Chapter 18: Kembali ke Dunia Kompetitif

30 5 0
                                    

Selasa, 14 Agustus 2035

Waktu berjalan sangat cepat, hari yang ditunggu telah tiba. Ku bangkitkan tubuh ini dari tempat tidur untuk pergi beribadah, meninggalkan Haruka yang masih terlelap dalam tidurnya. Setelah shalat, Aku pun berdoa kepada Allah, 'semoga hari ini keberuntungan selalu menyertaiku, dan Aku bisa memenangkan pertandingan nanti'.

Malam nanti, merupakan malam yang sangat bersejarah bagiku. Sebuah malam dimana semua orang akan menjadi saksi bangkitnya calon pro player yang telah lama tidak berperang di medan perang. Malam nanti, Aku, Haruka, dan yang lainnya akan menghadapi tim RT 10, MedaXs Community di cabang Fighter Alliance. Itulah alasanku mengapa hari ini Aku sangat bahagia.

Setelah beribadah, Aku kembali ke kamarku untuk membangunkan adikku yang manis, Haruka. Aku takut dia kehabisan waktu shalat Shubuh.

Kenapa tadi gak ku bangunin aja, ya, sekalian?

Tapi ketika berada di kamar, dia sudah tidak ada. Selimutnya yang berantakan menjadi tanda kalau dia sudah bangun. Mungkin dia sudah ba-.

Hmmm ...! Siapa yang mematikan lampu kamar? Oh, ya, lampunya tadi sudah mati. Terus kenapa gelap?

Sentuhan halus nan hangat begitu merasuk dalam kulit wajahku. Sudah tentu ini adalah ulah tangan wanita. Dan Aku tahu biang dari kejadian mainstream ini.

"Haruka?"

Seketika itu, dinding pembatas pengelihatanku lenyap, beserta rasa hangat itu. Ku segera berbalik dan tebakanku benar.

"Kakak, ohayou!"

Dia berdiri di hadapanku dengan membawa senyuman seindah item langka yang pernah ku dapatkan di game. Meski mengenakan piyama saja, dia mampu memancarkan aura kebahagiaan yang mampu menembus langit.

"Kelihatannya kau bahagia sekali?" balasku tersenyum.

"Aku hari ini sangat baha ... gia bisa bertarung bersama kakak nanti malam."

"Begitu juga Aku. Rasanya Aku kembali menemukan hidupku yang telah lama hilang."

"Senang rasanya melihat kakak bahagia."

Dan Aku mendapatkan sebuah pelukan yang sangat erat, sebuah pelukan yang tak ingin ku lepaskan begitu saja dari tubuhku. Rambutnya halus membuatku ingin mengelusnya.

"Kak, ku harap kakak selalu bahagia seperti ini."

"Iya. Aku harap juga begitu." Sepertinya Aku kelupaan sesuatu? "Hei, Haruka, shalat shubuh dulu. Nanti waktunya habis, lho."

Tanpa persiapan matang, pipiku pun terkena sentuhan hangat namun sedikit basah dari bibirnya Haruka. Setelah itu, dia menatapku dengan senyuman tanpa dosa.

"Aku sayang Kakak."

Dia pun berlari menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu. Aku mendesah sambil bersandar di dinding depan kamar, memikirkan perubahan Haruka sejak pertama kali bertemu. Dulu dia seorang gadis yang sangat dingin. Sekarang, dia sudah menjadi gadis yang sangat ceria, dan kampret juga.

"Selamat pagi, Zayn-kun."

"Eh, Hime, selamat pagi."

Dia berjalan menghampiriku dan ikutan bersandar di dinding.

"Kelihatannya Haru-cchi sangat bahagia."

"Seperti yang kau lihat. Mungkin dia juga tak sabar mengikuti kompetisi pertamanya."

"Hufff ... Syukurlah. Ku harap dia tetap menjadi seperti itu. Jujur, Aku sempat khawatir ketika dia menjadi buronan di Jepang."

"Aku juga. Waktu itu, dia lepas dari pengawasan kami, sehingga dia diculik oleh orang tua asuhnya dulu dan membuatnya kembali menjadi monster pembunuh."

Every Story is an Adventure [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang