Sawah

24 0 0
                                    

Malam itu setelah beberapa saat membalas pesan dari Bintang, Agung tertegun, betapa malam yang sudah larut, ada chat dalam facebook-nya dari Bintang Adita. Ahhh, sumringah Agung malam itu.

"Kamu sombong sekarang", mulai Bintang mengirimkan pesan pada Agung.

"Aku jarang buka fb (facebook) untuk belakangan ini, kamu apa kabar Bin?"

"Aku baik, tapi kamu kini berubah!" jawab Bintang.

Ahhh, sungguh perempuan membuat hati Agung tidak karuan, apa sebab dia mengaharapkan sapaan dari seorang pria akhir jaman macam dirinya yang di saat jaman semodern ini malah memutuskan menancapkan kakinya ke kampung halaman tercinta yang tertinggal jauh dari kemewahan Jakarta. Tampak bingung wajahnya malam itu.

"Aku kangen kamu", Gung masih chat dari Bintang.

Agung semakin bingung, jika saja malam ini ia tak membuka fb, maka ia akan memilih hal tersebut. Ia membuka fb malah membuat dirinya sendiri tak karuan. Diombang-ambing perasaannya oleh pesan-pesan singkat yang dikirimkan oleh perempuan pujaan hatinya.

"Aku juga, tapi aku gak sanggup mengatakannya sebelum kamu yang mengatakannya terlebih dahulu. Gimana kerjaan kamu Bin?" jawab Agung.

"Kenapa? Kamu termasuk lelaki pengecutkah? Kerjaan ku baik, kamu sendiri gimana? Bagaimana kabar kampung mu?"

"Aku bukannya pengecut, aku hanya tak mau mengganggu kehidupanmu saja. Kampung ku kini telah banyak berubah. Ada pabrik-pabrik garmen yang berdiri di sini. Anak-anak perempuan lebih memilih bekerja di sana setelah tamat SMP ketimbang melanjutkan ke jenjang SMA". Balas Agung.

"Aku sudah pisah Gung dengan kakak kelas itu. Aku berpikir ternyata aku salah arah dalam beberapa tahun terakhir. Ohh, berarti tugasmu berat ya di sana dalam memberikan karakter pendidikan! Semangat yah Gung. Aku ngantuk. Besok masuk pagi. Nih aku kasih hadiah no handphone ku. 08**1762889. Selamat malam, salam kangen yang teramat sangat",  Bintang.

Membaca pesan terakhir dari Bintang, membuat hati Agung tampak semakin hangat. Entah apa yang akan terjadi kedepannya. Mungkinkah ia berani memasuki hati Bintang dengan membawa kecintaannya pada Ilahi atau membawa segenggam nafsu yang membahayakan dalam diri manusia. Entah.

*

Kang Egi tiba-tiba keluar dari dalam rumahnya setelah Agung menutup perbincangannya dengan Bintang melalui jejaring sosial. Sambil menghisap rokoknya, Kang Egi kembali membawakan kopi hitam panas untuk ku. Jangan pulang ya Gung, kita habiskan malam ini di sini. Sambil menunggu waktu subuh. Kita nyanyi-nyanyi saja di sini.

Menghabiskan malam bersama lelapnya ikan di kolam. Menghabiskan malam, menyaksikan pepadian yang terus bergoyang karena terhembus angin malam. Menghabiskan malam, bersama cahaya bulan dan bintang yang tak kunjung padam. Bulan bak raja malam ini, wujudnya tampak besar sempurna, cahayanya paling terang dibanding dengan mahluk langit lainnya. Namun ia akan memudar ketika esok pagi mentari kembali menyinari bumi seakan mengambil alih tahtanya kembali.

Namun prediksi tersebut salah. Setelah waktu subuh berakhir, mentari sepertinya enggan muncul pagi ini dilangit Tugu Jaya. Pagi yang mendung, seolah membuat lesu tubuh ini. Banyak yang merasa malas pagi itu. Buruh pabrik dan anak sekolah berangkat ke tujuan masing-masing takut terguyur hujan. Mereka tergesa-gesa, namun diiringi rasa malas, karena tubuh mereka tak diasupi oleh sinar mentari. Hanya para bapak-bapak yang tampak gagah menjalani hari ini. Mungkin karena kecintaan mereka kepada anak dan istrinya agar esok hari dapurnya tetap "ngebul".

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang