Delivery

3.9K 340 14
                                    

Sebelum di lanjut ceritanya,  song mau ngasih tau kalo si Namjoon selain jadi preman sekolah juga preman masyarakat tapi dia mremannya gak aneh-aneh kok cuman kalo diluar sekolah dia suka dapet job ngeberesin orang gitu nah si bos dia ntu juga salah satu yang nyuruh dia.
.
.
.
.

Taehyung masih menunggu Jin di tepi jalan saat ia melihat Namjoon keluar dari park.

Taehyung memandang benci pada Namjoon yang seolah tidak pernah mengemal sebelumnya.

Bagi Taehyung,  Namjoon bukan lagi temannya sejak ia meninggalkan Taehyung dan Jimin.

Akhirnya mereka duduk di rerumputan hijau yang indah disebuah taman kota.

Di depan mereka terpampang jelas suasana matahari sore yang indah dan akan tenggelam.

"anak yang mati tahun lalu.. " Taehyung memberikan handponenya kepada Jin untuk memperlihatkan sebuah video.

"sebelum loncat dari atap, dia dalam elevator seperti ini" Jin memperhatikan video dengan seorang anak laki-laki yang duduk bersendirian di dalam sebuah elevator.

"aku beritahu ibu tentang dia, dan kau tahu dia bilang apa? " Taehyung menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan.

"apa rankingnya bagus?" diam beberapa saat sebelum Jin mengalihkan pandangannya pada matahari terbenam dan mengembalikan handpone Taehyung.

"Jilid terakhir Gaia bukan akhir yang bahagia. Jagoannya mati seperti orang bodoh" Taehyung berhenti,  membasahi bibirnya dan melanjutkan "Jika dunia seburuk ini, bukankah seharusnya berakhir bahagia?. Memangnya apa masalah kita?.." Taehyung menundukkan kepalanya dan buliran bening dari matanya mulai berjatuhan.

"sehingga kita bahkan tak bisa tertawa pada akhirnya" Taehyung menangis,  mengingat bagaimana ia selalu dibully di sekolah tanpa alasan yang jelas.  Bukan hanya itu bahkan dirinya bodoh dalam pelajaran.

"itu berarti setidaknya kita harus tertawa karena dunia ini buruk. Orang-orang jahat tidak tertawa. Jadi kita saja" Jin memandang taehyung yang masih menangis "bukan begitu gendut? " lalu menepuk-nepukkan tangan nya di pundak Taehyung.

"berhenti menangis"

"yaa.. Berhenti menangis"

"tidak apa-apa"

"sudaah"

.
.
.

Disisi lain Namjoon pergi ketempat pembebasan puluhan tahanan yang dilakukan padahari itu.

Banyak dari rekan dan keluarga yang menanti saat pembebasan tiba. Mereka seperti orang demo dengan spanduk dimana-mana.

Beberapa bulan terakhir Namjoon kerap mengunjungi tempat ini berharap bertemu dengan orang yang selama ini ia cari, orang yang sudah bertahun-tahun tidak dilihatnya dan orang yang sudah membuat ia dan ibunya menderita.

Namjoon terus berjalan dan mengitari tempat dengan hati-hati.

Langkahnya ia buat pelan agar ia dapat memperhatikan wajah-wajah gembira dari tahanan yang telah di bebaskan. Berharap melihat orang tua keparat yang meninggalkannya dan ibunya dahulu.

Sejak kejadian pembakaran apartemen secara besar-besaran yang melibatkan banyak orang dan salah satunya adalah ayah Namjoon, membuat ayahnya harus menjalani hukuman dan sejak saat itu juga ibunya selalu menyembunyikan keberadaan ayahnya.

Menutupi segala kejahatan yang ayah nya buat tetapi tetap saja semua orang mengetahui jika ayah Namjoon adalah pembunuh.

Begitupun anak-anak sekolah Namjoon yang selalu mengejeknya dan membulinya dengan sebutan anak dari seorang pembunuh. Namjoon malu dan Namjoon tiadak bisa terus-terusan dihina.

NamJin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang