Eunha sebenarnya tidak nyaman. Tapi jika tidak dilakukan, hatinya akan terus dibuat penasaran tiada henti. Malam telah datang menyambut gelap langit yang didominasi cuaca mendung. Tubuh moleknya hanya berlapis piyama tipis yang dirinya beli bersama Eunbyul siang tadi. Sebuah piyama gaun warna merah muda sebatas paha kaki. Bahkan tercetak jelas dalaman yang Eunha kenakan. Ini seksi.Suara mesin mobil yang dimatikan bertanda bahwa Jeon telah pulang dari kantor. Laki-laki itu berjalan seperti biasa masuk ke rumah yang sudah dihuni selama hampir dua minggu sejak pernikahan.
Jeon mendengar suara gemercik air dari westafel. Sudah bisa menebak jika itu adalah istrinya. Rasa lelahnya menggerogoti seluruh persendian. Jeon membuka dua kancing kemeja teratas. Memperlihatkan kulit putih area dada bidang yang mengintip malu-malu. Menggerakkan leher menghilangkan rasa bengal. Suara 'krek' dari tulang lehernya berhasil membuat Jeon merasa lega.
Ada yang tidak biasanya ketika Jeon berjalan ke dapur hendak mengambil air dingin dari lemari es. Lelaki itu dengan seribu tatapan tajam melihat ke arah gadis yang baru selesai mencuci piring kotor. Pandangan keduanya kini bertemu.
Jeon tidak bereaksi apapun untuk beberapa detik. Ketika mulut Eunha yang ingin terbuka lebih dulu. Suara decakan dari bibir Jeon terdengar tidak bersahabat. "Jadi sekarang kau ingin menjadi jalang dihadapanku?" Pandangannya meremehkan. Sinis saat melirik dari ujung kaki sampai ujung kepala melihat penampilan istrinya malam ini.
Tubuh Eunha sedikit bergetar mendapati kata terkutuk itu keluar dari mulut Jeon. Sebutan yang sangat tak pantas untuk dilayangkan padanya.
Eunha melakukan ini agar Jeon bisa lebih lembut padanya. Melakukan kewajiban yang sudah seharusnya sang istri lakukan. Melayani suami bagaimanapun kondisinya.
"Aku bukan jalang seperti yang kau tuduhkan-"
"TAPI KAU SEPERTI JALANG SAAT INI DIHADAPANKU!" Ya, Jeon sudah kembali marah. Nada bicaranya melengking. Tinggi sekali sampai suara itu menggema diseluruh sudut rumah.
Ada air mata yang kembali hadir membasahi kedua pipi. Lemah sekali. Sebelumnya Eunha telah berjanji untuk tidak terlihat cengeng. Namun kalimat yang Jeon berikan sungguh membuatnya merasa begitu hina.
Apakah dirinya seburuk itu harus disamakan dengan wanita tidak baik-baik?
"Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Bertanya untuk lebih mencari kebenaran. Eunha memang pintar, tetapi jika berhadapan dengan Jeon, ia akan jadi gadis payah.
"Kenapa tidak sekalian kau telanjang didepanku?!" Jeon kini mendekatkan jaraknya. Hampir mencapai posisi yang lebih dekat pada Eunha. Namun tetap Jeon memberi jarak beberapa cm. "Kau pikir, dengan berpenampilan seperti ini akan membuatku tergoda lalu menidurimu seperti yang kau inginkan? Tidak akan. Kau kotor untuk ku sentuh." Jeon berusaha tidak memberi luka seperti sebelumnya mengingat besok ia akan pergi ke rumah utama. Acara makan malam yang sebenarnya sangat tidak berarti dan hanya membuang waktunya.
"Aku tidak peduli sebagaimana kau membenciku. Menganggapku jalang sekalipun. Tapi aku tetap istrimu"
PLAK!!! Tamparan itu Jeon layangkan karena sudah tidak tahan. Sudah beribu kali untuk mengingatkan diri sendiri agar menahan, namun Jeon tetap tidak bisa. Ini nyata, apapun yang terjadi, asal menyakiti Lee Eunha, pasti memberikan kesenangan tersendiri dalam diri Jeon.
Kulit pipi bagian kiri itu terasa memanas. Eunha terdiam menerima nyeri menjalari wajah cantiknya. Kata sabar terus terucap dalam hati. Ia bisa melewatinya. Jeon tidak akan berani lagi melukainya karena besok ada acara pertemuan makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Husband
FanficKedatangan Jeon masuk dalam kehidupan keluarga Lee yang bahagia tentu memiliki tujuan. Lelaki itu bersih keras merayu dan berusaha mendapatkan hati putri semata wayang pasangan suami istri Lee agar berhasil menggapai keinginannya. Setelah berhasil m...