[16] enam belas

17K 1.6K 363
                                    


Setitik salju diantara alis menjadi sendirian. Takdir terlalu jauh untuk disentuh, bahkan tidak dapat meminjamnya untuk menyelamatkan keajaiban. Jungkook kehilangan sesuatu, sebuah cinta sejati yang berharga. Apakah yang akan dia pilih jika harus melakukannya lagi? Akankah dia tenang atau bertindak sesuka hati?

Menjadi pengecut bukanlah hal yang Jungkook inginkan. Sudah melukai tidak berarti lepas dari tanggung jawab. Justru sebaliknya, kedatangan Jungkook karena ingin memperbaiki apa yang telah dia rusak. Pernikahannya dengan Eunha, sekarang Jungkook benar-benar tidak bisa membiarkan ikatan itu hancur. Ada banyak hal bodoh yang telah dia lakukan. Menyakiti karena kebenciannya. Jika memang harus menukar semua rasa sakit itu, Jungkook akan melakukannya untuk menebus kesalahannya sendiri.

Kelopak bunga teriris, perlahan-lahan mata itu berkaca-kaca dan menangis. Jungkook ingin mengucap terima kasih untuk kata 'cinta'. Bagaimana hanya dengan sekali sentuh dapat menghilangkannya. Lebih menyedihkan, dia belum bisa menyentuh cinta itu dan harus kehilangan.

Angin musim gugur berhembus meninggalkan kesedihan. Rapuh yang Jungkook alami jatuh ketika tangan jemari itu menghadirkan pukulan kuat. Lee Eunha telah memilih keputusan paling tepat. "Ayo berpisah. Kita jalani kehidupan masing-masing setelah ini." Kesepian dan sumpah Eunha terbagi untuk pagi dan malam hari. Baris tersembunyi dari cerita kisah mereka. Memulai awal yang baru, melepaskan segalanya dengan hati retak sempurna. "Bukan apa-apa, ini hanya perpisahan. Lebih baik dari pada kematian." Sambung gadis itu menahan gemetar tubuh yang bisa menghasilkan tangis berikutnya.

"Aku tahu kesalahanku. Kau bisa menghukumku dengan banyak hal asal bukan perceraian. Eunha, apa kau yakin ingin berpisah?"

Eunha menutup mata memejam untuk sejenak. Satu tarikan napas adalah keputusannya yang sudah penuh keyakinan. "Ya. Aku ingin berpisah denganmu. Aku takut hidup dengan monster sepertimu-" Eunha tidak dapat melanjutkan jawaban karena terkejut mendapat pelukan secara tiba-tiba dari pria di depannya.

Sebuah puisi yang mempesona, seperti bulan yang cerah. Sebuah kata-kata yang indah adalah yang paling sulit untuk disebarkan. Sama halnya seperti Jungkook. Pria Jeon ini tidak mahir merangkai kalimat manis romantis. Tapi Jungkook ingin merubah semua keburukan yang terjadi. Sikapnya yang kejam. Semua yang telah dia lakukan pada istrinya. Jungkook ingin memperbaiki kerusakan itu.

Dunia adalah tempat yang menakjubkan dan sejahtera. Kata hati sesuatu yang paling sulit di isi bagi Jungkook. Sekarang tidak terpikirkan kalimat yang meyakinkan Eunha untuk bertahan dengannya. Namun hanya dengan pelukan erat, Jungkook ingin membuktikan kesungguhan atas penyesalannya.

"Aku sungguh minta maaf. Aku mengaku salah. Sikapku sebelumnya, kau wajar takut dengan hal itu. Tapi aku menyesalinya. Kau bisa membalas semua perbuatanku yang sama persis, asal tetap bersama dalam pernikahan ini."

Eunha belum melepas pelukan itu. Walau mulutnya bicara perpisahan. Hatinya adalah jawaban, Eunha tidak sanggup harus dihadapkan pilihan sulit yang diberikan oleh sang ibu beberapa menit sebelum Jungkook datang.

"Aku pernah mencintai seseorang. Tapi orang itu bahkan tidak pernah bisa mencintaiku dan bersama dengan yang lain. Rasanya jauh lebih sakit karena harus kehilangan cinta yang pertama. Kau, hanya pelampiasan yang datang ke hatiku yang kosong karena patah hati. Apa kau berpikir perasaan ini tulus?" Kejujuran Eunha sudah tersampaikan. Waktu berlalu sangat cepat. Saat setelah perpisahannya dengan Taehyung, hari-harinya kembali mengalami peningkatan karena kehadiran Jungkook yang mengubah pikirannya. Eunha sudah mengetahui, bahwa cintanya selalu kandas dengan akhir yang buruk.

He Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang