nya juga. Jadi sama bos cuman pegawai nya lain-lain. Bengkel nya tutup kalo malem, kedai rotinya juga cuman nerima pesenan doank.
Beberapa menit kemudian Namjoon kembali dengan pakaian yang basah kuyup.
Melihat Jin sebentar yang masih sibuk dengan buku di tangannya namun Namjoon tau Jin tidak benar-benar fokus membaca terbukti dengan kayu yang masih berada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NamJin
FanfictionDari sebuah film bertemakan Gay! WARNING! mengandung kata-kata kasar. Namjoon pelajar yang bekerja dibawah umur, tidak suka diatur, ketua preman sekolah namun merindukan kasih sayang ayah nya. Seokjin pelajar yang rajin dan pintar menyembunyikan...