7. Now!

58 10 0
                                    

Ruang bawah tanah di kediaman keluarga Zharijc nampak sibuk. Tampak delapan orang berlalu-lalang di markas utama.

"Aku ingin ke ruang persenjataan, ada yang mau ikut?,"tanya Elena sambil melihat teman nya satu persatu dan juga kakaknya.

"Aku ikut," jawab Geovani singkat.

Mereka berdua berlalu dari markas utama menuju ruang senjata. Tidak perlu naik ke atas dulu untuk ke tangga ruang senjata, di markas utama ini pun ada jalan pintas untuk ke ruang senjata.
Sesampainya di ruangan itu, Elena langsung berjalan ke arah tempat penyimpanan pisau
Membuka kotak yang terpisah dari kotak-kotak besar di bawah. Kotak kayu ini lebih kecil dari kotak yang lain, hanya cukup untuk satu benda. Elena membuka kotak itu dan mengambil barang di dalamnya, sebuah pisau dengan tiga sisi pisau tajam yang dimana pisau ini membentuk putaran hingga ujung pisau. Jadgkomando. Pisau kesukaannya setelah LHR combat. Lebih mematikan. Jika LHR combat di gunakan nya untuk bersenang-senang, Jadgkomando untuk hal yang serius. Jarang sekali ia memakai Jadgkomando, terakhir lima tahun lalu.

"Woah, Jadgkomando? Kau memilikinya? Ruang senjata ini memang sungguh lengkap. Sepertinya, gudang senjata negara ini pun kalah dengan milikmu," kata Geovani sambil terkagum-kagum melihat pisau di tangan Elena.

"Tidak juga. Aku hanya menyimpan yang menurutku bagus," jawab Elena sambil memasukkan pisau itu ke kotaknya lagi.

"Bagus menurutmu adalah mematikan bagi semua orang. Bukan begitu, knife?" balas Geovani sambil sedikit menyindir Elena.

"Kau tahu juga rupanya, dengan panggilan itu," jawab Elena tersenyum miring.

"Tentu saja. Siapa di dunia hitam ini yang tidak tahu knife? Ratu dari segala ratu yang berlabuh di Black Shadow," balas Geovani sambil menepuk pundak Elena.

"Tidak perlu berlebihan begitu. Ayo kembali ke ruang utama. Aku yakin mereka sudah menunggu," kata Elena sambil berjalan membawa kotak kayu itu.

"Kau mengambil apa?" lanjut Elena.

"Uhm, ini. Hanya beberapa pistol dan yeah kau pasti tau," jawab Geovani sambil menunjukkan barang yang ia ambil.

Elena tidak menjawab perkataan Geovani, ia langsung berjalan keluar ruangan senjata. Geovani mengikuti di belakang nya. Setelah mengunci pintu ruangan, Elena dan Geovani kembali ke ruang utama menemui yang lainnya. Siang ini, ia akan terbang ke Indonesia. Bersama dengan kelima sahabatnya, kakaknya, dan juga Geovani. Kejutan sudah menunggu di depan sana. Satu paket dengan tantangan-tantangan yang akan menghiasi hari Elena selama di Indonesia. Dia sudah siap. Mereka sudah siap. Maka ketika sampai di ruangan utama, Elena melihat teman-teman nya dan juga kakaknya. Di raut wajah mereka, tidak ada satupun rasa takut. Hanya ada keyakinan dan semangat yang begitu membara di sana.

"Sudah semua?" tanya Elena sambil melihat koper-koper di lantai.

"Iya, kamipun sudah siap," jawab Fanya sambil merangkul teman-teman nya.

"Oke. Pukul berapa sekarang, kak?" tanya Elena pada Nicholas kakak nya.

"Sepuluh. Masih empat jam lagi penerbangannya," jawab Nicholas sambil melihat jam tangannya.

"Kita berangkat sekarang saja. Aku ingin ke Fungi's Cafe sebentar," kata Elena sambil memakai hoodie hitamnya.

"Baiklah, ayo kita berangkat!" kata Nicholas sambil mengambil kopernya. Diikuti yang lainnya.
Mereka naik ke lantai atas, keluar dari ruang bawah tanah itu. Saat melewati ruang keluarga, mereka bertemu dengan orang tua Elena. Mereka berpamitan dengan kedua orang tua Elena.

"Jangan terlalu lama di Dubai, ibu dan ayah akan merindukan kalian berdua." ibu Elena berkata sambil mengelus pipi Elena dan Nicholas bersamaan.

"Baik, ibu. Kami akan membuat ini cepat," jawab Nicholas sambil mengecup punggung tangan ibunya.

Unlimited ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang