Jeon Jungkook, dua hari tidak melihat pria itu secara langsung, kini terlihat nyaman duduk di sofa tanpa rasa bersalah telah pergi meninggalkan istri sendiri di Roma. Eunha tidak peduli tubuhnya sudah lelah melakukan penerbangan jauh. Gadis itu tidak mengharapkan kata 'maaf' dari mulut Jeon. Hanya ingin sebuah penjelasan mengapa harus pergi tanpa memberi dirinya kabar.Saat ini, napasnya memburu, tingkat emosi dalam dirinya tidak bisa ditahan, Eunha mengambil posisi berdiri dihadapan pria Jeon itu. Sorot matanya menajam. Ini untuk pertama kalinya Eunha bisa melakukannya.
Merasa kecewa dengan sikap Jeon yang semakin tidak peduli dengan pernikahan ini. Walau ia tahu pria itu sangat membencinya, Eunha membutuhkan kerjasama Jeon Jungkook agar tidak membuat masalah apa pun. Jika sang ibu mengetahui tentang ini, Eunha yakin hal besar bisa saja datang dan menyerang pria keji tak punya hati nurani itu. Eunha ingin tidak memedulikan suaminya lagi, namun ia masih berusaha bertahan lantaran khawatir. Dan kepedulian itu hanya semakin sia-sia bagi Eunha sekarang.
Merebut ponsel yang sedari tadi menjadi arah pandang Jeon. Eunha murka, kekecewaannya dilampiaskan dengan membanting ponsel tersebut menjadi hancur beberapa bagian di lantai.
Suara bunyi tidak menyenangkan menggema. Bukan karena tidak mampu membeli ponsel baru. Jeon hanya tidak pernah suka istrinya bersikap kasar seperti ini padanya.
"Kau bosan hidup?!" Kalimat tanya dari Jeon tidak santai. Untuk kali ini Eunha tidak takut lagi. Sudah cukup dirinya menerima, hati dan juga pikiran Eunha terlalu lelah harus selalu mengalah.
"Ya. Aku bosan dengan kehidupan pernikahan tidak berguna seperti ini. Kau menikahiku lalu menghancurkanku. Kenapa tidak kau bunuh saja aku agar tidak lagi membuatmu merasa benci."
Jeon Jungkook sedang tidak senang beradu mulut apalagi bertengkar dengan gadis itu. Disaat ketika Eunha mulai berani untuk mengambil tindakan berpisah, Jeon tidak tertarik menyahut. Langkahnya justru berputar menuju meja nakas. Mengambil kunci mobil lalu pergi tanpa bicara lagi.
Di awal menebak akan ada kekerasan yang Eunha dapatkan untuk kesekian kalinya. Dan kini tatapannya justru mematung. Hati yang rapuh itu semakin sulit mengerti jalan pikiran suaminya sendiri.
Harus bagaimana Eunha mempertahankan semuanya?
Teringat alamat yang Yuna kirim. Ini kesempatan terakhir Eunha mencari tahu jawaban dari semua yang telah terjadi pada Jeon, padanya, juga pada pernikahan ini.
Eunha meraih kunci mobilnya sendiri dari dalam ruang kamar. Tanpa mengganti pakaian atau membersihkan diri karena baru pulang dari Roma. Sepertinya ketidaksabaran Eunha ingin tahu kebenarannya tak bisa lagi ditunda.
Keahliannya dalam mengendarai sudah bukan lagi hal yang harus dikhawatirkan. Eunha nyaris membuat jalanan tol itu sebagai arena balap mobilnya sendiri. Jika berhasil mencapai titik finish dalam waktu singkat, ialah pemenangnya.
Saat masih berstatus pelajar, dia termasuk salah satu perempuan cerdas dan disiplin. Eunha tahu sudah beberapa hari tidak mengisi bahan bakar mobil sendiri. Karena tidak ingin mengganggu perjalanan, gadis itu lebih dulu memberhentikan mobilnya di salah satu pom bensin kemudian mengejar waktu agar kembali ke rumah sebelum hari gelap.
Walau harus menuju perbatasan kota dengan suasana hati tidak baik, Eunha melakukan tindakan kali ini demi kebaikannya juga. Sudah cukup beberapa bulan menjadi sosok patung dan hanya bisa diam menerima begitu saja perlakuan tidak manusiawi oleh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Husband
FanfictionKedatangan Jeon masuk dalam kehidupan keluarga Lee yang bahagia tentu memiliki tujuan. Lelaki itu bersih keras merayu dan berusaha mendapatkan hati putri semata wayang pasangan suami istri Lee agar berhasil menggapai keinginannya. Setelah berhasil m...