"Satu..dua..tiga"ucap Nail memberi aba-aba dan disusul suara tembakan tepat mengenai sasaran
"Bagus. Sekarang saya akan menjauhkan sasaran sejauh 300meter. Saya ada urusan sekitar 15 menit, saat saya kembali kamu sudah harus mencapai sasaran" perintah Nail pada muridnya setelah ia melihat sosok tak asing berada di tempat latihan miliknya."Ada yang bisa saya bantu?" sambut ramah Nail pada perempuan itu.
"Iya. Saya mau mengikuti latihan menembak untuk masuk ke badan intelijen, bisakah saya mengambil kelas khusus?" tanya perempuan itu.
"Sebenarnya kelas itu sudah ditutup sejak setahun yang lalu karena pelatihnya tidak ada. Mungkin anda bisa mengambil kelas reguler." Tawar Nail.
"Tidak. Saya sangat butuh kelas khusus untuk menembak. Sudah lima tempat saya datangi untuk hal ini. Tempat ini terakhir yang saya kunjungi, banyak orang bilang sebagian besar lulusan masuk badan intelijen. Mohon bantuannya" mohon perempuan itu.
"Maaf sekali lagi, kelas khusus sudah ditutup. Anda bisa mencari tempat lain. Dan kabar tentang itu salah semua. Tempat ini tidak pernah bekerjasama dengan badan intelijen" tolak Nail. Perempuan itu menjawab dengan raut kecewa.
Melangkah lemas menuju pintu keluar D'Best Shooter.
"Selamat pagi Pak Nail. Ini ada beberapa berkas kerjasama salah satunya dari pihak badan intelijen." ucap perempuan memakai seragam resmi yang diduga sebagai sekretarisnya.
"Tolak berkas kerjasama badan intelijen. Berkas lain taruh di meja saya." ucap tegas Nail yang terdengar oleh perempuan yang akan meninggalkan tempat itu.
"Permisi. Anda bilang tempat ini tidak pernah melakukan kerja sama. Tapi sekretaris anda, menyebutkan berkas badan intelijen. Dengar, saya sangat membutuhkan pelatihan. Jangan pentingkan ego, lihat dulu usaha orang lain" bujuk perempuan itu. Nail tidak memedulikan ucapan perempuan itu dan langsung meninggalkannya.
"Tunggu" tahan perempuan itu sambil memegang tangan pemilik D'Best Shooter.
"Apa?"nada sedikit naik terucap dari Nail "Siapa kau beraninya menyentuh tanganku?!"
Perempuan itu tersenyum lebar dan menunjukkan pergelangan tangannya. Terlihat gelang yang sama sejak 5 tahun yang lalu.
"Tidakkah kau mengenalku?"
"Dee!" jawab Nail semangat dan memeluknya."Ihh lepaskan. Aku Aina, bukan Dee. Semirip itukah aku dengan Dee." ucap Aina kesal sambil melepaskan pelukan Nail.
"Ohh maaf maaf. Dimana Dee? Apa kau bersamanya?" tanya Nail
"Dee masih mengurus berkas kelulusannya. Dee akan masuk badan intelijen bersamaku, makanya aku dan Dee mencari tempat pelatihan menembak." jelas Aina.
"Lalu, bagaimana denganmu sekarang Nail. Apa pekerjaanmu?" tanya Aina.
"Ah aku hanya pelatih biasa"jawab Nail berbohong.
"Pak, ketua bagian 1 intelijen menelpon, meminta bapak untuk hadir pada rapat besok pukul 9 pagi." Pemberitahuan dari sekretaris Nail yang bernama Rosalia.
"Wah-wah Nail yang sekarang mulai berbohong yaa."ledek Aina bertepuk tangan.
"Shutt, bisakah tidak membicarakan hal ini didepannya."tegur Nail pada Rosalia dan memberi syarat agar sekretarisnya pergi.
"Aina, apakah Dee juga akan ikut pelatihan menembak" tanya Nail mengalihkan perhatian Aina pada sekretarisnya.
"Oh iya Dee juga ikut. Kemaren dia yang cari tempat pelatihan, sekarang aku yang cari." Jelas Aina.
"Oiya, kalau mau aku akan mengajari kalian berdua tiap hari sabtu jam 9 pagi dan selasa jam 4 sore. Sampai malam juga boleh"ledek Nail.
"Mulai besok selasa?"
"Iya. Pakai baju olahraga, bukan baju kantor seperti ini. Sudah dulu ya, ada yang menungguku disana. Bye Aina" tutup Nail.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plane
RomancePesawat akan mengalami take off dan landing. Begitu pula dengan hidup seorang gadis SMA,Dee yang mengalami pasang surut kehidupan. Awal yang pahit dan berakhir pada yg pahit. Mencicipi kebahagian walau hanya sedikit, hal itu sudah membuatnya bahagia.