Pertemuan

15 1 0
                                    

Setelah Bintang naik posisi dalam meliput berita, kegiatannya semakin sibuk. Target berita yang lumayan banyak per harinya membawa dirinya semakin sering lupa mengabarkan dirinya kepada Agung. Setiap harinya ia bagaikan dikejar target yang begitu ketat. Jangankan untuk mengabari Agung, untuk dirinya sendiri saja terabaikan. Satu pengorbanan untuk karir yang ia cita-citakan sedari awal perkuliahan. Untung saja ia memiliki Agung, seorang lelaki yang amat penyabar dan amat sangat mencintai dan mendukung langkahnya. Bagi mereka kini menjalin kasih bukanlah untuk saling menguasai, melainkan untuk saling mendukung apapun itu resikonya. Bintang semakin sibuk, resikonya hubungan mereka sedikit merenggang, namun cinta mereka semakin kuat.

Pagi ini jalanan menuju terminal Lebak Bulus masih sedikit sepi. Pukul setengah enam pagi Bintang memutuskan untuk berangkat, ia tidak memberi tahu akan pergi kemana kepada ke dua orang tuanya. Namun, ke dua orang tuanya tahu bahwa ia hari ini libur kerja. Mungkin Bintang ingin sedikit berlibur bersama temannya, pikir orang tuanya pagi itu. Udara pagi masih sangat sejuk untuk ukuran tinggal di kota satelit macem Tanggerang Selatan. Hanya kendaraan sepeda motor yang mendominasi jalanan pagi ini. Sedangkan Bintang memutuskan untuk naik angkutan umum menuju pasar Ciputat, lalu menyambung lagi naik angkutan menuju terminal Lebak Bulus.
Di dalam angkutan umum ia hanya menjumpai para ibu-ibu yang kerap menuju pasar Ciputat. Pasar yang menurutnya semakin semrawut di setiap harinya. Apalagi jika jam kerja sudah mulai. Jalanan macet total, akibat tak adanya terminal yang menampung angkutan kota. Apalagi infrastruktur pasar yang buruk, sehingga mengakibatkan pedagang banyak yang berdagang di badan jalan. Sungguh dugaan ia pagi ini tepat, sampai di pasar Ciputat belum terlalu ramai, dan ia langsung saja menaiki angkutan jurusan Ciputat  Lebak Bulus.
Tiba juga ia akhirnya melewati kembali kampus tercintanya. Masih tampak sepi, hanya jajaran gedung-gedung mewah yang ada di pagi itu. Tentunya belum ada aktifitas mahasiswa. Kampusnya kini memang terasa gila, pembangunan infrastruktur yang mewah sedikit mengabaikan khasanah keilmuan yang ada pada diri mahasiswanya.

Kini kampusnya hanya dikenal sebagai kampus untuk para mahasiswa yang sedang gila mencari identitas dan ijazah demi mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depannya. Bangunannya banyak yang baru, namun koleksi buku-buku baik di perpustakaan umum maupun perpustakaan fakultas fase pertambahannya begitu minim. Selain itu kampusnya juga sedikit mengabaikan ruang diskusi yang memadai. Setiap sudutnya kini disediakan kantin, yang malah membuat mahasiswanya menjadi konsumtuf, dan lebih jauh lagi akan membuat lingkungan kampus semakin kotor. Ini akan membawa dampak yang buruk bagi produktifitas mahasiswanya merumuskan sebuah pemikiran strategis untuk melihat permasalahan bangsa dan Negara. Pikir Bintang saat itu kampusnya memang sengaja di ciptakan seperti ini, oleh pihak-pihak yang takut akan sejarah pergerakan mahasiswa di masa lampau.

Ingatannya tentang masa lalu semakin dalam. Angkutan  yang ia naiki seakan berjalan perlahan. Sambil memutar kembali ingatannya tentang kampusnya dan segala kenangan yang ada. Tepat di depan gedung rektorat yang amat keliatan tampak dari jalanan, di bawah pohon rindang sebelum ia memasuki gedung auditorium utama kampusnya untuk wisuda, ia bertemu dengan Agung terakhir kalinya. Agung pernah memintanya untuk berdiam sejenak di bawah pohon rindang tersebut. Ia diajak untuk menyaksikan jatuhnya dahan yang perlahan namun begitu menyahdukan. Namun, Bintang menolaknya saat itu, ia tak ingin telat untuk memasuki pelaksanaan wisuda. Salah satu penyesalan mendalam yang kini ia rasakan. Ia tak tahu maksud Agung waktu itu mengapa mengajaknya menyaksikan dahan jatuh. Namun setelah selesai wisuda, malam harinya Agung mengirimkan pesan singkat kepadanya.

Ketika dahan berjatuh, waktu terasa sangat teramat lama. Aku ingin menyaksikan itu bersamamu untuk terakhir kalinya. Dan di saat dahan terjatuh ada satu harapan baru, di mana akan tumbuh kembali satu dahan yang akan menggantikannya. Aku berharap, suatu saat nanti kita dapat menyaksikannya berdua, dalam suasana yang berbeda.

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang