Aina

5 1 0
                                    

"Dee," Panggil Nail mengejar Dee.
Merasa cukup jauh dari tenda pengungsian, Dee berhenti dibawah pohon kelapa ketiga yang telah tua dari keempat pohon kelapa yang masih hijau warnanya.

"Dee, kau kenapa??" Tanya Nail.
"Kau tau, dari keempat pohon yang kulewati, ini satu-satunya pohon kelapa yang tua dan sudah tidak menghasilkan buah. Dan inilah aku, aku sang pohon kelapa tua yang tidak berguna lagi." Ungkap Dee.
"Tidak Dee, pohon kelapa tua masih ada manfaatnya, kau lihatlah kebawah, ada tunas-tunas kelapa yang akan tumbuh. Kenapa kau seperti ini? Membayangkan hal yang membuatmu sedih? Ceritakan padaku Dee. Meski aku hanya temanmu, aku mau menjadi sandaranmu."hibur Nail.

"Apa kau tahu anak yang bernama Aina?"tanya Dee.

"Ya, aku tahu. Kenapa?"

"Dia sahabatku dulu, tapi sekarang tidak. Dia membenciku, secara terang-terangan dia bilang membenciku di tenda itu,tenda medis. Bahkan Aina berharap aku mengalami nasib yang sama dengan 3 sahabatku lainnya, Hadev,Pesty,dan Fatsa. Aina bahkan menyalahkan aku karena pesawat itu."Dee terus menangis, mata memerah, seperti frustasi.

"Sekarang apa yang ku-punya disini, sahabatku yang kuharapkan telah pergi. Pukul 5 aku akan kembali ke jakarta."

"Secepat itukah dirimu akan pergi? Lalu bagaimana denganku? Siapa yang akan menanyai hariku? Siapa yang harus ku jahili? Siapa lagi yang bisa kutebak saat hitungan kelima dan siapa lagi yang bisa menangis kemudian tersenyum? " hibur Nail yang membuat Dee tersenyum, ucapannya seakan menyindir dirinya.

"Entahlah, aku masih bingung. Kembali atau bertahan. Tapi orang tuaku sudah menungguku." Ucap Dee sambil mengusap airmatanya. Dirinya telah merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Aku kesini ingin mengucapkan rasa terima kasih yang terdalam untukmu, terima kasih telah menjadi temanku. Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi" salam Dee.

Yah cuma bilang itu, kenapa gak bilang 'aku kangen makanya aku kesini' huh, cepet banget perpisahan. Nail diam dengan tatapan kosong kearah Dee.

"Na, hei?? Kok bengong sih? Aku lagi ngomong lho" ucap Dee yang tak dihiraukan.

"Naill" teriak Dee
"Hah, kenapa Dee" jawab Nail kaget.
"Lo tu ya kalo orang ngomong dengerin. Jangan jadi patung dong." ucap Dee
" wah-wah my litle girl udah bisa ngomong 'gue -lo'. Gak terima ya? Cini-cini abang peyuk" goda Nail tak sadar
"Hah? Peyuk?? Nggak mau! Jijik wkwk" ledek Dee
"Enak aja, gini-gini gue paling ganteng ya diantara para tim" bela Nail.
"Iyalah ganteng, anggota timnya aja umur 20-30. Intinya kamu ganteng diantara yang tua. Ibarat apel, kamu tuh bijinya wkwk" ledek Dee menjadi-jadi sehingga Nail tak terima.
"Eh, mau pergi juga malah bikin kesel. Awas kamu , sini jangan kabur." Balas Nail.

Brukk..
Dee terjatuh, mencium pasir yang empuk tapi tetap saja kakinya memar karena baru kecil yang menyelinap diantara butiran pasir.
Seseorang mengulurkan tangan kearahnya, tapi bukan Nail.

"Hai , Diana bisa ku bantu?" Tanya Aina yang menganggap Dee adalah Diana.
"Eh iya, makasih." Ucap Dee.

Tanpa sengaja, Aina melihat lingakaran putih menggantung di pergelangan tangan Dee.

"Diana" panggilnya
"Iya?"
"Apa kamu memakai gelang?"
"Ah tidak"jawab bohong Dee dengan menarik lengan panjangnya agar menutupi pergelangan tangan.
"Coba sini ku lihat" kata Aina sambil menarik paksa tangan Dee.
"Bohong. Gelang ini milik Dee. Dari mana kau dapatkan?" Tanya Aina yang membuat Dee terdiam.

Di sisi lain..

"Dee!" Panggil Nail mendekati Dee dan Aina.
"Nail. Shutt" ucap Dee memberi isyarat agar tidak memanggil namanya.
"Why? Kenapa aku harus diam?. Oh, Hai Aina" Nail mulai mengerti.

"Hai Na. Diana kamu bohong. Katakan yang sejujurnya, Dee!." Ucap Aina dengan nada sinis. Dee tersontak namamya di sebutkan.
"Katakan bahwa kau adalah Dee, bukan Diana. Bahkan daftar nama jenazah tidak menyebutkan nama Dee. Artinya Dee masih hidup, dan di depanku adalah Dee." Tekan Aina memojokkan Dee.

"Iya, aku Dee. Dee yang kamu harap sudah meninggal. Dan sekarang aku berharap untuk tidak bersahabat, berteman bahkan melihat wajahmu lagi, Aina" ucap Dee dengan penuh penyesalan dan kemarahan.
Aina melangkah masuk kedalam tenda, tanpa peduli dengan Dee.

"Aina tunggu" taham Dee
"Dengar Aina, sesungguhnyabaku marah dengan sikap muka dua mu itu. Tapi sekarang sudah tidak ada gunanya lagi, kejadian pesawat jatuh dan adanya perampok juga bukan keinginanku. Apa salahku dalam hal ini? Aku hanya ingin selalu bersama dengan sahabatku. Sekarang tinggal kau seorang Aina. Dapatkah engkau melupakan masa lalu dan memulai masa depan denganku. Aku minta maaf Aina. Tunjukkan senyummu, jangan rasa dendammu. Lampiaskan saja amarahmu padaku agar kita bisa bersama lagi" pinta Dee

"Cukup. Aku tidak mau mendengar ocehanmu. Pelampiasan amarah padamu belum cukup melegakan hati ini" jawab kasar Aina.

Orang-orang di tenda medis mendapat pertunjukkan gratis. Tak biasanya tenda menjadi ramai dengan mata yang tertuju pada Dee dan Aina.

"Aina. Tolong hargai ucapan maaf ku ini. Jangan menjadi Aina yang seperti ini, aku mohon jadilah Aina si Ceria lagi" pinta Dee kedua kalinya.

Aina mengeluarkan gelang persahabatannya, memakai lalu menjatuhkannya ke pasir. Mengambil dan membersihkannya. Dee hanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Dengar. Aku, Aina Afwanah yang dulu sahabatmu itu sudah tidak ada. Tidak ada lagi si Ceria," ucap tegas Aina.

"Tapi hanya lah Aina dengan Dee si Pemaaf." Kata Aina sambil melingkarkan gelangnya. Hal ini membuat Dee terkejut, dan menangis bahagia.

"Makasih Ai. Makasih kamu mau kembali meski bukan si Ceria tapi si Pemaaf" ucap Dee memeluk Aina.

Orang sekitar menangis melihat dua gadis ini berpelukan. Sedangkan Nail sebagai penepuk tangan tanpa bayaran.

"Aina, nanti sore pukul 5 aku akan kembali ke Jakarta, bagaimana denganmu?" tanya Dee

"Aku ikut, kau dan aku bersama" hibur Aina.
"Baiklah, kita berangkat 15 menit lagi. Kau bersiap yaa"

"Eh bagaimana dengan ku? Kalian mau ninggalin nih?" Goda Nail
"Urus saja dirimu sendiri" ucap Aian dan Dee serentak.

"Jahat. Ah sudahlah, memang ini kewajibanku. Aina jangan cepet-cepet ya beresin perlengkapan. Aku masih mau sama Dee disini." celetuk Nail.

"Dasar" jawab Aina datar.

The PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang