17. Another Challenge

43 8 0
                                    

Elena berjalan cepat kearah dimana teman-teman nya sedang berkumpul. Masih di dalam helikopter, karena memang perjalanan belum sampai.

Rahang yang mengeras dan wajahnya yang datar pertanda ia sedang marah. Atau mungkin, sangat marah.

Ia menghampiri salah satu rekannya. "Beraninya kau!" bentaknya.

Elena terus menerus memaki-maki temannya itu dengan kata-kata yang amat menyakitkan.

"Elena, berhenti. Apa yang kau lakukan?" Nicholas berusaha menenangkan adiknya.

"Lepas! Aku harus memberi pelajaran pada jalang ini!"

"Kemari kau!" Elena menarik kerah bajunya dan,

Bugh! Elena meninju rahang rekannya. Bukan tanpa alasan, ia sudah benar-benar murka dengan orang ini.

Helikopter bergerak turun, tandanya mereka telah sampai.

Elena yang pertama turun dari helikopter, dan berdiri di depan pintu sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Bawa jalang itu ke ruang tahanan!" ucapnya pada pengawal yang di bawa oleh Pablo.

"Ada apa sebenarnya, E?" tanya Pablo.

Elena melirik sedikit ke arah Pablo. "Kau diam saja. Ini urusanku."

"Tetapi dia temanmu, E."

"Teman? Kau tanyakan saja padanya siapa temannya."

Elena langsung masuk ke tempat persembunyian mereka, sebuah tempat di bawah tanah hutan. Tidak terlihat sama sekali.

Pengawal-pengawal yang di titah oleh Elena segera melaksanakan tugasnya. Mereka membekuk teman Elena itu yang sama sekali tidak melawan sejak Elena menghampiri nya. Ia tau ia salah, salah besar.

-----

Elena berbaring di kasur hitam miliknya. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Semua di kamar ini berwarna putih kecuali kasur dan lemari.
Ya, putih. Warna yang tidak menggambarkan ekspresi apapun. Sama seperti Elena, datar.

Tok tok tok. Tiga kali suara ketukan dipintu merubah posisi berbaring seorang Elena. Ia duduk di tepi ranjang.

"Ya, masuk!" ucapnya pada orang di belakang pintu.

Nicholas masuk kekamar adiknya itu. Ia mengambil posisi duduk di samping Elena.

"Kau lelah?" tanyanya.

"Jika aku jawab tidak, berarti aku berbohong."

Nicholas tersenyum. "Istirahatlah," ujarnya seraya mengelus rambut Elena.

"Ada yang harus aku lakukan."

"Sebenarnya, apa salah dia?"tanya Nicholas hati-hati.

"Dia penghianat, kak!" emosi Elena kembali naik mengingat kejadian yang menimpa Neera.

"Apa maksudmu?" Nicholas masih tidak mengerti apa yang terjadi.

"Neera dan Geovani. Itu semua ulah dia!"

Deg. Nicholas seketika terdiam. Ia semacam tak percaya namun yang mengatakan ini adalah adiknya. Seorang Zharicj! Ia tau betul bagaimana Elena itu. Ia tidak berbohong.

"M-mana mungkin?" jawab Nicholas tergagap.

"Mana mungkin?" ucap Elena dengan nada merendahkan. "Ini nyata, kak!"

Melihat kakaknya masih terdiam seperti itu, Elena menghela nafas keras. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil jaket hitamnya.

"Aku akan menemui nya."

Unlimited ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang