Chapter 2

14.6K 1.8K 311
                                    

"Suatu hari aku pasti akan membunuhnya, Jim."

Jimin, sahabat Jungkook, menoleh pada sahabatnya yang meletakkan kepalanya diatas meja, membenamkan wajahnya disana. Jimin masih sibuk mengunyah rotinya dan sesekali memperhatikan sahabatnya itu.

"Kim Taehyung, lagi?"

Jungkook mengangguk.

Selalu seperti itu. Jimin tahu bagaimana Jungkook membenci laki-laki itu dengan sangat. Ia bahkan harus selalu menahan Jungkook untuk tidak menghantam laki-laki itu disana dan saat itu juga. Oh sayangnya Jimin tak tahu siapa yang sebenarnya akan dihantam.

"Apa lagi yang kau lakukan?" Tanyanya santai.

"Excuse you," Jungkook mengangkat kepalanya dengan spontan. Ia menatap sahabatnya dengan kesal. "Haruskah maksudmu, apa lagi yang si sialan itu lakukan, 'kan?"

"Tidak, bodoh. Taehyung tak mungkin berbuat salah. Kau pastilah sumber utamanya."

"Kukira kau sahabatku?"

"Ya. Tapi aku tidak buta, Kook."

"Bajingan."

"Kau lebih."

Jungkook mendengus. "Berbicara denganmu malah membuat kepalaku semakin pusing. Aku pergi." Si cantik itu melangkah pergi, meninggalkan Jimin yang hanya bisa tertawa melihat tingkah sahabatnya itu.

***

Kim Taehyung adalah kelemahan Jungkook. Pria itu terlalu dominan, memegang Jungkook dalam genggamannya begitu erat. Pria itu memegang semua kelemahannya. Semengerikan apapun Jungkook di sekolah, itu semua tak lebih dari topeng karakter yang selama ini dibuatnya.

Jungkook kuat. Ia mampu berkelahi melawan beberapa orang sekaligus.

Tapi Kim Taehyung jauh lebih kuat.

Pria itu, bagaimana menjelaskannya, hm? Ia terlalu sempurna. Ia bisa melakukan apa saja. Ia bahkan sangat kuat. Orang-orang melihatnya sebagai seorang murid teladan yang hidupnya sempurna dan jauh dari kekerasan.

Hell.

Pertemuan pertamanya dengan Jungkook diwarnai kekerasan. Saat itu Jungkook sedang dihajar oleh beberapa preman, yang setiap harinya mengejarnya karena hutang-hutang yang tidak dilunasi oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya menghilang suatu hari dan membiarkan Jungkook dikejar oleh para penagih hutang. Orang tua sialan yang Jungkook benci seumur hidupnya.

Taehyung yang tidak sengaja lewat disana waktu itu menolongnya. Taehyung dengan santainya menghajar semua preman itu.

Jungkook masih ingat bagaimana sosok Taehyung saat itu. Begitu bersinar, begitu bercahaya. Ia seolah pantas dengan kekerasan. Senyum menyeringainya yang bahkan mampu membuat siapa saja merinding seketika. Ia menghantamkan tinjuannya dengan senyum. Bagi Jungkook saat itu, Taehyung seolah sedang menari. Menari dalam kubangan darah.

Hal terakhir yang diingatnya adalah wajah mengerikan Taehyung dengan darah mengucur dari kepalan tangannya.

Hingga ia tak sadarkan diri detik berikutnya.

Jungkook terbangun di rumah sakit. Background putih khas rumah sakit benar-benar menyakiti matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan Taehyung yang menatapnya dengan datar.

"Kau sadar akhirnya." Ucapnya.

"K-Kau?"

"Aku Kim Taehyung. Kurasa kau tahu karena kita satu sekolah." Balasnya. Ia berdiri menuju jendela, menatap luar sejenak lalu berbalik dengan menyandarkan tubuhnya di dinding. Kedua tangan dilipat didepan dada. "Jeon Jungkook, 'kan?"

I'm a Wolf He's a LionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang