Chapter 4: Pertarungan di Jam Kosong

62 7 0
                                    

Kamis, 19 Juli 2035

Langit kota Gresik yang cerah, burung-burung berterbangan dengan bebasnya. Namun semua itu tak membuatku bahagia, malah bertambah suram. Bagaimana tidak? Sejak kejadian aku ditolak oleh Hiyori, banyak yang menghujatku habis-habisan ketika aku dan Haruka dalam perjalanan menuju kelas.

"Kak, apa kakak masih sedih?" tanya Haruka dengan khawatir.

"Sebenarnya masih. Terima kasih telah bertanya."

Melihat Haruka khawatir membuatku sedikit tersenyum karena dia tetap mengkhawaitrkanku disaat orang lain menghujatku.

"Kenapa kakak tersenyum?"

"Gak ada apa-apa."

Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya kami berdua sampai di kelas. Punya kelas di lantai paling atas dan di pojokan memang bikin kaki capek. Kubuka pintu setengah terbuka itu dan masuk ke dalamnya.

"Kakak, awas!"

*Brakkk...!

Tiba-tiba tubuhku terhempas ke depan dan membuat kepalaku terbentur meja guru.

"Awww...!"

Benturan itu kepalaku agak sedikit pusing. Namun rasa sakit itu hilang ketika melihat Haruka jatuh terduduk dengan ember di kepalanya berserta serbuk putih di seluruh tubuhnya.

"Haruka!"

Aku langsung menghampiri Haruka dan mengambil ember yang berada di kepalanya.

"Haruka, siapa yang melakukan ini padamu?"

"Aku gak tahu, Kak. Yang jelas tadi ember ini terpasang di atas pintu dan hampir mengenai kakak."

Aku sedikit terkejut, ternyata yang mendorongku adalah Haruka yang tak mau aku terkena jebakan oleh siswa di kelas ini. Semua murid di kelas tertawa melihat tubuh Haruka yang berwarna putih. Hal itu membuatku sangat kesal dan ingin mencari pelaku tersebut. Namun tiba-tiba Haruka memegang tanganku seakan-akan dia tak ingin melihatku mengamuk.

"Haruka, kenapa kau-."

"Sudah, kak, gak apa-apa. Aku gak mau kakak menanggung malu lagi, jadi biarkan aku yang menerima ini."

"Hei, kenapa kau bilang begitu? Apa kau gak malu apa?"

"Tidak, kakak tak pantas dipermalukan. Aku yang membuat kakak menembak Hiyori. Berarti aku yang membuat-."

"Sudahlah, berhenti menyalahkan dirimu sendiri!" bentakku membuat Haruka diam tanpa kata. Sepertinya semua murid di kelas berhenti tertawa karena bentakkanku. "Ya, aku memang malu ditolak sama Hiyori. Tapi aku takkan pernah menyalahkanmu karena hal itu. Justru aku berterima kasih padamu karena kau telah memberiku keberanian untuk berbicara kepadanya. Jadi..." Aku langsung memegang pundak Haruka yang hampir meneteskan air matanya. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ya?" lanjutku sambil tersenyum.

"Baiklah." Balasnya sambil tersenyum.

"Ehem...!"

Suara serak pun mendadak muncul dan merusak suasana yang bisa dibilang sangat mengharukan untuk ukuran adik-kakak. Aku melihat sesosok makhluk bertubuh pria dengan senyuman sinisnya.

"Eh, Arif, i-i-ini tidak seperti yang kau pikirkan." Ucapku dengan gugup.

"Kau ini, Zayn. Nyebut-nyebut gue sesosok makhluk. Emangnya gue hantu apa?"

Every Story is an Adventure [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang