Docapt-11

9.3K 407 5
                                    


"Pagi dok"

"Pagi dok"

"Pagi dok"

Pagi ini sapaan demi sapaan didapati arsya setiap pagi seperti pagi ini. Terlebih lagi arsya yang baru dari kanada untuk mengikuti beberapa latihan ilmu kedokteran di RS Shouldice selama 1 minggu. Arsya melangkah kan kakinya menuju lift ke ruangannya yang terletak di lantai 17 didalam lift banyak pujian yang arsya dapatkan karena memang ia salah satu dokter berprestasi yang dapat pergi ke luar negeri.

Arsya memasuki ruangan nya mendapati rindi yang menjadi assisten pribadinya 2 tahun belakangan ini. Rindi tersenyum menyadari kedatangan arsya

"Selamat pagi dokter"sapa rindi menarik bangku arsya untuk duduk

Arsya meletakkan tas nya di atas meja,"pagi juga rindi, gimana kerjaan kita?"

"Lancar dok, ada dua pasien yang harus dokter periksa hari ini"ucap rindi memberikan beberapa berkas

"Dua pasien"tanya arsya melihat berkas yang diberikan mengangguk paham,"jam berapa rin mereka periksa?"lanjut arsya lagi

"Yang pertama jam 10 pagi , yang kedua setelah jam makan siang"sahut rindi yang di angguki arsya

"Nanti langsung bawa mereka ke sini, kamu lanjutkan pekerjaan lain saja"perintah arsya pada rindi

"Baik dok, permisi"sahut arsya berlalu dan kembali ke tempat duduknya

Arsya memperhatikan keluar jendela suasananya sangat berbeda dari sebelumnya arsya berbalik melihat berkas tadi pasiennya kali ini mengidap penyakit lemah jantung yang berarti ia akan melakukan operasi cangkok jantung salah satu operasi yang cukup rumit karena harus mencocokkan beberapa jantung agar mendapatkan yang tepat.

Arsya membuka laptopnya dan mencari beberapa video operasi cangkok jantung untuk ia pelajari terlalu fokus bahkan arsya tak menyadari ponselnya bergetar hingga getar kedua arsya baru menyadari

Bastian calling

"Bastian?"

Kening arsya berkerut bastian pikirnya

"Halo?"

"Sya lo balik ko nggak pamit sama gue?"tanya bastian tiba-tiba sedikit keras arsya menjauhkan ponsep dari telingannya

"Bas, lo kenapa?"

"Kenapa, apanya? Lo yang kenapa pulang gak pamit sama gue?"

Arsya menggelengkan kepalanya,"lah? Emang kenapa?"

"Nggak, maksud gue , itu biar kita bisa pulang bareng"jawab bastian yang tiba-tiba gagap

Arsya terkekeh,"lo lucu deh bas"

"Gue? Lucu? Kenapa?"tanya bastian

"Nggak, emang kenapa sih? Harus ya gue pamit sama lo?"ucap arsya bertanya

"Gue mau kasih sesuatu sama lo yaa sebagai ucapan makasih gitu karena lo udah nolongin gue"jelas bastian membuat arsya tertawa pelan , rindi yang melihat pun hanya menggelengkan kepalanya,"ada apa dengan bos , perasaan undangan pernikahan dari jessica baru kemarin di secepat ini kah ia berubah"batin rindi

"Lo ada-ada aja, gue nolongin lo itu ikhlas gak pake imbalan ya walaupun awalnya gue kesel banget sama lo"cibir arsya yang dibalas kekehan bastian

"Sorry deh yang waktu itu , gue harap kita bisa ketemu di indonesia"ucap bastian berharap,"gue mau kasih hadiah yang udah gue beli buat lo"lanjutnya lagi

"Iya deh semoga, bas gue mau lanjut kerja dulu, bye"arsya menutup telponya tanpa menunggi balasan bastian rasanya saat ini ia lagi kena serangan jantung

"Jantung gue kenapa ini?" ucap arsya meremas syal yang diberikan bastian rindi yang melihatpun bertanya,"dokter arsya kenapa?"

Arsya merapikan sedikit bajunya,"nggak papa rin"sahutnya dan kembali menatap laptopnya

Tok

Tok

Tok

"Masuk"sahut arsya

Orang itupun masuk dan tersenyum ke arah arsya,"selamat pagi dokter arsya yang paling cantik, ini kopinya spesial dari saya pake cinta,eh"ucap umang salah satu ob

Arsya hanya menggelengkan kepalanya,"thankyou umang"

"Sama-sama dokter sayang,eh"umang menutup mulutnya dengan tangan,"umang ish ganjen banget sama dokter"sindir rindi

"Maap atuh neng, kalo gitu umang permisi"diangguki arsya dan rindi

Baru saja menutup pintu kepala umang muncul sedikit,"umang teh lupa, dokter arsya di panggil sama direktur"

"Oh, iya nanti saya turun"

*****

Arsya berjalan ke arah lift menuju ruangan direktur ricard, arsya menunggu liftnya terbuka dan saat terbuka rasanya ia memilih melewati tangga darurat dari pada harus satu lift bersama orang didepannya ini. Arsya menarik napasnya sejenak ia harus bersikap biasa saja

"Lo harus kuat"batin arsya menyemangati

Terasa canggung memang hanya mereka didalam lift ini tidak ada percakapan sama sekali dan arsya menyesali ia harus naik lift ini seharusnya ia tadi memilih tangga darurat karena itu lebih baik.

"Ehm"deheman orang itu terdengar acuh bagi arsya bahkan ia tidak menanggapi suara itu

Ting

Pintu lift terbuka arsya melangkah kan kakinya lebih dulu tidak ingin berlama-lama didalam sebelum keluar arsya dapat mendengar helaan napas kasar dari orang itu

"Sampai kapan kamu terus mau menghindar dari aku sya?"kata yang keluar dari rico akhirnya menghentikan langkah arsya

Arsya berbalik menatap tepat dimanik mata lelaki itu ia tersenyum sinis sekilas,"gue menghindar? Buat apa?"tanya arsya sinis

Lagi-lagi rico menghela napasnya,"aku harus gimana lagi supaya kamu maafin aku?"

"Drama banget hidup lo!"batin arsya

Arsya memutar kedua bola matanya ia menghendikkan bahunya berbalik melanjutkan langkahnya menurutnya percuma penjelasan? Akhirnya semua sama saja

Dari kejauhan sedari tadi seseorang tersenyum sinis kearah mereka,"rencana yang berjalan lancar"serunya dalam hati lalu berjalan menuju ruangan arsya.

My DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang