Seperti biasa, sinar matahari merasuki ruang inap yang bertuliskan nama di depan pintu 'Dee Hudzama'. Mendapat ruang khusus dan istimewa, karena ayahnya merupakan investor terbanyak di wilayah indonesia dalam bidang kesehatan.
Kali ini bukan senyum Nail yang terlihat, hanya perawat biasa yang membukakan tirai pagi ini.
Dee menghembuskan napas secara kasar. Dia jenuh berada di rumah sakit, Dee meminta perawat aga membantunya duduk di dekat jendela, menatap langit penuh awan.
"Good morning" sapa seorang pria dengan membawa sarapan untuk Dee.
"Hmm" ucap datar Dee.
"Cemberut aja. Gimana interview kemarin?"tanya pria itu, yang ternyata adalah Nail
"So bad" jawab Dee sambil melempar arah pandang sembarang keluar jendela.
"Why?"
"Entahlah, aku yang terlalu lemah atau polisi itu yang terlalu bodoh untuk menanyakan banyak hal beruntun padaku. Orang baru sembuh, langsung ditanya yang macem-macem. Itu kan perlu ingatan yang kuat" dongkol Dee.
"Sudah-sudah, mungkin kamu bisa mencoba lagi. Kan sudah ku peringatkan kemarin"
"Iya tapi..." ucapan Dee terhenti saat melihat kearah Nail dengan saeapannya.
"Lah kok kamu disini? Perasaan tadi hanya ada perawat dan aku disini. Sejak kapan kamu muncul?"tanya Dee yang tak masuk akal. Padahal sejak tadi ia bicara dengan Nail.
"Tuh kan. Pantas saja kamu pingsan lagi. Baru juga lima menit bicara denganku, kamu tak sadar. Kamu anggap aku ini apa?" dengan nada mengejek, Nail mencoba membuat Dee tersenyum.
"Satu... Dua.." Nail mencoba menghitung
"Kenapa??"tanya Dee
"Hitungan kelima kamu pasti tersenyum" tebak Nail
"Tiga...empat..lima. yes duganku benar. Tak usah kau tutupi dengan tanganmu Dee, karena aku sudah melihatnya" kata Nail, tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plane
RomancePesawat akan mengalami take off dan landing. Begitu pula dengan hidup seorang gadis SMA,Dee yang mengalami pasang surut kehidupan. Awal yang pahit dan berakhir pada yg pahit. Mencicipi kebahagian walau hanya sedikit, hal itu sudah membuatnya bahagia.