Docapt-16

9.1K 418 4
                                    

“Gue juga ngerasain apa yang lo rasain?”

Ucapan yang keluar dari mulutnya sendiri membuat jantungnya seakan lari maraton, arsya menghembuskan nafas perlahan baginya sangat sulit bernapas saat jarak nya begitu dekat dengan bastian, posisi mereka masih sama arsya masih dapat merasakan hidung mereka bergesekan dan hembusan nafas pelan bastian.

Arsya memalingkan wajahnya mengulum senyum boleh kah dia berteriak sekarang? Dia merasakan pergerakan parasailing yang turun saat kakinya bersentuhan dengan pasir putih dan bastian yang mulai melepaskan peralatan mereka. Bastian melihat jam tangan yang melingkar di tangan sepertinya dia sudah terlalu lama meninggalkan kantor pantas saja handpone terus bergetar.

Bastian menarik pelan tangan meninggalkan tempat permainan menuju mobil mereka, bastian merasa ada yang lain dari arsya gadis ini diam semenjak mereka turun dan selalu memalingkan wajahnya ketika pandangan mereka bertemu.

Sesekali bastian melirik arsya yang cuma diam sambil liatin jalan pandangan yang keluar jendela, bastian mengira pasti ini gara-gara dia yang terlalu lancang walau bastian tidak yakin itu ciuman pertama tapi tetap saja bastian tidak merasa nyaman dengan diam nya arsya.

“Sya”panggil bastian sambil merilik arsya tapi dia tetap fokus menyetir Arsya langsung menoleh membuat bastian garuk tengkuk nya yang tidak galat, bukan karena takut arsya akan marah tapi dia merasa gugup dan menjadi salting.

"Gue minta maaf soal tadi gue tau ko sya gue lancang banget sama lo”bastian berkata sambil mengenggam tangan arsya yang rasanya begitu dingin apa arsya sedang gugup sepert dirinya?

"Nggak papa bas, nggak usah dibahas lah”bastian dapat melihat muka arsya yang merona dan terkekeh pelan.

Bastian melepaskan genggaman tangan dan kembali fokus menyetir mengingat ini sudah jam 18:00 dan arsya mendapat jadwal kerja malam dapat bastian sayangkan padahal dia ingin mengajak arsya menginap di pantai tadi kalau saja tidak bertabrakan dengan jadwal arsya.

Selang beberapa menit mereka tiba di rumah arsya, bastian menepikan mobilnya tepat didepan pintu utama dia mengerutkan kening nya melihat mobil yang terparkir tidak jauh dari mobilnya rasa nya tidak asing dengan mobil berwarna hitam legam itu.

"Bas mau masuk dulu nggak?”

Panggilan arsya membuat bastian menoleh”gue langsung aja deh kapan-kapan gue mampir”balas bastian yang di angguki arsya.

"Lo pulang nya hati-hati thanks banget yah hari ini”

Bastian tersenyum lembut mendengar penuturan arsya artinya dia tidak sia-sia mengajak arsya kepantai sore tadi,”iya sama-sama, gue duluan”

Bastian kembalii menjalanka mobilnya meninggalkan perangan rumah arsya dengan mata yang masih tertuju dengan mobil hitam legam itu.

*****
Arsya menangkup pipi dengan kedua tangan di atas meja dia menatap kesal layar ponsel nya sudah jam 8 malam lewat hampir setengah 9 diana belum juga datang arsya memutar bola mata kesal mengingat kalau diana berjanji akan menemani nya malam ini tapi nyatanya batang hidung nya belum juga terlihat tidak tahu kah? Arsya bergidik ngeri membayangkan dia sendirian dirumah sakit ini arsya akui walaupun sudah terbiasa dengan rumah sakit ini tapi tak dapat di pungkiri bahwa dia mempunyai rasa takut.

Untung saja malam ini terlihat cerah karena bintang yang bersinar terang kalau saja hujan dengan petir dan angin yang berhembus kencang arsya bergidik ngeri membayangkan nya.

Ting!

Suara notifikasi nya dari ponsel dengan cepat arsya membaca

Dianapadilla : sya, sorry kayanya gue nggak bisa nemenin lo deh!

My DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang