Pukul 15:45
Seorang perempuan berkerudung memakai kaos lengan panjang, celana training, sepatu olahraga, dan membawa tas bertuliskan salah satu merk alat olahraga terkenal menunggu di lobby utama D'Best Shooter. Tampak jari-jemarinya memainkan layar handphone-nya.
"Halo Aina. Lo kapan mau dateng? 15 menit lagi mulai. Gue udah di lobby utama." tanya perempuan itu melalui hp miliknya.
"Iya bentar lagi kok. Gue lagi dijalan nih, 5 menit lagi sampe kok. Gue naik sepeda. Dah dulu ya."jawab Aina menutup teleponnya.
Tepat pukul 4 sore, Aina tiba bersamaan dengan Nail yang keluar dari mobilnya.
"Guru, jadikah kita berlatih menembak?" sapa Aina dilanjutkan dengan sikap membungkuk seolah bertemu Raja.
"Biasa aja kali. Berasa tua tau gak" jawab santai Nail.
"Dimana Dee? Apa dia jadi ikut latihan?"tanya Nail.
"Tuh dilobby. Ayo masuk, nanti kesorean kalo gak cepet mulai latihannya." peringatan dari Aina.
"Assalamu'alaikum, Dee" sapa Aina
"Wa'alaikumussalam,Aina. Kok lama banget sih. Aku dateng dari jam 15:45 lho."ucap kesal Dee"Yaelah nunggu 15 menit doang. Oiya Dee, ini pelatih kita namanya ... siapa hayo tebak."ledek Aina
"Hmm" ucap Dee sambil melihat lamat-lamat kearah Nail.
"Hmm, gak tau lah. Kan kamu belum ngenalin"jawab Dee yang membuat Nail terkejut."Are you seriously? Kamu gak kenal aku?" tanya Nail sambil memegang kedua lengan Dee.
"Apaan sih. Orang gak kenal main pegang-pegang. Pelatih macam apa ini. Sudahlah Aina kita pergi. Lebih baik cari tempat lain" ucap Dee sedikit naik dan membuang kasar pegangan Nail.
"Tunggu..tunggu.. sebelumnya aku minta maaf atas perilaku-ku. Perkenalkan namaku Nail. Aku pemilik tempat ini sekaligus pelatih khusus kalian. Nail yang lima tahun lalu di tenda medis kecelakaaan pesawat yang menewaskan 78 orang sekaligus 3 sahabatmu. Dan aku tahu Aina merupakan satu sahabatmu yang selamat. Dee dan Aina memiliki gelang yang sama." jelas Nail.
"Nail. Oh, Nail"respon Dee dengan datar.
"Nah Nail, gimana rasanya gak dikenal. Kayak kemaren sepertiku yang tidak dikenal oleh mu?"ledek Aina.
"Sakit"jawab singkat Nail.
"Tidak, kamu tidak akan sakit. Karena aku sudah tahu sebelumnya. Aina sudah berpesan padaku untuk pura-pura tidak mengenalmu. Ternyata kamu masih ingat semuanya, ingatan yang bagus Nail" ucap Dee yang lagi-lagi membuat Nail terkejut.
"Ohh, jadi ini bentuk pembalasanmu. Dee dijadikan alat olehmu?! Dasar, sahabat apa kau ini?"tanya Nail sambil memukul kepala Aina.
"Sudahlah, ayo kita latihan" lerai Dee."Jika aku memilih, lebih baik kupilih Dee yang dewasa dibanding Aina yang masih anak-anak."ledek Nail dibelakang Dee yang sudah duluan memasuki arena.
"Enak saja."jawab singkat Aina.
"Okey girls, today we start from basic of shooter. Perhatikan sikap tubuh dan arahkan pandangan kedepan" jelas Nail. Nail membenarkan sikap tubuh Aina.
"Hi child, liat matamu kearah mana. Jangan lihat kesamping terus, lihat kedepan, kearah sasaran"ucap Nail
"Yes father." jawab singkat Aina
"Eh, kenapa kau tak berkerudung? Sedangkan Dee sudah berkerudung. untunglah aku dan Dee punya agama yang sama, bisa nikah deh" ucap Nail sembarang
"Belum dapet hidayah bang."jawab Aina.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plane
RomancePesawat akan mengalami take off dan landing. Begitu pula dengan hidup seorang gadis SMA,Dee yang mengalami pasang surut kehidupan. Awal yang pahit dan berakhir pada yg pahit. Mencicipi kebahagian walau hanya sedikit, hal itu sudah membuatnya bahagia.