Awal

5 0 0
                                    

"Ayo Aina, cepat. Nanti kita ketinggalan pesawat" ucap Dee.
"Iya sebentar."jawab Aina dari dalam tenda.

"Huh, ini semua gara-gara Nail. Dia ngumpetin gelangku tadi"bela Aina yang tidak ingin disalahkan.
Sedangkan Nail hanya tersenyum jahil pada mereka berdua.

"Dee" panggil dokter Parenelle
"Sejak 5 menit lalu kau ditunggu dokter Nia untuk ke bandara. Cepat Dee, jangan membuatnya lebih lama lagi menunggu."

"Iya dok. Dah Nail, selamat melanjutkan tugasmu." Ucap selamat tinggal Dee pada Nail.

Pesawat dengan destinasi Jakarta telah berangkat, Dee dan Aina mendapat bangku bersebelahan.

"Baiklah Aina, sekarang kita mulai hidup baru. Jangan seperti dulu lagi Aina." ucap Dee memecah kesepian.
"Tentu Dee. Maafin aku ya" pinta Aina dilanjutkan dengan anggukan Dee.

Empat jam telah berlalu. Sekarang mereka tiba di bandara Halim Perdanakusuma, dan sudah ditunggu kedua orang tua mereka.

Sesampai dirumah,
"Ma, pa. Hadev,Pesty,dan Fatsa sudah tiada. Mereka meninggalkan Dee dan Aina. Dee boleh minta satu hal gak pa?" tanya Dee sebagai anak tunggal keluarga Harry.

"Apa Dee?" tanya papa singkat.
"Dee mau pindah sekolah bersama Aina. Kita sudah merencanakan hal ini." Kata Dee.

"Mau pindah kemana Dee. Tinggal setahun lagi lho kamu sekolah" kata papa

"Hmm intinya papa gak bolehin. Oke aku gurutin maunya papa. Tapi pas aku udah lulus aku mau ikut PMI dan setelahnya aku mau lanjutin kuliah ke Inggris" tawar Dee.

"Setuju" satu kalimat beribu makna yang terlontar dari papa Dee.

The PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang